sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7: Kebenaran Terkubur
Amelia mulai menyadari bahwa masalah ini jauh lebih besar dari sekadar cacat perangkat medis.
Bersama Laras, ia menggali lebih dalam, menghubungkan titik-titik dari dokumen keuangan rumah sakit hingga data uji coba klinis.
Namun, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin jelas bahwa ancaman terhadap mereka tidak akan berhenti.
......................
**Apartemen Laras**
Di meja makan apartemen Laras yang sekarang penuh dengan tumpukan dokumen, laptop, dan gelas kopi kosong, Amelia dan Laras bekerja tanpa henti. Mata mereka lelah, tetapi semangat mereka tetap menyala.
Laras menunjuk ke layar laptopnya, menampilkan data transfer bank yang mencurigakan. "Amelia, lihat ini. Ada transfer dana besar dari perusahaan farmasi ke rekening salah satu anggota dewan rumah sakit. Jumlahnya terlalu besar untuk sekadar pembayaran biasa."
Amelia mendekat, memusatkan perhatian pada layar. "Ini jelas suap," gumamnya. "Mereka membayar anggota dewan untuk menutup-nutupi cacat perangkat jantung itu. Tapi siapa lagi yang terlibat? Pasti lebih dari satu orang."
Laras menghela napas panjang. "Aku yakin ini bukan hanya tentang perangkat jantung. Kita perlu akses lebih dalam ke catatan uji klinis. Mereka mungkin telah memanipulasi data perangkat medis lainnya juga."
Amelia menunduk, berpikir keras. "Mereka mengambil risiko ini atas nama inovasi, atas nama efisiensi. Tapi nyawa pasien yang menjadi taruhan. Apa mereka benar-benar tidak peduli?"
Laras menatap Amelia dengan serius. "Pertanyaannya sekarang, seberapa dalam masalah ini? Dan bagaimana kita membongkarnya tanpa membahayakan diri sendiri?"
Amelia tidak menjawab. Ia tahu bahwa setiap langkah ke depan akan semakin berbahaya.
......................
**Tempat Parkir Rumah Sakit**
Malam itu, setelah selesai bekerja, Amelia menuju area parkir rumah sakit. Tempat itu hampir kosong, hanya ada beberapa mobil tersisa. Ketika ia mendekati mobilnya, sesuatu menarik perhatiannya. Baut pada salah satu roda terlihat longgar, seolah-olah seseorang sengaja merusaknya.
Ia berjongkok untuk memeriksa roda dengan lebih teliti. "Apa ini? Siapa yang...?" Amelia bergumam dengan nada bingung.
Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia berdiri dengan cepat dan menoleh, tetapi tidak melihat siapa pun.
"Siapa di sana?!" serunya, berusaha terdengar tegas meski ada rasa takut yang mulai menguasai dirinya.
Tidak ada jawaban. Hanya suara angin malam yang bertiup lembut. Amelia segera mengambil keputusan. Ia meninggalkan mobilnya di parkiran dan memesan taksi melalui ponselnya. Lebih baik tidak mengambil risiko.
Saat taksi tiba, ia terus melihat ke belakang, merasa diawasi.
......................
**Kantor Dr. Johan**
Keesokan harinya, Amelia memasuki kantor Dr. Johan dengan langkah cepat. Kali ini, ia membawa bukti transfer dana yang ditemukan Laras. Ia tidak tahu apa yang akan Johan katakan, tetapi ia perlu tahu apakah Johan benar-benar terlibat atau hanya diam karena takut.
"Johan, aku perlu bicara," kata Amelia langsung, tanpa basa-basi. "Kau tahu tentang transfer dana ke anggota dewan, kan? Ini semua ada hubungannya dengan perangkat jantung itu."
Dr. Johan bersandar di kursinya, matanya menunjukkan kelelahan dan konflik batin. "Amelia," katanya pelan, "kau terlalu jauh. Apa yang kau lakukan ini hanya akan membuatmu dalam bahaya."
Amelia menatapnya dengan tegas. "Kenapa kau terus menyuruhku berhenti? Kau tahu ada yang salah, Johan. Kenapa kau melindungi mereka? Atau... apa kau juga bagian dari mereka?"
Wajah Johan berubah, tampak terluka mendengar tuduhan itu. "Amelia, aku tidak melindungi mereka. Tapi kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Orang-orang ini punya kekuatan yang tidak bisa kau bayangkan. Mereka tidak akan berhenti hanya karena seorang dokter seperti kita mencoba menantang mereka. Aku tidak ingin melihat kau terluka."
Amelia menggelengkan kepala. "Ini bukan soal aku, Johan. Ini soal pasien kita. Jika kita diam, kita sama bersalahnya dengan mereka."
Johan hanya terdiam, tidak memberikan jawaban apa pun. Amelia tahu ia tidak bisa mengandalkan Johan untuk membantu.
......................
**Apartemen Laras**
Sementara Amelia bertemu dengan Johan, Laras melanjutkan penyelidikan di apartemennya. Ia menelusuri dokumen digital yang didapatkan Amelia dari file rumah sakit, khususnya data algoritma insulin cerdas, produk lain dari perusahaan farmasi yang sama. Ketika ia membaca lebih dalam, sesuatu membuatnya tertegun.
"Tidak mungkin," gumam Laras. "Data ini dimanipulasi... mereka bahkan tidak menguji algoritma ini dengan benar sebelum menggunakannya pada pasien."
Ia segera menelepon Amelia dengan panik.
"Amelia, kau harus lihat ini," kata Laras, suaranya terdengar cemas di telepon. "Aku menemukan bukti bahwa hasil uji algoritma insulin cerdas dimanipulasi. Mereka menghapus laporan pasien yang mengalami komplikasi. Ini lebih besar dari yang kita pikirkan."
Amelia yang baru saja keluar dari kantor Johan merasa tubuhnya tegang mendengar informasi itu. "Ini berarti ada pola korupsi sistematis," katanya dengan nada serius. "Bukan hanya perangkat jantung, tapi seluruh sistem mereka."
Laras menarik napas dalam-dalam. "Dan jika kita terus maju, mereka tidak akan tinggal diam. Aku harap kau benar-benar siap, Amelia."
Amelia memandang sekitar dengan hati-hati sebelum menjawab. "Aku tidak punya pilihan, Laras. Ini sudah terlalu jauh untuk mundur."
......................
**Insiden di Jalan**
Malam itu, setelah berbicara dengan Laras, Amelia berjalan pulang dari apartemen temannya. Jalanan sepi, hanya diterangi oleh lampu jalan yang redup. Ketika ia menyeberang di sebuah persimpangan, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi menuju arahnya.
Amelia mendengar suara deru mesin dan menoleh tepat waktu. Dengan refleks cepat, ia melompat ke samping, jatuh ke trotoar. Mobil itu melaju begitu saja tanpa berhenti, menghilang di tikungan.
Amelia terengah-engah, jantungnya berdetak kencang. Ia tahu itu bukan kecelakaan. Seseorang baru saja mencoba membunuhnya.
......................
Kembali di apartemen Laras, Amelia dan temannya menatap layar laptop dengan tegang. Semua bukti yang mereka kumpulkan menunjukkan pola korupsi besar-besaran.
Perusahaan farmasi tidak hanya menyuap anggota dewan rumah sakit, tetapi juga memanipulasi hasil uji coba perangkat medis dan algoritma kesehatan lainnya.
"Ini adalah kejahatan sistematis," kata Laras dengan nada marah. "Mereka mengutamakan keuntungan di atas nyawa manusia. Dan semua orang yang terlibat di rumah sakit ini... mereka tahu, tapi memilih diam."
Amelia mengangguk. "Ini lebih buruk dari yang aku bayangkan. Tapi kita punya cukup bukti untuk membuat laporan. Kita harus segera menghubungi regulator."
Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, ponsel Amelia bergetar. Sebuah pesan anonim muncul.
“Berhenti sekarang, atau kau akan menyesal."
Amelia menunjukkan pesan itu pada Laras. "Mereka tahu kita semakin dekat. Kita harus berhati-hati."
Laras memandang Amelia dengan sorot mata khawatir, tapi tegas. "Jika kita mundur sekarang, semua ini akan sia-sia. Kita harus terus maju, Amelia. Tidak peduli apa pun yang terjadi."
Amelia menatap temannya, merasakan campuran rasa takut dan keberanian. "Kita akan selesaikan ini. Tapi kita harus lebih berhati-hati. Mulai sekarang, kita tidak bisa mempercayai siapa pun."
......................
Di tempat lain, Dr. Johan terlihat berbicara di telepon, berdiri di ruangan gelap. Suaranya terdengar tegang.
"Kita punya masalah besar," katanya. "Amelia tidak akan berhenti. Dia sudah punya cukup bukti. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Telepon di ujung sana memberi jawaban singkat, tetapi cukup membuat Johan terdiam lama sebelum akhirnya ia mengangguk dengan enggan.
...----------------...
Mobil hitam yang sama terlihat terparkir di depan apartemen Laras, lampu depannya menyala samar. Di dalam mobil, seseorang menatap jendela apartemen dengan tatapan dingin, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.