"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Aku akan perjuangin kamu Zea." Kaiden
Vandra adalah kakak dari Kaiden yang diam-diam senagaja mendekati Zea agar membuat Kaiden cemburu. "Aku tahu dia mantan pacarmu Kaiden."
Situasi semakin memanas saat sebuah kebenaran identitas Zea terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Awas!" pinta Zea dengan nada tegas
Kaiden makin tersenyum lebar, "Lupa?" ucapan yang membuat Zea menatap jengah wajah Kaiden.
"Bisa awas gak Lo!" erang Zea
Kaiden mendengus,"Wahhh.... sama Vandra panggil mas, sama saya tuan kamu' kok gitu sih!"
Zea menarik nafasnya, "Tuan Kaiden, bisa kah-"
"Bisa." jawab Kaiden mendekatkan wajah
Zea menelan saliva-nya, Kaiden sekarang sangat menakutkan. Wajahnya sebelas dua belas dengan wajah Vandra tadi pagi. Zea memundurkan kepalanya, ia memejam, takut.
"Kenapa merem hemm?"
"Kayak mau dicium aja" ejek Kaiden
Zea membuka mata, ia menuding tepat wajah Kaiden, "AWAAS..." teriak Zea
Kaiden tertawa, "Come on baby, teriak lebih keras lagii" tantangnya
"AWW- mpfhh"
Kaiden mencium bibir ranum berwarna pink itu dengan kasar, ia menarik tengkuk Zea untuk memperdalam ciumannya. Serasa Zea kehabisan nafas Kaiden melepaskan ciuman, ia menarik dagu Zea untuk bisa mendongak menatapnya, "Tatap aku Ze." pinta kaiden dengan suara seraknya
Zea memejam dalam, air matanya menetes, ia memeluk tubuh Kaiden, Zea merindukan Kaiden. Bohong jika Zea membencinya, semua rasa sebal tergantikan dengan berjuta rasa yang Kaiden ciptakan tadi. Untuk pertama kalinya ia merasakan sesuatu yang membuat desiran aneh dalam dirinya.
Pelukan itu berlangsung lama, Kaiden menghirup aroma shampo yang menguar dari rambut panjang Zea, wangi yang menenangkan. Kaiden masih ingat jika mereka bertengkar, Kaiden akan memeluk Zea dan menenangkan gadis cintanya itu dalam peluknya. Tapi kini Zea lah yang menarik dan memeluknya. Tubuh Zea bergetar ia menangis.
"Ayo kita duduk dulu." ajak Kaiden saat pelukan telah terlepas. Zea menurut saat tangannya ditarik pelan Kaiden.
"Sini duduk." pinta Kaiden menepuk sofa disampingnya, Zea menurut ia mendudukan pantat nya perlahan.
Kaiden menyerongkan duduk, menghadap Zea."Ceritain." pintanya
"Ze, ceritain semua sama aku Ze." pinta Kaiden dengan nada lembut
Air mata Zea menetes, entah sebesar apa papan seluncur yang terbentuk dipipinya, mengapa air mata rasa sakit begitu ringan untuk terjun dan melepaskan diri dari pelupuk matanya.
"Aku kabur." cicit Zea
"Aku dipaksa nikah sama bibi, hiks..."
Kaiden merangkul bahu Zea, ia mengelus pelan. Matanya memejam dalam, dengan emosi yang menumpuk.
"Aku takut kalau...." ucap Zea takut-takut
"Kalau apa hem?" tanya Kaiden lembut, tangannya bergerak menyibak helaian rambut yang menutupi wajah cantik Zea
"Aku takut kalau Wira tahu aku ada disini." tubuh Zea bergetar hebat setelah mengatakan kalimat itu pada Kaiden.
Dada Kaiden bergerak naik turun, matanya memerah menahan emosi yang menumpuk, "Maafin aku Ze, aku ninggalin kamu, aku gak ada niat buat hidup kamu hancur Ze, maaf." Kaiden beranjak dari duduk, ia merosot tepat dibawah kaki Zea.
"Kaiden udah." mohon Zea, ia makin menangis melihat Kaiden sampai memohon
"Aku gak pernah anggap hubungan kita selesai Ze." akunya jujur
"Izinin aku buat jadi tempat pulang terakhir kamu, kasih aku kesempatan untuk jadi Kaiden nya kamu." Mohon Kaiden
"Kita udah beda Kai." ucap Zea tertahan
"Enggak Ze, kamu masih Zea nya Kaiden. Gadis yang paling aku sayang. Kamu harus inget itu Ze." ucapnya dengan suara parau, tubuh Kaiden bergetar karena menahan tangis
"Berdiri Kai." pinta Zea menarik tangan Kaiden.
"Maafin aku Ze."
"Pliss maafin aku..."
"Jangan hukum aku seperti ini Ze, aku beneran sayang sama kamu."
"Kamu bener Ze, Kamu bener... Gak ada yang kaya kamu. Kamu bener Zea."ucap Kaiden berteriak