🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Malam telah berubah pagi, Bulan sudah bangun saat akan melaksanakan ibadah sholat subuh. Dia sudah lebih baik hari ini, perlakuan Stevan yang sedikit lembut dan memberi perhatian, membuat Bulan sedikit semangat untuk melakukan kegiatan dihari ini.
Pintu kamar terbuka lebar, Stevan melihat Bulan sedang duduk di balkon sambil memakan sarapannya dengan membaca buku.
"Apa kau sudah lebih baik?" Bulan menoleh, dia melihat Stevan sudah berada di ambang pintu balkon.
"Yaa aku sudah lebih baik!" sahutnya tersenyum simpul.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu!"
"Stevan!"
Stevan yang akan berjalan menuju pintu pun langkah nya terhenti memutar tubuhnya melihat Bulan yang masih duduk di kursinya.
"Ada apa?"
Bulan meletakkan roti yang ada ditangannya dan bangkit mendekati Stevan yang masih berdiri di tempatnya.
"Aku, em aku sebenarnya..."
Stevan melihat Bulan meremas-remas kedua tangannya pun mengerutkan keningnya.
"Ada apa? Kau sebenarnya kenapa?" tanya Stevan.
"Apa boleh aku ijin pergi kerumah orang tuaku hari ini? Aku merasa jenuh dirumah selama satu tahun, aku ingin melihat dunia luar!" ujar nya gemetar dengan kepala menunduk karena merasa takut Stevan akan menamparnya.
Tak menjawab, Stevan justru menatap wanita di hadapannya itu dengan tatapan dingin. Bulan yang tak juga mendengar jawaban dari Stevan mendongakan kepalanya menatap Stevan seakan raut wajahnya memohon agar di ijinkan.
"Baiklah! Asal kau harus kembali kerumah ini sebelum jam enam sore! Dan kau akan diantar oleh supir juga dikawal oleh empat pengawal!"
Bulan yang mendengar perkataan Stevan seketika ekspresinya berubah masam.
"Apa harus seperti itu?" tanya Bulan cemberut lucu.
"Ya harus seperti itu! Jika tidak mau maka kau tidak boleh pergi!" sahutnya kembali berjalan menuju pintu.
"Hey tunggu! Jangan pergi dulu!"
Stevan kembali menghentikan langkah nya dan berbalik menatap Bulan yang berteriak memanggilnya.
"Apa lagi? Aku ada meeting di kantor! Jangan membuang waktuku!"
"Maaf, iya baiklah aku mau!" sahutnya dengan menunduk.
"Mau apa?"
Bulan mendongak menatap wajah Stevan dengan tatapan tak mengerti. Dia mengedipkan matanya seakan berfikir apa jawaban dari pertanyaan pria itu.
"Mau, mau di antar supir dan dikawal oleh empat pengawalmu!" sahutnya.
"Hem! Aku pergi dulu!"
Bulan tersenyum saat Stevan mengijinkan dirinya keluar. Dia ingin sekali mencium wajah suaminya itu, tapi dia takut akan membuat Stevan marah dan akhirnya dia tidak diijinkan keluar dan kembali terkurung seperti biasanya. Dia segera mandi dan bersiap untuk terbang bebas hari ini.
Selesai mandi, dia mengambil baju gamis di lemari pakaiannya. Dia dengan cepat memilih baju dan cadar juga hijabnya untuk segera pergi berkunjung kerumah orangtua yang sudah sangat ia rindukan.
Meski kemarin sempat bertemu sepuluh hari tapi rasanya masih kurang. Dia yang belum terlalu sehat sangat merindukan masakan ibu yang sudah melahirkannya.
Selesai bersiap, dia keluar dari kamarnya lalu melangkah menuruni tangga di ikuti oleh dua pelayan dibelakangnya. Mereka mengantar majikannya itu hingga ke depan pintu utama sesuai perintah dari Tuan mudanya.
Ke empat pengawal menunduk hormat setelah melihat kedatangan Nona mudanya menuju mobil yang sudah terparkir dihalaman rumah Stevan. Wanita itu segera naik dengan bibir yang terus tersenyum dibalik cadar.
"Apa anda sudah siap Nona?" tanya supir yang sudah siap di kursi pengemudi.
"Ya, sekarang kita jalan." sahut Bulan antusias.
Mobil yang ditumpangi Bulan kini sudah meninggalkan halaman rumah Stevan.
*
Di tempat lain.
Stevan sedang berada diruang kerja miliknya. Pria dengan wajah yang tidak pernah tersenyum itu begitu sibuk dengan laptop di hadapannya. Karena ada beberapa berkas yang harus kembali dia baca untuk melakukan meeting nanti.
"Jam berapa meetingnya, Boy?" tanya Stevan dengan suara tegas pada asisten sekaligus sahabatnya itu.
"Jam sepuluh pagi, Tuan!" sahut Boy menatap Stevan sekilas dan kembali fokus pada berkas yang ada ditangannya.
Walaupun berada diruangan yang sama saat keduanya bekerja, tapi membuat ruangan itu sepi seperti rumah tua yang tak berpenghuni, sangat menakutkan bagi yang masuk ke dalam ruangan CEO muda itu.
*
Tak berselang lama, mereka berjalan menuju ke ruang meeting. Semua staf langsung menyapa CEO berwajah mematikan itu saat berjalan melewati mereka.
Stevan masuk ke dalam ruang meeting dengan wajah datar tanpa ekspresi dan sangat menakutkan bagi yang melihatnya. Semua yang ada di sana segera berdiri menyambut saat Tuan muda nya itu datang.
"Selamat siang Tuan Stevan!" sapa nya rekan kerja pria kejam itu.
Stevan hanya mengangguk sebagai jawaban dan duduk di kursi kebesarannya, dia segera membuka laptop yang sudah di siapkan oleh Boy sebelum dirinya duduk.
"Siapkan semua berkas kerja sama nya! Kita langsung saja mulai meeting!"
*
*
*
Kembali ke Bulan Aleena Zahrani.
Matahari yang begitu nampak cerah dan menyengat, Bulan baru saja sampai dirumah orang tua yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dia sudah tidak sabar ingin kembali mencicipi makanan yang dimasak langsung oleh ibunya.
Bulan mengetuk pintu rumahnya yang terkunci, sedangkan para pengawal berjaga di depan dan pintu belakang agar Nona mudanya tidak lagi kabur. Hal itu juga diperintah oleh Stevan sebelum dirinya pergi ke kantor.
"Assalamualaikum, Ibu!" Bulan memeluk wanita paruh baya yang sudah melahirkannya itu setelah pintu terbuka.
"Waalaikumsalam nak, masyaallah ibu kangen sekali sama kamu, Bulan!" sahut Mama Almira antusias.
Bulan yang tak melihat ayahnya terus menoleh kesana kemari mencari keberadaan sosok cinta pertamanya itu.
"Ayah mana Bu?" tanya Bulan menatap ibunya.
"Ayah sedang mengirim barang di luar kota nak! Apa kau merindukannya?" sahut mama Almira.
Bulan mengangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia memang sangat merindukan Ayah Ezra sejak dirinya jatuh sakit kemarin.
"Ayah sudah pergi tiga hari, mungkin nanti malam dia pulang!" sambungnya lagi.
Bulan dan ibunya akhirnya masuk, membiarkan pintu terbuka karena ada pengawal di depan pintu ruamhnya untuk menjaga istri dari Tuan nya itu. Bulan lalu duduk di ruang keluarga dan mengobrol sedikit bersama ibunya.
"Assalamualaikum..."
Bulan dan mama Almira menoleh secara bersamaan saat mendengar suara salam yang terdengar tidak asing ditelinga mereka.
"Waalaikumsalam, Ayah!" Bulan berdiri dan setengah berlari mendekati ayahnya lalu segera memeluk erat. "Ayah, aku sangat merindukan ayah!" ucapnya lagi.
Ayah Ezra membalas pelukan Bulan dan mengusap punggung putri nya dengan lembut. "Ayah juga sangat merindukanmu nak! Apa kau sudah di bolehkan keluar rumah?" tanya Ayah Ezra menunduk menatap putrinya yang berada di dalam dekapannya.
"Iya, aku memohon agar dia mengijinkan aku keluar rumah! Aku juga bosan di dalam rumah besar itu!" sahutnya manja.
Ayah Ezra dan mama Almira yang mendengar itu hanya tersenyum. Mereka juga sudah tahu jika putrinya itu tidak di bolehkan bertemu dengan siapapun dan tidak di ijinkan keluar rumah meski hanya di halaman.
Kini mereka mendengar Stevan mengijinkan Bulan keluar adalah satu kesempatan emas untuk ayah Ezra agar bisa membawa putrinya itu pergi sejauh mungkin dan tidak akan bisa ditemukan oleh pria kejam yang sudah menyiksa batin putri kesayangannya selama ini.
...****************...
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih