Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 26
Jeritan memilukan memecah kesunyian Desa Kabut Hantu.
Di bawah, di jalanan berlumpur, tim pembunuh elit "Serigala Besi" yang sombong itu kini tak lebih dari tikus yang terpojok.
Ratusan mayat hidup penduduk desa yang telah mati namun jasadnya digerakkan oleh energi Yin jahat mengepung mereka. Mayat-mayat itu tidak memiliki rasa sakit. Lengan ditebas, mereka tetap maju. Kepala dipenggal, tubuhnya masih mencakar.
"Minggir! Minggir kalian makhluk busuk!" Han Lang berteriak histeris, mengayunkan pedangnya membabi buta. Qi Foundation Establishment nya mulai menipis.
Mei, wanita yang biasanya angkuh, kini meringkuk di sudut tembok reruntuhan. Kipas beracunnya patah. Kakinya dicengkeram oleh mayat seorang nenek tua.
"Tolong! Tuan Muda Shi Hao! Tolong aku! Aku akan menjadi budakmu! Aku akan melayanimu!" teriak Mei.
Di atas atap Balai Desa, Shi Hao menatap pemandangan itu dengan mata datar tanpa emosi.
"Menyedihkan," gumamnya. "Kalian berani membunuh orang lain, tapi tidak punya nyali saat menghadapi kematian sendiri."
Shi Hao melihat jumlah mayat hidup semakin banyak. Jika dibiarkan, mereka bertiga akan tercabik-cabik hingga tak tersisa, dan Shi Hao akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan bukti fisik keterlibatan Li Yan.
"Cukup main-mainnya."
Shi Hao melompat turun. Ia mendarat tepat di tengah kerumunan mayat hidup, di antara Han Lang dan Mei.
BUM!
Pendaratannya menciptakan gelombang kejut yang memukul mundur lusinan mayat hidup itu.
Mayat-mayat itu berbalik, merasakan energi kehidupan yang jauh lebih besar dan lezat dari tubuh Shi Hao. Mereka meraung serak dan menerjangnya serentak.
"Kalian sudah menderita cukup lama. Istirahatlah."
Shi Hao menarik napas dalam. Di dalam Dantiannya, Qi Ungu Keemasan bergolak.
Teknik Kaisar Naga Napas Api Pemurni.
Shi Hao membuka mulutnya dan menyemburkan api keemasan. Bukan api biasa, ini adalah manifestasi dari Qi Yang Murni.
FWUUUSSHH!
Lautan api menyapu jalanan desa.
Tidak ada jeritan, hanya suara berderak tulang yang terbakar. Mayat-mayat hidup itu, yang kebal terhadap senjata fisik, langsung hancur menjadi abu begitu tersentuh api emas Shi Hao. Energi Yin jahat di tubuh mereka dimurnikan seketika.
Dalam sepuluh detik, ratusan mayat itu lenyap. Jalanan desa kini bersih, menyisakan tumpukan abu hitam yang mengepul.
Han Lang, Mei, dan Gou (yang sudah pingsan dengan dada hancur) ternganga. Mata mereka melebar sampai batas maksimal.
"A-Api apa itu..." Han Lang gemetar hebat. "Itu... itu bukan teknik Qi Condensation. Bahkan Core Formation tidak memiliki api semurni itu!"
Shi Hao mengibaskan tangannya, memadamkan sisa api di jubahnya. Ia berbalik perlahan menghadap Han Lang.
Bayangan Shi Hao memanjang menutupi wajah pucat si pembunuh bayaran.
"Sekarang," suara Shi Hao tenang tapi menusuk tulang. "Mari kita bicara."
Shi Hao melangkah maju.
Han Lang mencoba merangkak mundur, tapi kakinya lemas. "J-Jangan bunuh aku! Aku hanya disuruh! Aku—"
KRAK!
Shi Hao menginjak lutut kanan Han Lang hingga hancur.
"ARGHHH!"
"Aku tidak bertanya kau disuruh siapa. Aku sudah tahu itu Li Yan," potong Shi Hao dingin. "Yang aku minta adalah bukti. Berikan aku sesuatu yang bisa kupakai untuk menyeret Li Yan ke tiang gantungan."
Han Lang terengah-engah menahan sakit. "Kalau... kalau aku memberikannya... apa kau akan melepaskanku?"
Shi Hao menatapnya datar. "Kau sedang dalam posisi menawar?"
Shi Hao mengangkat kakinya lagi, kali ini di atas lutut kiri Han Lang.
"Tunggu! TUNGGU!" Han Lang panik. Tangan gemetarnya merogoh ke balik baju zirahnya yang hancur. Ia mengeluarkan sebuah Batu Giok berwarna hijau lumut.
"I-Ini... Ini proyeksi suara saat Li Yan memberi perintah misi. Ada jejak Spiritual miliknya di sini. Ini bukti tak terbantahkan!"
Shi Hao mengambil batu giok itu. Ia menyuntikkan sedikit Qi untuk memeriksanya. Terdengar suara Li Yan yang jelas: "Pastikan Zhu Shi Hao tidak kembali. Buat seolah-olah dia mati karena kecerobohan dalam misi."
Shi Hao tersenyum puas. "Bagus. Kau anjing yang pintar."
Han Lang menghela napas lega, secercah harapan muncul di matanya. "Sekarang... lepaskan aku, kan? Aku akan pergi dari Benua Timur! Aku tidak akan kembali!"
Shi Hao menyimpan batu giok itu ke dalam Cincin Ruangnya. Ia menatap Han Lang, lalu beralih ke Mei yang masih menangis, dan Gou yang sekarat.
"Aku memang bilang tidak akan membunuh kalian tadi," ucap Shi Hao pelan.
Mata Han Lang berbinar.
"Tapi..." lanjut Shi Hao, "...aku berubah pikiran."
Wajah Han Lang membeku.
"Orang mati adalah penjaga rahasia terbaik. Jika aku membiarkan kalian hidup, Li Yan akan tahu kekuatanku yang sebenarnya dari mulut kalian. Dan itu... merepotkan."
Han Lang meraung putus asa. "KAU IBLIS!!! KAU LEBIH IBLIS DARI KAMI!!"
Shi Hao tidak menjawab. Ia menjentikkan jarinya.
Sisa api emas yang ada di tanah tiba-tiba hidup kembali, melompat ke tubuh ketiga pembunuh itu.
"AAAAGHHH!!!"
Jeritan mereka hanya berlangsung tiga detik sebelum tubuh mereka hangus menjadi abu, menyatu dengan abu para penduduk desa yang mereka gunakan sebagai umpan.
Shi Hao berdiri sendirian di tengah desa mati itu.
Ia kemudian beralih ke kotak kayu hitam yang tadi ia ambil dari Balai Desa. Kotak itu adalah sumber masalah yang mengubah penduduk menjadi mayat hidup.
Shi Hao membukanya.
Di dalamnya, terdapat sebuah manik hitam legam seukuran kelereng. Manik itu dingin, menyerap cahaya di sekitarnya.
Manik Jiwa Yin (Yin Soul Bead).
"Benda ini..." mata Shi Hao menyipit. "Ini adalah alat untuk mengumpulkan jiwa penasaran. Sekte Iblis sengaja menanamnya di sini untuk 'memanen' jiwa penduduk desa."
Benda jahat. Tapi di tangan yang tepat, ini adalah harta karun.
"Energi Yin murni di dalamnya bisa digunakan untuk menyeimbangkan energi Yang berlebih di tubuhku saat aku menerobos ke Foundation Establishment nanti. Lumayan."
Shi Hao menyimpan manik itu.
Ia kemudian menatap langit. Awan kelabu mulai menipis.
"Misi selesai. Desa 'dibersihkan'. Tim 'Serigala Besi' gugur dalam tugas mulia melawan iblis."
Shi Hao menyobek lengan bajunya, melukai sedikit lengannya sendiri, dan mengacak-acak rambutnya agar terlihat seperti baru saja lolos dari pertempuran maut.
"Waktunya pulang dan bermain drama di depan Li Yan."
Shi Hao membakar sisa-sisa desa itu dengan api biasa untuk menghilangkan jejak teknik Naga-nya, lalu berjalan tertatih-tatih (pura-pura) keluar dari hutan.
Keesokan Harinya. Aula Misi Sekte.
Li Yan sedang duduk santai, menunggu kabar kematian Shi Hao.
Tiba-tiba, pintu aula terbuka kasar.
Seorang murid berlari masuk dengan wajah pucat. "Tetua Li! Tim Serigala Besi kembali!"
Li Yan tersenyum lebar. "Oh? Suruh Han Lang masuk."
"Bukan, Tetua... Han Lang tidak kembali. Yang kembali hanya... Zhu Shi Hao."
"APA?!" Cangkir teh di tangan Li Yan pecah berkeping-keping.
Di pintu masuk, Shi Hao melangkah masuk dengan tubuh penuh perban dan darah kering. Wajahnya tampak lelah dan penuh duka.
Ia berjalan tertatih ke depan meja Li Yan, lalu meletakkan lencana identitas milik Han Lang, Mei, dan Gou yang hangus terbakar.
"Lapor, Tetua..." suara Shi Hao serak dan bergetar. "Kami... kami disergap. Desa itu... penuh Mayat hidup. Kakak Senior Han Lang... dia mengorbankan dirinya agar saya bisa lari. Mereka... mereka pahlawan."
Shi Hao menangis. Air mata buaya mengalir deras di pipinya.
Li Yan menatap Shi Hao dengan mata yang hampir meledak karena amarah dan kebingungan.
Tiga pembunuh tingkat Foundation Establishment dan Qi Condensation Puncak mati? Dan bocah ini selamat? Mengorbankan diri? Han Lang si bandit itu mengorbankan diri? Lelucon macam apa ini?!
Tapi Li Yan tidak bisa membantah. Tidak di depan banyak murid yang menonton dengan simpati.
"Begitu ya..." Li Yan menggertakkan gigi sampai terdengar bunyi krak. "Sungguh... tragis. Kau... istirahatlah, Shi Hao. Sekte akan memakamkan mereka dengan layak."
"Terima kasih, Tetua," Shi Hao membungkuk dalam, menyembunyikan senyum iblis di balik wajah menunduknya.
'Satu langkah lagi, Li Yan. Aku sudah punya buktinya. Tunggu saat yang tepat untuk memenggal kepalamu.'