Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 09
KEMATIAN PALSU REPORTER INDONESIA
Di dalam kamar yang hening, Disha hanya merenung menatap ke arah nampan yang masih terisi penuh, bahkan air putihnya pun masih penuh tanpa tersentuh.
Meski dia lapar, namun selera makan Disha benar-benar tidak ada.
Saat tangan kirinya bergerak dan merasakan dinginnya borgol besi itu, Disha menatapnya sejenak hingga dia mulai muncul sebuah cara. Dengan cepat Disha meraba rambutnya, mencari sesuatu yang memang dia temukan, yaitu jepit rambut.
“Thanks God!" Gumam Disha segera membuka borgol tersebut dengan jepit rambutnya tadi sebisa mungkin.
Itu sangat susah tidak seperti di film, namun Disha mencobanya tanpa henti meski jantungnya berdebar dan berharap Noir atau siapapun tidak mendatanginya. “Aku moho... Please!!!"
Wanita dengan rambut tergerai itu benar-benar panik.
Tek! Seketika napas Disha langsung menurun saat dia melihat tangannya terlepas dari borgol tersebut. Wanita cantik itu memejamkan matanya dengan senyuman haru dan segera melangkah menuju pintu usai membuka sepatu high heels nya.
Disha bergerak cepat membuka pintu dan— deg!
Keterkejutan yang luar biasa sampai ia hampir saja terjatuh lemas ketika melihat keberadaan Noir yang juga hendak masuk.
Tatapan tajam Noir membuat napas Disha memburu. Hendak mencoba menerobos pria itu, seketika Noir langsung mencengkram lengan dan leher Disha sembari mendorongnya masuk. “Beraninya kamu ingin kabur.”
Brugh! Tak bisa bergerak saat Noir berada di atasnya dengan mencengkram erat leher dan lengan kanannya. Disha mencoba memukul pria itu dengan tangan kirinya.
“LEPASKAN AKU... LEPASKAN SIALAN!!" kesalnya mencoba menggeleng dan meronta.
Noir yang menatapnya membuat dia teringat akan kematian istrinya. Terlihat bagaimana pria itu menatap lekat wajah Disha yang kesakitan akibat tekanan tangannya di leher semakin kuat.
Disha menggertakkan giginya saat dia mencoba menahan tangan Noir di lehernya yang semakin mengerat hingga air mata mulai keluar dari ekor matanya.
Seketika dia langsung melepaskan tangannya dari leher Disha saat menatap ekspresi wanita tadi mengingatkannya akan Teodora. Ya! Bukan tentang kematian, melainkan hal lainnya yang membuat Noir tertegun hingga berdiri menatap ke Disha yang masih terbaring dan terbatuk-batuk.
(“Ahhh~ yeahh, fast please~ ”)
Suara Teodora membuat Noir menatap tajam ke Disha. Namun anehnya, kenapa pria itu malah mengingat akan desahan istrinya? Dan itu sangat membuatnya marah.
Hendak bangkit, pria itu kembali menindihi tubuh Disha dan menahan kedua tangannya.
“Lepaskan aku atau bunuh saja aku dasar sialan!” ucap Disha menatap marah saat wajah tampan Noir berada tepat di depannya.
Lagi dan lagi Noir teringat akan suara desahan istrinya hingga bayangan akan wajah Teodora yang hampir sama seperti Disha saat kesakitan dan kenikmatan.
Menyadari akan cengkraman kuat tangan Noir di pergelangan tangannya, Disha mulai panik dan berkerut alis. “Lepaskan aku.” Pintanya.
“Kamu ingin kematian kan. Maka aku akan berikan kepadamu, berikan aku ekspresi mu saat aku menyiksa mu di malam pertama kita.” Ucap Noir dingin namun sangat mengerikan.
Dada Disha naik turun tak karuan saat pria itu mulai menggerayangi lehernya dengan bibir dan hidung mancungnya. Disha mencoba menoleh ke kanan dan kiri namun Noir malah menyatukan kedua tangannya dan menahannya dengan satu tangan.
“Stop!” pinta Disha benar-benar panik sendiri saat tangan kanan Noir mulai membuka kasar dress-nya dengan cara merobek-robek tak karuan.
“HENTIKAN!!!” sentak Disha hingga pria itu langsung bangkit dan berdiri membelakangi Disha.
“FUCK!!! HAAA!!!” teriak Noir terlihat geram dan marah sendiri seolah dia tengah menahan amarah yang sangat besar di hati dan pikirannya.
Disha dapat melihatnya meski dalam kondisi panik dan ketakutan. Namun dia bisa melihat bagaimana Noir mengekspresikan dirinya.
Pria itu menoleh dan menatap tajam ke Disha yang mulai duduk dengan tatapan menahan tangis dan kesal.
Tanpa ada perkataan yang keluar, pria itu melangkah pergi, merobek kemeja hitamnya hingga kancingnya rusak dan memperlihatkan dada bidangnya dengan kulit eksotis dan sebuah tatto di dada kanannya berbentuk naga yang melingkar membentuk seperti Ying & Yang.
“Pria sialan!" Kesal Disha menatap ke pintu dan berpaling kasar dengan dress yang sudah compang-camping memperlihatkan perut dan hampir ke dada bawahnya.
Sementara di ruangan pribadinya, Noir langsung meneguk segelas Vodka untuk menenangkan pikirannya yang tiba-tiba saja kacau.
Falco yang baru saja tiba ingin memberikan informasi pun dia urungkan kembali saat tidak sengaja melihat bosnya melangkah masuk ke ruangan dengan mimik wajah marah.
“Di mana Noir?” tanya Yoanna baru saja tiba dan melihat keberadaan Falco.
“Ada di ruangannya, tapi saat ini lebih baik Anda tidak mengganggunya.” Ujar Falco yang malah mendapat tatapan sinis dari Yoanna.
Namun wanita itu tahu jika sudah seperti itu, tandanya suasana hati Noir tidak baik-baik saja dan mereka yang ada di Mansion juga tahu kalau bukan waktu yang tepat menemui Noir dalam keadaan seperti malam ini.
-‘Apalagi yang wanita sialan itu lakukan? Dia benar-benar membuat suasana Noir kacau, dasar jalang sialan.’ Batin wanita cantik tadi dengan kesal bila mengingat Disha si pembunuh kakak iparnya itu.
...***...
Sementara di kamar yang hening, Todor duduk di sofa singelnya sambil bersandar menikmati cerutunya hingga ia memikirkan keberadaan seorang wanita yang membuatnya bertanya-tanya.
“Tuan Todor!” tiba-tiba ketukan di pintu kamarnya hingga suara asistennya membuat Todor segera menyuruhnya masuk.
Benar! Itu Frank, “Duduklah.” Pinta pria dengan tatto di lehernya full itu dan jubah tidurnya yang saat ini dia kenakan.
“Soal wanita itu. Tidak ada jejak apapun setelah pembunuhan Nyonya Teodora.” Jelas Frank membuat Todor berkerut alis lalu menyeringai kecil nan licik.
“Bagaimana dengan Noir? Aku yakin pria itu sudah membunuh wanita malang itu.” Ujar Todor kembali bersandar.
“Informasi tentang itu. Maaf Tuan, sangat sulit menembusi Tuan Noir secara diam-diam.” Jelas asistennya yang memang sudah mencobanya.
Todor mengerti, dia tidak suka memaksakan diri jika tidak bisa. Namun dia lebih suka bermain api.
“Cari wanita itu, dan kita juga harus memberikan taburan bunga untuk pria autis yang malang itu kan! Cari tahu informasi mereka berdua.” Pinta Todor yang tadinya menyeringai kini menatap tajam tanpa senyuman.
Bukankah itu memperjelas bahwa dia memiliki sangkut paut kejadian di kapal pesiar waktu itu? Itu mungkin saja, bukan.
...***...
Indonesia
Di saat satu kantor ricuh akan keberadaan seorang reporter mereka yang hilang secara tiba-tiba di Inggris, kini mereka semua dikejutkan lagi dengan penemuan jasad seorang wanita yang diduga adalah reporter mereka.
“Awas, minggir! Biarkan aku melihatnya, dia temanku!” ujar seorang wanita berambut pendek lurus memaksa masuk ke sebuah ruangan rumah sakit yang terdapat dua jasad di sana.
“Dia ditemukan satu hari lalu di pelabuhan Inggris. Sepertinya mereka berdua bunuh diri, ada pistol di ruangan tersebut juga sidik jari nya.” Jelas seorang dokter yang mengotopsi dua jenazah tersebut.
Wanita berambut pendek itu masih tak percaya hingga dia melihat sendiri, wajah Sandy— kakak dari Disha yang memang ada di sana, terbaring tanpa nyawa.
Saat Fani membuka selimut yang satunya, seketika dia terkejut dan berpaling takut saat melihat wajah seorang wanita yang sedikit terluka parah namun memang memiliki wajah yang hampir mirip Disha.
Fani menatap lekat dengan memberanikan diri hingga dia mengernyit. -‘Dia bukan Disha.’ Batin Fani sangat yakin, namun dia memilih diam karena merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan temannya itu.
Namun melihat keadaan Sandy, membuat Fani ikut sedih.
...°°°...
Hai guyss!!!! Guyss maaf banget karena up pagi² sekali!!! Ada trouble internet yang membuatku harus update jam pagi, ini sangat melelahkan 😩 jadi mohon dukungannya selalu!!!!
Dan iya, awas terkecoh karena akan ada banyak plot twist yang membuat kalian HA HO HE???
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!
Thanks and See Ya ^•^
ini ngga hamidun kan ya?