Quinevere King Neutron, putri Nathan Ace Neutron bersama dengan Clementine Elouise King, kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis dengan kepribadian yang kuat. Tak hanya menjadi putri seorang mantan mafia, tapi ia juga menjadi cucu angkat dari mafia bernama Bone. Hidup yang lebih dari cukup, tak membuatnya sombong, justru ia hidup mandiri dengan menyembunyikan asal usulnya. Quin tak pernah takut apapun karena ia sudah banyak belajar dari pengalaman kedua orang tuanya. Ia tak ingin menjadi pribadi yang lemah, apalagi lemah hanya karena cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUNGGU PEMBALASANKU
“Quin …”
Rea kembali melihat sahabat serta rekan kerjanya itu melamun. Bahkan kini wajah Quin semakin pucat karena tadi pagi tak sarapan dan siang pun menolak untuk makan.
“Kita makan bersama, Quin,” Rea meletakkan sebuah paperbag di atas meja.
Quin menatap ke arah Rea. Ia menghela nafasnya pelan. Ingin ia menolak, tapi tengorokannya seakan tercekat. Ia tak mampu berkata-kata, hanya tatapannya seakan menyiratkan sesuatu.
“Aku tak menerima penolakan. Kamu tak sarapan dan tak makan siang, apa kamu mau mati?!” Rea berbicara sedikit keras pada Quin karena ia tak ingin sahabatnya itu sakit.
“Apa dia tak tahu jika aku semakin merasa bersalah dengan sikapnya itu, Re. Aku tak akan bisa melupakan kesalahanku ini.”
Rea menghela nafasnya dalam dan panjang, “Fox mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Ia juga menginginkanmu untuk hidup dengan baik, bukan begitu?”
“Tapi mengapa ia memutuskan hubungan persahabatan denganku. Bukankah itu berarti dia tak mau mengenalku lagi? Apa aku seburuk itu, Re? Apa dia benar-benar membenciku?” Ntah mengapa hati Quin merasa sakit karena hal ini.
Rea mendekati Quin kemudian memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat. Ia mengusap punggung Quin agar Quin merasa lebih tenang.
Sementara itu di sebuah apartemen, Elon yang baru saja selesai menikmati surga dunia, duduk di sofa sambil menatap televisi yang menyala, tanpa menontonnya. Meskipun tubuhnya berada di sana, tapi pikirannya seakan melanglang buana dan hanya tertuju pada Quin seorang.
Aku mencintaimu, Quin. Tapi mengapa kamu memutuskan hubungan kita? Mommy menyayangimu seperti putrinya sendiri dan tak memandang latar belakangmu, tapi kamu sama sekali tak menghargainya. Apa yang sebenarnya kamu cari? Uang? Kekuasaan? Aku punya itu semua. - batin Elon sambil mengepalkan tangannya.
Suara langkah kaki tak mengganggu pikiran Elon saat ini, hingga sebuah suara membuyarkan lamunannya.
“Sayang, kamu tidak tidur?”
“Kita putus, Rose!”
Mata Rose langsung membulat saat mendengar ucapan Elon. Ia mengira Elon akan terus bersamanya setelah mereka meneguk kenikmatan dunia, bahkan Rose memberikan pelayanan secara maksimal pada pria yang menjadi kekasihnya dua hari ini.
“Aku tidak mau!” kata Rose dengan setengah berteriak.
Elon menatap tajam ke arah Rose, “memang siapa dirimu hingga aku harus menuruti permintaanmu? Quin yang kucintai saja tak pernah kuturuti permintaannya, apalagi dirimu.”
Rose mengepalkan tangannya. Ia kembali merasa kesal dengan Quin yang sepertinya menempati tempat yang sangat amat spesial di hati Elon.
Quin lagi, Quin lagi! Apa hebatnya wanita itu? Sudah pasti lebih hebat diriku, apalagi di atas tempat tidur. Quin siallann!! Lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padamu. Aku tak akan membiarkan Elon kembali padamu. - batin Rose.
Elon yang tengah kesal, segera menggunakan kemejanya, lalu bergegas pergi dari apartemen tersebut dan meninggalkan Rose yang masih terus berteriak padanya.
***
Hari demi hari dijalani Quin dengan tak terlalu bersemangat. Meskipun ia tetap fokus kuliah karena ia ingin segera menyelesaikan kuliahnya, lalu melanjutkan ke jenjang master. Namun, beban pikiran yang ia rasakan saat ini membuat dirinya menjadi lelah.
“Quin!” Quin kembali menghela nafas dalam saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang. Ia tahu, bahkan sangat tahu siapa yang memanggilnya, tapi ia memilih tetap berjalan dan mengacuhkannya.
“Quin!!” Quin akhirnya menoleh, tapi tatapannya berubah tajam.
“Jangan menghindariku. Maaf kalau aku pernah mengatakan hal buruk, tapi aku mencintaimu, Quin.”
“Lepaskan aku atau aku akan membuatmu menyesal,” ancam Quin.
“Aku mencintaimu, Quin. Aku benar-benar mencintaimu. Aku tak akan melepaskanmu lagi. Aku ingin kita kembali seperti dulu,” pinta Elon sambil memegang pergelangan tangan Quin.
“Elon!” Elon dan Quin langsung menoleh ke arah sumber suara.
“Mom!” Elon melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Quin lalu menghampiri Mom Anya, “Ada apa Mom kemari?”
Mata Anya menatap Quin dengan tajam, seakan mengatakan bahwa ia tak suka dengan kedekatan keduanya.
“Kamu kembali padanya?” tanya Anya setengah berbisik pada Elon, “Kamu ingin menjatuhkan harga diri keluarga kita dengan memohon padanya?”
“Mom …”
“Dulu Mommy menyetujui hubunganmu dengannya, tapi tidak sekarang, El. Sekarang pergilah dengan Gisella, persiapkan acara pertunangan kalian,” kata Mom Anya yang tak ingin dibantah.
“Tapi, Mom …”
Tiba-tiba saja Mom Anya memegang dadda sebelah kirinya dan meringis. Hal itu membuat Elon langsung panik seketika.
“Mom, ada apa?” tanya Elon dengan raut wajah cemas.
“Kita harus membawa aunty ke rumah sakit,” kata Gisella.
Tanpa banyak berpikir lagi ataupun melihat ke arah Quin, Elon bergegas membawa Mom Anya ke rumah sakit, bersama dengan Gisella. Quin yang melihat itu hanya bisa bernafas lega karena itu artinya Elon tak akan mengganggunya lagi. Ia bahkan tak peduli dengan wanita muda yang selalu berdiri di samping Elon.
Keputusanku sudah tepat. Keluarga itu hanya akan menjadi keluarga toxic jika aku berada dekat dengan mereka. Kamu bahkan tak bisa membedakan mana sakit sesungguhnya, mana yang hanya berakting. - batin Quin yang sangat yakin jika Anya hanya bersandiwara.
Sementara itu di dalam mobil,
“El, kita pulang saja,” kata Mom Anya dengan suara pelan.
“Kita ke rumah sakit dulu, Mom.”
“Mommy tidak apa-apa, hanya kelelahan dan stres saja,” ungkap Anya.
“Tapi, Mom …”
“Pulang saja, El. Mommy lebih nyaman beristirahat di rumah. Pergilah bersama Gisel untuk makan dan berjalan-jalan, sekaligus membicarakan pertunangan kalian,” kata Mom Anya.
“Baiklah, Mom,” Elon takut Mom Anya akan kembali sakit jika ia menolak keinginannya. Oleh karena itulah ia akan menuruti perkataan Mom Anya, meski dalam hatinya merasa tak setuju dengan pertunangan yang direncanakan oleh Mommynya itu.
***
“Steve, apa yang kamu dapatkan?”
“Tak ada, mereka mengerjakan semuanya dengan begitu bersih. Sepertinya sulit untuk menjatuhkan mereka.”
“Aku tak mau tahu, bagaimana pun caranya, aku harus mendapatkan semuanya! Cari celah di mana mereka akan membuat kesalahan dan pastikan mereka tak akan bisa lepas.”
“Baik, Tuan,” sang asisten yang begitu setia pun keluar dari ruang kerja tersebut untuk menjalankan perintah atasannya.
Seorang pria tampak duduk menatap berkas-berkas di hadapannya. Sudah hampir lima tahun ia berkutat dengan semua itu, sejak kedua orang tuanya dinyatakan meninggal. Perusahaan yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya sejak ia belum dilahirkan, berpindah tangan begitu saja tanpa kejelasan.
Namun siapa yang menyangka bahwa ia masih memiliki seorang Grandma yang menyayanginya dengan tulus. Ia berjanji dalam hatinya bahwa ia akan merebut kembali semua yang seharusnya menjadi miliknya, milik keluarganya. Ia juga tak akan membiarkan orang-orang yang mengambilnya hidup dengan tenang.
“Tunggu semua pembalasanku. Saat waktu itu tiba, aku akan memastikan kalian berlutut di hadapanku dan menangis darah,” gumamnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
🌹🌹🌹