Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Suara ayam berkokok saling bersahutan, menyemarakkan subuh yang begitu syahdu. Amira menggeliat, matanya terasa begitu berat untuk di buka Badannya pun terasa remuk redam, merasakan adanya tangan yang melingkar di pinggangnya dirinya tersenyum tipis dan saat sudah membuka kedua mata, dia sudah di suguhkan dengan pahatan indah wajah tampan suaminya yang sedang tertidur pulas sambil mendengkur halus.
Di ketuk ketuknya pipi Arga sampai yang empunya bangun dan langsung mendekap erat sang istri. "Apakah masih kurang sayang?" suara serak dan berat itu begitu seksi di pendengaran Amira.
wajah Amira sudah memerah, kala Arga membuka netranya dan langsung tersenyum menatapnya.
"Sholat dulu mas, nanti keburu habis waktu subuh!" Arga mengangguk dan langsung membopong sang istri ke kamar mandi. Amira mengalungkan tangannya pada leher Arga. Mandi bersama bukanlah hal yang baik untuk saat ini. Sebab, jika sudah di beri, Tidak akan cukup satu dua ronde saja untuk Arga si mesum suaminya ini.
Jadi, Amira meminta dirinya yang mandi terlebih dahulu, Arga setuju karena di luar sepertinya sang surya sudah mulai akan nampak.
tiga puluh menit kemudian, dua pasangan pengantin baru itu sudah selesai dengan mandinya masing masing. Amira membersihkan tempat tidur mereka, dan mengganti sprei beserta cover bed mereka, karena, aroma dari percintaan panas mereka semalam sangat menusuk di hidung.
Arga duduk di sofa dengan pakaian santainya. Dirinya yang melihat Amira yang sudah selesai dengan urusan bersih bersihnya. Segeralah mengajak Amira keluar untuk sarapan.
Pasangan pengantin baru itu berjalan beriringan. Di ruang tengah, sudah banyak tersaji berbagai macam menu makanan. Karena masih akan ada acara resepsi nanti malam. Maka, keluarga besar Arga banyak yang memilih menginap di kediamannya. Amira tidak langsung duduk di atas karpet lebar itu Melainkan dirinya langsung menyatroni dapur untuk membantu para saudara suaminya menyiapkan sarapan pagi.
setelah semua menu makanan dengan porsi yang begitu banyak tersedia di atas karpet lebar mereka semua duduk melingkar. Kehangatan keluarga besar Arga begitu kental terasa menurut Amira. Apalagi para sepupu Arga yang sudah saling berdebat dengan adik ipar bungsunya. Mereka terlihat begitu menggemaskan jika sudah saling melotot dan adu mulut.
Dina dan Rendra sedari tadi sudah saling curi curi pandang kepada Arga dan mereka pun saling pandang kala melihat Arga tidak seperti biasanya. Hari ini Arga terlihat begitu berbeda dan tidak henti hentinya juga Arga menampilkan senyum bahagia. Biasanya juga kakak laki lakinya itu begitu datar dan irit senyum jika sedang kumpul keluarga begini, benarkah dugaan mereka berdua kalau semalam sang kakak sudah merasakan surga dunia ?. Dina dan suaminya mengulum senyum dengan pikiran mereka masing masing.
Ibu Latifah yang tidak bisa duduk di bawah, tetap duduk di kursi roda dengan menyantap sarapannya. Dirinya berada di dekat anak bungsunya. Tidak henti hentinya dirinya tersenyum melihat sepasang pengantin baru itu, apalagi anaknya hari ini begitu berbeda aura nya.
Amira mengambilkan makanan untuk suaminya dirinya memilih sup ayam untuk menu sarapan sang suami. Arga makan dengan sesekali melirik istrinya yang juga mengambil menu yang sama. Dirinya mengambil peyek ikan teri dan memberikannya kepada sang istri. Amira tersenyum menerima pemberian suaminya.
"Tambah nasinya sayang!" Amira mengangguk dan mengambil nasi lagi karena memang dirinya kurang "Mas mau juga?" Arga mengangguk dan Amira dengan cekatan juga mengambilkan suaminya nasi namun dengan lauk berbeda kali ini dirinya mengambil lauk rendang untuk suaminya dan tambahan tumis kangkung, dirinya pun juga sama mengambil dengan menu itu.
Dina yang sedang menyantap sarapannya merasakan perutnya seperti agak mulas. namun, dirinya tahan Mungkin ini hanya kontraksi palsu, Bukankah kandungannya masih tujuh bulan! Lama kelamaan Ringisan Dina di dengar oleh Rendra, yang dengan spontan menolehkan kepalanya "Kenapa yank?" Dina menggeleng sambil tersenyum kecut. Tidak bisa dirinya menutupi rasa sakit di perutnya. Rendra yang panik langsung berdiri dan langsung menggendong tubuh sang istri. "Kenapa Rend?" Rendra masih menoleh kepada kakak iparnya "Dina kontraksi mas, sepertinya mau melahirkan!".
Semua orang yang berada di ruang tengah melongo mendengar penuturan Rendra. Bukan kah kehamilan Dina masih tujuh bulan? Dan tanpa di instruksi pun semua orang langsung heboh menyiapkan ini dan itu. Budhe Atik selaku kakak dari bapak Arga sibuk menyiapkan kain jarik, bedongan, selimut , bantal, baju bayi dan lain sebagainya. Silvi dan dua sepupu perempuannya pun juga tak kalah heboh mereka mencari buku catatan kesehatan ibu hamil, KTP, KK dan surat surat penting lainnya.
Amira dan Arga langsung menuju mobil di mana ada Dina di dalamnya. Amira duduk di jok depan dengan Arga yang menyetir dan Rendra yang merangkul istrinya di belakang. Ibu Latifah tidak henti hentinya memanjatkan doa untuk kelancaran serta keselamatan anak dan juga cucunya. Di belakangnya ada sang adik, bulek Fatimah yang setia menenangkan sang kakak dengan terus mendoakan keduanya.
"Kalian sedang apa?" Silvi menaikkan sebelah alisnya melihat apa yang sedang di lakukan para sepupu menyebalkannya itu. Imron melengos "Tentu sajalah menyiapkan nasi dengan lauk pauk lengkap, kau kira di rumah sakit nanti tidak lapar apa menunggui orang yang sedang melahirkan!" seraya terus menerus mengisi rantang berukuran besar itu dengan menu makanan yang masih berada di atas karpet lebar itu.
Silvi dan kedua sepupu perempuannya melongo. "Kalian akan ikut kah?" dan Imron mengangguk mantap. Silvi dan kedua sepupu perempuannya hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah Imron dan Rio.
Kembali ke mobil.
Dina tetap meringis menahan sakit pada perutnya "Apakah benar aku akan melahirkan mba? Bukankah usia kandunganku masih tujuh bulan!" Dina memang sudah mengganti panggilannya terhadap Amira. Semenjak sahnya pernikahan. mereka kemarin.
"Aku juga kurang paham Din, bukankah aku belum pernah merasakan kehamilan!" Amira menoleh ke belakang sambil memperhatikan Dina, nada suaranya begitu terlihat mengkhawatirkan sang adik ipar. Dina hanya mengangguk angguk sambil terus menarik nafas dan menghembuskannya yang di lakukannya disaat perutnya terasa seperti di remas.
mobil memasuki area rumah sakit, Rendra memang meminta langsung ke rumah sakit, karena biasanya di desa Bunggran ibu melahirkan akan langsung di larikan ke puskesmas desa.
Arga menurut, dirinya mengerti setiap suami pasti memiliki masing masing cara untuk memberikan yang terbaik bagi istrinya.
Turun dari mobil, Rendra membopong tubuh sang istri dan membawa masuk ke ruang IGD. Di dalam para tenaga medis yang melihat Rendra membawa ibu hamil langsung mengerti maksud kedatangan mereka. Segeralah Dina di bawa ke sebuah ruangan untuk di periksa. Dan semua orang menunggu di kursi tunggu luar ruangan tindakan Dina.
Tak henti hentinya Amira memanjatkan doa. memohon keselamatan Dina beserta bayinya.
Jangan lupa like dan komen ya sayang🥰🥰