Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 07
“Ma-Mas.” Tersenyum manis hingga perlahan kesadaran nya hilang.
“Hey, bangun Hira plis, ya Allah Hir bangun, “ Axell mencoba memeluk tubuh ringkih itu seraya bulir bening luruh begitu saja.
Diambang kepanikan Axell mencoba menghubungi ambulans serta asisten nya untuk segera bekerja. Dia rasa ini terlalu janggal.
Tak berselang lama mobil ambulans datang dan dengan kecepatan tinggi membawa Hira kerumah sakit. Axell terus mendampingi istrinya hingga sampai di IGD .
Baju kemeja berwarna putih kini sudah dipenuhi dengan darah .
“Enggak, kamu gak boleh kenapa-kenapa Hira, maaf aku lalai jaga kamu. Aku gak mau kehilangan lagi setelah Ning Rea pergi.” Ia terduduk lemas didepan pintu ruangan .
Lantai yang dingin mulai menyapa tubuh nya namun tak ia hiraukan, mata nya sedikit sembab.
“Ning Rea aku mohon jangan bawa Hira pergi juga, kata kamu aku suruh jaga dia.” Gumamnya di setengah sadar, Dirga yang menyaksikan hal tersebut langsung membangun kan Axell.
Namun saat bangun Axell nampak begitu panik bahkan langsung mengintip dalam ruangan lewat pintu kaca . Tak ada yang bisa dilihat karena pintu itu didesain privasi.
Mundur perlahan sampai tepat di depan kursi, mendarat kan pantatnya .
Dirga menepuk bahu Axell dengan lembut, “Tuan, harus percaya jika nona Hira akan baik-baik saja. Yang saya lihat beliau ini sosok yang kuat dan tak mudah menyerah.”
“Oh jadi diam-diam kamu mengamati istriku ha!”
“Bu-bukan begitu Tuan, saya hanya mengatakan pendapat saya. Walaupun saya jomblo lumutan tapi ya gak tertarik sama istri orang juga kali,gak sebrengsek itu saya.”
Axell menghela nafas panjang sekali melirik ke arah Dirga yang terlihat begitu takut dengan tatapan mata nya. Mata elang Axell membuat bulu kuduk Dirga meremang, sangat terlihat ingin memakan mangsa nya.
“Salah ngomong nih, udah pasti gaji dipotong arghhh asem… asem…” Gerutunya dalam hati.
Dokter seli keluar dari ruangan dan langsung menghampiri Axell.
“Pasien koma, harap Tuan bersabar kami segenap tim dokter sedang berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan pasien. Dan dibutuhkan operasi karena ada gumpalan darah di otak akibat pendarahan, mohon segera tandatangani berkas ini.”
Dokter seli menyodorkan beberapa lembar berkas yang harus ditandatangani oleh Axell, dengan tangan yang bergetar ia menggoreskan pena diatas kertas tersebut.
“Terima kasih, kami dan Dokter Mela akan berusaha sekuat kami.”
“Iya dok, tolong selamatkan istri saya dan juga saya janji akan memberikan berapapun uang untuk perawatan,asal kan istri saya dapat disembuhkan.”
“Iya kami akan berusaha, saya permisi dulu,”melangkah masuk kembali kedalam ruangan.
Axell kembali duduk dengan hati yang gelisah, sesekali ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri.
Di Kejauhan ada seseorang yang tersenyum sinis melihat ruangan yang dihuni Hira.
“Emm aku harap dia tidak akan selamat, sepertinya aku harus melakukan sesuatu dan dokter Mela kalau sampai dia sembuh !”
Lalu ia melangkahkan kaki pergi meninggalkan tempat tersebut.
“Tuan itu, itu!”
“Itu, itu apa sih! Ngomong yang jelas!”
“Ada perempuan itu tuan.”
“Dimana?”
Mengedarkan seluruh pandangan ke sudut ruangan namun tak ada yang berarti. Hanya ada para perawatan yang lalu lalang untuk memeriksa pasien.
Axell menghela nafas gusar lalu menyentil jidat Dirga karena ia merasa sudah tertipu oleh nya. “Gajimu mau aku potong ya?”
“Ja-jangan dong, ihh gitu terus ancaman gaji turun heh,” Keluhnya.
“Jangan macam-macam makanya atau sampai kamu salah kasih informasi, gaji mu aku potong!”
“Baik-baik aku akan lebih teliti lagi, oh ya obat yang Tuan minta akan tiba 1 jam lagi.”
“Seperti biasa.”
Dirga menganggukan kepala lalu melangkah pergi meninggalkan Axell.
Ia termenung dengan tatapan kosong, Dan tiba-tiba sekelebat bayangan pesan Ning Rea berputar dalam ingatan nya.
...Flashback on...
“Kamu harus kuat, kamu harus bertahan.” Tanpa menggenggam tangan calon calon istri nya ia hanya sedikit mencondongkan kan tubuh ke arah Ning Rea.
Ning Rea tersenyum manis namun kali ini sangat terlihat manis dari biasa nya.
“ Aku percaya kamu pasti bisa, aku udah gak kuat, tolong ikhlaskan aku dan hiduplah dengan baik. Sama aku titip Hira ya bimbing dia ke jalan yang benar bila perlu nikahi dia.”
“A-aku…”
“Janji ya, maka aku akan tenang. Jangan sakiti dia juga,”Nafasnya mulai tak beraturan.
Axell membimbing nya melafalkan syahadat,dengan bibir yang bergetar serta bulir bening yang membasahi pipinya,“Asyhadu alla”
“Asyhadu alla”
“ilaha illallah”
“ilaha illallah”
“Wa asyhadu”
“Wa asyhadu”
“Anna Muhammadarrasulullah”
“Anna Muhammadarrasulullah”
Seusai mengikuti tuntunan syahadat dari Axell perlahan Ning Rea menutup mata nya bersamaan dengan bunyi pada monitor yang juga menampilkan garis lurus, pertanda jika detak jantung itu berhenti berdetak.
Axell terduduk lemas di samping ranjang , peristiwa yang ia lihat nampak nyata namun batin nya seolah menolak jika Ning Rea telah pergi untuk selama-lamanya.
...Flashback off...
“Gak, gak boleh, hal itu gak boleh terjadi lagi. Hira harus selamat apapun cara nya” Tegas nya, memantapkan diri untuk ke ruang dokter Mela .
Keesokan harinya ia terbangun di samping Hira , ia tidur di kursi dengan bermodal sandaran di dekat tangan Hira.
“Hay, selamat pagi. Semoga kamu masih ingat aku ya dan yang dikatakan dokter itu semua salah.”
Tiba-tiba jari jemari Hira sedikit bergerak, Axell yang menyadari itu tersenyum manis dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia menekan tombol supaya dokter dan suster segera datang memeriksa Hira.
Sambil menunggu ia menggenggam tangan Hira dan sesekali mengecupnya pelan. “Kamu pasti sembuh kan kamu wanita kuat, hebat. Ayo bangun katanya mau bantuin aku nemuin orang misterius itu.” Air mata nya tak bisa ia bendung lagi, hati nya terasa sakit entah sedari kapan ia merasakan tak ingin kehilangan Hira.
Ia bingung dengan dirinya sendiri, apa rasa yang saat ini ia rasakan adalah sebuah cinta? Atau hanya sekedar rasa kasihan dan iba? Namun rasa takut kehilangan itu nampak begitu besar. Kalau benar ini cinta kenapa ia harus merasakan disaat wanita yang dia cintai sedang diambang hidup atau mati.
“Maaf jika aku terlambat menyadari tapi aku juga belum yakin dengan rasa ini. Beri aku kesempatan kedua untuk lebih menjaga mu dan menepati janji ku pada Ning Rea.”
Dokter Mela datang seraya membawa obat yang Axell kasih kemarin malam. Obat yang diambil langsung dari Korea Selatan.
“Mohon tinggalkan ruangan ini terlebih dahulu, kamu percaya kan sama aku? Aku dulu memang gagal menyelamatkan Ning Rea tapi kali ini aku janji akan menyelamatkan nya. Maaf dulu karena asisten ku lalai jadi…”
“Jangan bahas yang lalu, sekarang selamat kan dulu istri ku!”
Mela mengangguk paham lalu dengan cekatan menyuntikkan obat lewat selang infus, bersamaan juga dengan Axell yang keluar ruangan. Ia mendudukkan diri dikursi depan ruangan dengan raut wajah gelisah.
“Aku ingin lihat bagaimana reaksi nya setelah obat itu aku tukar haha! Apakah akan kejang-kejang atau langsung mati sekalian haha! ” Gumam seseorang yang memandangi ruangan Hira dari kejauhan.