Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 : Perang Dunia Mafia Werewolf
Malam harinya, pembuatan surat undangan pernikahan. Semua sudah diurus dengan sebaik mungkin oleh Justin dan anak-anak buahnya.
Akan tetapi bagi Soraya, ini masih berat untuk di terima. Namun mau bagaimana lagi. Ia harus menerima kenyataan ini agar terhindar dari kutukan seumur hidupnya. Ingin terus hidup normal sebagai manusia biasa tanpa harus berubah menjadi setengah serigala di kala bulan purnama tiba.
"Akad nikah kita besok pukul 8. Jangan sampai terlambat. Jadi, besok jangan pergi bekerja. Langsung saja dengan penjemputan dari asistenku untuk ke hotel Grensonyse," ucap Justin mengingatkan.
Dengan dinginnya Soraya membalas, "Aku mengerti."
"Kau tidak apa-apa?"
Soraya menjawab dengan gelengan kepala. Ia melirik Justin dan tersenyum kecil. Justin membalas senyuman itu, kemudian memanggil kepala pelayan wanitanya untuk menuntun Soraya kembali ke kamar.
Kepala pelayan wanita yang bernama Shella itu menuruti. Jadi selama Soraya menjadi istrinya Justin, dia yang akan melayani Soraya kapanpun. Khususnya membantu dalam mengurus dunia wanita.
"Terima kasih, Shella," ucap Soraya lembut.
"Sama-sama, Nyonya. Saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa, panggil saja keluar," balas Shella.
Soraya mengangguk. Dan Shella pun meninggalkan kamar. Di kamar sendirian, Soraya menghela nafasnya. Tak tahu mau berbuat apa lagi. Dan harus bilang apa lagi. Namun ia sangat membenarkan, kalau ini sama juga bohong. Pernikahan besok bukan yang umum, tapi tidak biasa. Pernikahan dengan jin.
"Menikah dengan manusia serigala. Manusia setengah jin. Setengah makhluk astral. Tapi bisa terlihat oleh orang lain. Ini kesialan dalam hidupku," gumamnya sambil merebahkan diri di kasur.
"Tapi, memang ini satu-satunya cara agar aku tidak jadi manusia setengah siluman juga. Lebih enak sudah manusia asli seutuhnya. Bukan makhluk jadi-jadian," tambahnya.
...***...
Di lantai bawah, Justin sibuk untuk mempersiapkan diri besok. Tersenyum sendiri karena inilah kemenangan yang akan mencapai puncaknya.
"Semuanya akan aku gapai. Dan gadis itu berasal dari keluarga yang kaya raya. Kekayaan kami bertambah. Tapi tidak akan ku ambil hartanya. Aku hanya mau hasratku yang paling utama," gumam Justin. Lalu menyeringai jahat.
"Gadis ini bisa melahirkan generasi penerusku. Dan Hugh akan hancur dengan sendirinya bersama gengnya. Saat itu tiba, pesta besar dimulai," tambahnya, kemudian disusul dengan tawa.
Tapi tiba-tiba...
*BRAK!!!*
Suara pintu di dobrak keras terdengar. Lalu disusul suara seorang pria familiar yang amat lantang dan marah, "Jadi kau juga berniat memanfaatkan Soraya untuk menjatuhkanku?!"
Justin tidak kaget. Ia sudah menduga hal ini akan datang. Dan tentunya ia tahu, siapa yang marah itu. Benar, Hugh sudah datang dengan marah yang berapi-api. Menggebu-gebu dan membara. Di belakangnya ada Dennis dan Carson yang juga ikut marah.
Justin tersenyum licik dan berkata, "Wah, wah! Lihat siapa yang akhirnya datang ini. Yang aku tunggu-tunggu, tiba juga. Kenapa terlambat? Macetnya Bandung makin parah?"
*BUGH!!!*
Hugh meninju dinding. Marahnya sudah mencapai tahap puncaknya. Ia menjerit lantang, "Aku tidak bercanda, brengs*k! Jadi ini rencanamu menggigit Soraya malam Jum'at Kliwon kemarin?! Kenapa kau mengambil sekretarisku!?"
Makin marah, Hugh menarik keras jas luarnya Justin yang berbulu itu. Namun, itu tentunya membuat Justin semakin kegelian, bukannya takut.
Dengan rasa percaya diri, Justin bertanya balik, "Kenapa? Jikalau aku jodohnya, kenapa kau marah? Jangan katakan kau cemburu sekarang. Kau juga baru bertemu dengannya satu-dua hari ini."
"Justin, aku tidak main-main!"
"Aku juga serius, kep*rat! Aku sungguh-sungguh akan menikahinya besok. Bahkan kalau kau tidak datang, tidak masalah bagiku. Jika mau hadir juga, silahkan."
"Jangan uji kesabaranku! Jangan naikkan darahku! Kembalikan Soraya padaku, atau kau akan rasakan akibatnya."
"Kau juga jangan macam-macam padaku. Kita lihat saja, siapa yang akan jatuh duluan nanti."
Hugh tak membalas. Ia melepaskan genggaman di kerah jas luarnya Justin dengan perlahan. Akan tetapi, ia tidak pergi begitu saja. Ia menyiapkan pistolnya.
Begitu juga dengan Carson dan Dennis. Carson menggunakan senapan, sedangkan Dennis menggunakan tongkat baseball. Justin segera memanggil anak-anak buahnya dan semua senjata siap.
*CEKREK!*
Pistol dan senapan dibuka semua untuk dimasukkan beberapa biji peluru. Lalu di tutup kembali. Untuk kelompoknya Hugh, ia harus ekstra hati-hati. Karena Justin penembak jitu terkuat. Para kelompok mafia dari kalangan manusia asli saja sudah banyak ia buat tunduk hanya karena satu tembakan pistolnya.
Bahkan kasusnya, Justin pernah menembakkan pistol hanya satu kali saja pada semua anggota salah satu kelompok mafia di Jakarta. Malah ketuanya Justin tembak kepalanya sampai pecah dan tewas di tempat.
"Siap-siap saja, saat inilah ajalmu tiba, Hugh!" ucap Justin tenang.
"Bisa jadi, kaulah yang menerima ajalmu hari ini juga," balas Hugh tak mau kalah.
"Hati-hati, Boss! Dia jauh lebih berbahaya dari serigala asli," bisik Carson.
"Aku tahu."
Dan akhirnya...
*BANG-BANG-BANG!!!*
Tembakan di lepas dari pistolnya Hugh pada Justin. Sementara Carson pada anak-anak buahnya Justin. Dan Dennis memukul dengan tangguhnya, karena ia lebih pada bela diri pukul daripada menembak.
Masalah berikutnya adalah, Justin sangat lincah. Sehingga bisa menghindari serangan musuh. Itulah yang memicu kemenangannya juga dalam perang antar mafia.