NovelToon NovelToon
Tumbal Mata

Tumbal Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Horror Thriller-Horror / Epik Petualangan / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Foerza17

Setelah aku selamat dari kecelakaan itu, aku berhasil untuk bertahan hidup. Tetapi masalah yang kuhadapi ternyata lebih besar daripada dugaanku. Aku tersesat dihutan yang lebat dan luas ini. Aku mungkin masih bisa bertahan jika yang kuhadapi hanyalah binatang liar. Tapi yang jadi masalah bukanlah itu. Sebuah desa dengan penduduk yang menurutku asing dan aneh karena mereka mengalami sebuah penyakit yang membuat indera penglihatan mereka menjadi tidak berfungsi. Sehingga mereka harus mencari "Cahaya" mereka sendiri untuk mengatasi kegelapan yang amat sangat menyelimuti raga mereka. Mereka terpaksa harus mencari dan mencari sampai bisa menemukan mata mereka yang hilang. Dan akhirnya mereka bertemu dengan kami. Beberapa penumpang yang selamat setelah kecelakaan itu, harus bertahan hidup dari kejaran atau mungkin bisa kusebut penderitaan mereka atas kegelapan yang menyelimuti mereka. Berjuang untuk mendapatkan "Cahaya Mata" mereka kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali ke Bis

Aku menarik tangan Kak Willie dan segera berlari bersama rombongan menuju bis kami kemarin karena tanda yang diberikan oleh tim A melalui tembakan senapannya nya Pak Juari.

"Kita mau kemana woi?" Teriak Kak Willie.

"Nanti aja aku jelasin. Yang penting ikutin aja Pak Bonadi!" Jawabku.

Karena aku menarik tangan Kak Willie, aku jadi tidak memperhatikan Aini.

"Oh iya, mana adikku?" Ucapku tersadar.

"Tuh dia dibelakang.  Dia digendong sama Pak Bonadi." Jawab Kak Willie.

"Yaudah kakak jalan sendiri aja. Jangan manja." Ucapku sambil melepaskan genggaman tanganku.

"Yeee siapa suruh tadi nggandeng tangan gue?"

"Lah kakak sendiri aja tadi malah bingung sendiri pas disuruh lari." Bantahku.

"Kan emang gue gak tau rencana awalnya gimana? Makanya gue bingung." Terka Kak Willie membela dirinya sendiri.

"Bodoamat." Ucapku mengakhiri percakapan sembari berlari kearah Pak Bonadi.

"Ihh abang jahat malah gandeng kakak itu." Gerutu Aini yang berada di gendongan Pak Bonadi.

"Hehe maaf An. Namanya juga lagi panik." Ucapku meminta maaf.

"Hehe iya deh gapapa." Jawab Aini sambil tersenyum.

"Yaudah sekarang mau Abang gendong gak? Pak Bon, sekarang biar aku aja yang gendong adikku." Ucapku menyarankan.

"Gapapa. Nanti malah kelamaan kalo berhenti. Keburu dikejar sama orang-orang jahat itu." Tolak Pak Bonadi.

"Orang jahat katanya? Ternyata Pak Bonadi emang orang baik. Terlihat dari pemilihan katanya yang diperhalus supaya Aini berpikir mereka emang orang yang masih hidup bukannya mayat hidup."  Batinku lega.

"Eh cahaya apa ini?" Aku terkejut karena tiba-tiba sebuah sekelebat cahaya menyilaukanku.

Aku melihat dikejauhan terdapat sebuah cahaya yang bergerak acak seolah memberi tanda. Mungkin itu cahaya dari senter supaya kami tau dimana posisi bisnya.

"Ayo segera bergegas!" Ajak Pak Bonadi sembari mempercepat langkahnya.

"Persiapkan senjata kalian. Sepertinya akses untuk menuju kesana tidak akan mudah." Ucap Pak Bonadi memberi instruksi.

Memang benar. Disana masih terdapat beberapa zombie yang mencoba untuk menerobos masuk bis kami yang sudah dikunci dari dalam oleh tim A.

"Woii kalo mau makanan nih ada disini." Ledek Mas Haris sambil menunjuk ke arah Kak Willie.

"Makanan gundulmu. Gue masih mentah woi!" Gerutu Kak Willie.

Seketika para zombie itu menoleh kearah kami dan berlari menghampiri kami.

"Ini nak. Katanya kamu mau gantian gendong adikmu." Ucap Pak Bonadi sambil menurunkan Aini dari gendongannya.

"Oh iya pak." Jawabku menghampiri mereka berdua.

"Kamu tetep dibelakang abang ya dek. Biar abang bisa ngelindungin kamu."

"Iya bang. Hati-hati ya bang." Jawab Aini.

"Lebih baik kita berpecah supaya tim A lebih mudah untuk menjalankan tugas selanjutnya." Ucap Pak Bonadi memberi instruksi. Kami serentak mengucapkan siap bersamaan.

"Lah eh? Maksudnya gimana? Gue harus lari sama siapa?" Tanya Kak Willie panik.

"Sepertinya kelamaan tidur membuat lu gak bisa berpikir cerdas ya?" Ledek Pak Bonadi.

"Yaudah kakak sama kami aja larinya." Ucap Aini menawarkan.

"Oke oke. Ketimbang sama si Haris. Nanti gue malah dijadiin umpan sama dia." Sinis Kak Willie.

"Woiya dong." Ledek Mas Haris.

"Sekarang berpencar." Ucap Pak Bonadi.

Kami pun berlari terpisah untuk memecah zombie-zombie itu. Aku bertiga bersama Kak Willie dan Aini yang berada dalam gendonganku. Kemudian Pak Bonadi bersama Kak Ayu, dan Mas Haris sendirian. Mas Haris berlari dan tanpa rasa takut langsung menerjang zombie-zombie itu dan langsung meninju mereka hingga terkapar. Tanpa ampun Mas Haris membunuh mereka yang terlihat masih bergerak dengan tinjunya sehingga dipastikan zombie-zombie itu sudah benar-benar mati.

Karena aku kesulitan untuk melawan mereka karena harus menggendong Aini, maka aku mengandalkan kedua kaki ku untuk berlari secepat mungkin untuk menghindari mereka.

"An! Sekarang kamu tutup mata sampe abang kasih tau kalo sudah waktunya buka mata ya." Ucapku menyuruh Aini karena aku tidak tega dia melihat wajah-wajah mereka yang mengerikan.

Aku berusaha untuk menggocek mereka diantara pepohonan. Tapi siapa sangka, Kak Willie larinya cepet banget kek maling yang dikejar warga. Sampai-sampai aku ditinggalin sendirian dibelakang.

"Waduhh tuh orang cepet amat yak larinya." Batinku keheranan.

"Kaburrr! Tolong gua woii!!" Teriak Kak Willie.

"Mending gitu sih, ketimbang dia gak bisa lari cepet. Aku juga jadi bisa fokus buat ngehindarin kejaran para zombienya." Batinku.

Akhirnya aku berhasil masuk ke dalam bis tanpa mengalami cedera yang berarti. Aku segera menurunkan Aini dari gendonganku dan segera mengambil senjata yang telah disediakan oleh tim A.

"Aini masih harus tutup mata yaa. Nanti kalo orang-orang jahatnya udah pada pergi, baru boleh buka mata." Aku memberikan instruksi kepada Aini agar dia tidak melihat para zombie itu.

"Iya bang." Jawab Aini sembari merangkak ke bawah bangku bis yang tersisa.

"Ini nak." Aku diberikan oleh Pak Juari besi fua yang telah ditajamkan ujungnya.

"Makasih pak." Jawabku.

Aku kembali keluar dari bis dan segera menghabisi zombie-zombie yang tersisa. Dengan kombinasi serangan jarak jauh dan jarak dekat, tanpa butuh waktu lama pun kami berhasil membereskan mereka dan tak menyisakan satupun.

Kami akhirnya bisa bernapas lega dan segera berkumpul kedalam bis untuk saling mengecek kondisi satu sama lain.

"Semuanya oke? Apa ada yang terluka parah?" Tanya Pak Bonadi.

Kami menggelengkan lirih kepala kami pertanda tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Pak Bonadi juga tersenyum lega.

"Kalian benar-benar luar biasa. Aku sangat bangga kepada kalian." Puji Pak Bonadi.

Kami hanya tersenyum. Kami sangat kelelahan setelah pertarungan tadi.

"Aini! Sekarang kamu boleh buka mata."

"Udah pergi mereka ya bang?" Tanya Aini.

"Udah kok. Sekarang kita cari posisi yang enak buat istirahat."

"Iya bang." Jawab Aini menurut.

Aku segera menyiapkan tempat yang nyaman untukku dan Aini beristirahat.

"Kenapa kamu selalu menyuruh adikmu buat menutup matanya?" Tiba-tiba Pak Bonadi menghampiriku. Aku sedikit kaget.

"Enggak kok pak. Aku cuman gak mau dia harus menghadapi kenyataan yang kek gini. Dia masih terlalu kecil." Jawabku. Aku memang tidak ingin dia langsung bertatap muka dengan wajah-wajah zombie yang mengerikan itu. Terlalu mengerikan untuk dilihat bagi adik kecilku itu.

"Suatu saat nanti, mungkin kamu tidak bisa lagi untuk melindunginya. Jadi biasakanlah juga dia untuk menghadapinya sendiri." Saran Pak Bonadi.

"Walaupun begitu, selagi aku masih bisa untuk melindunginya, aku akan tetap suruh dia buat menutup matanya supaya dia tidak merasa khawatir dan merasa aman saat berada disampingku. Karena itulah tugas seorang kakak." Jawabku yakin.

Pak Bonadi hanya tersenyum kemudian pergi. Aku juga menata bangku-bangku supaya kami bisa tidur dengan nyenyak walau hanya sekejap. Tak ada yang berjaga kali ini, mereka tampak sangat kelelahan. Kepala Aini berada dipangkuanku, memberikannya sebagai bantal agar dia tetap nyaman. Aku tidur terduduk, sayup-sayup mataku mulai terpejam, aku mulai kehilangan kesadaranku, aku pun tertidur, kami tertidur.

1
yanah~
enak di baca kak 🤗
yanah~
Mampir kak 🤗💪
Siti Yatmi
berasa nonton film...wk2
Foerza17: jangan buru² atuh bacanya kak. aku upload cuman sehari sekali
total 1 replies
ada badaknya🫡off
kayak nama Aini di sinetron "Aini malaikat tak bersayap" di ANTV
Foerza17: kalau ada kesamaan nama tokok adegan ini hanya fiktif belaka ya kak wkwk
total 1 replies
ada badaknya🫡off
hati hati banyak supir yang ngantuk l
Foerza17: mana ada pagi² mengantuk
total 1 replies
ada badaknya🫡off
harus buat rencana dulu lah masa malah diam aja di bis
ada badaknya🫡off
wkwkwkw sabar karena Allah yang tahu/Proud/
Siti Yatmi
berasa nonton film
Foerza17: pantengin terus ceritanya ya kak. diusahakan setiap hari update ❤️❤️❤️
total 1 replies
Siti Yatmi
serem ih...mata mu..mataku....
Aleana~✯
Hai kak aku mampir...yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Foerza17: makasihh udah mampir. semoga novelnya makin ramai pembaca yaw
total 1 replies
Jihan Hwang
hai. aku mampir.. yuk kamu juga mampir di karyaku/Smile/
Foerza17: makasih sudah mampir kak ❤️❤️
total 1 replies
Tsumugi Kotobuki
Gaya bahasa penulisnya enak banget, bisa ngebuat baper atau ketawa-ketawa.
Foerza17: thanks ya kak. ditunggu update selanjutnya. aku usahakan setiap hari update ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!