Key Lin Tumbuh Di Bumi Barat

"Key kau tidak biasanya terlambat, ada apa?" Tanya Shoe dengan ramah. Shoe membuat empat cangkir teh untuk mereka.

"Hari ini kakak laki-lakiku pulang Shoe." Key Lin tidak menjelaskan detailnya. Hanya memberi tahu keadaan pada Shoe.

"Kau bisa memberi tahuku jika ada masalah." Shoe membujuk Key Lin, tapi kali ini, bujukan Shoe gagal. Itu jelas bukan Key Lin yang biasanya. Hari itu Shoe, merasa Key berusaha bersikap sebagai seorang pria. Seorang pria yang tidak ingin bergantung dengan orang lain.

Key Lin terdiam, dia hanya memejamkan mata lalu membuka mata kembali. Dia hanya diam saja tidak menanggapi.

Itu jelas bukan kebiasaan Key Lin.

Shoe sangat paham sifat anak laki-laki di hadapannya. Dia sangat hafal bagaimana sifat Key Lin. Apakah benar Key Lin tidak ada masalah? Jelas anak itu ada sesuatu yang di pikirkan, meski Shoe sendiri tidak tahu apakah itu masalah atau bukan.

Shoe berdiri, lalu membuka korden tokonya. Memajang barang di etalase. Dan membersihkan debu. Dia tidak akan memaksa Key Lin bercerita lagi, karena Shoe tahu jika Key Lin akan bercerita jika sudah tiba waktu yang tepat.

Shoe menghampiri ibunya. Di saat itu Nyonya Isabella paham apa yang harus di lakukan. Setidaknya meringankan beban pikiran anak di hadapan mereka.

Nyonya Isabella mendekati Key Lin, menepuk bahunya, lalu memegang jari jemari kecil milik Key Lin.

"Nak apa yang terjadi?" Tanya Isabella pada Key kecil. Anak itu tak menjawab. Dia hanya diam saja. Tapi melihat Key yang seperti itu, Isabella berusaha membujuk. Dia mengelus kepala Key Lin, dan mengatakan hal manis.

Namun Isabella melakukan sedikit kesalahan dengan menanyakan kabar ibu Key Lin. Isabella tetap tenang, lalu mengubah alurnya. Dia meminta maaf pada anak itu dengan tulus, kemudian berkata jika Key Lin bisa menganggap Isabella sebagai ibunya sendiri. Key Lin tersenyum mendengar itu, dia tahu betul banyak orang berbuat baik hanya agar terlihat baik. Meski begitu Isabella tampak berbeda di mata Key Lin.

Isabella menunjukkan ketulusannya dengan wajah yang yakin. Key yang ragu akhirnya luluh juga, anak itu langsung menceritakan sedikit cerita pada Isabella.

Wanita tua seperti dia tentu sangat paham dengan apa yang Key Lin maksudkan.

"Kau sangat pintar Key, ibu tahu itu. Kau adalah anak yang berani. Kau bahkan mendaftar sendiri kemarin. Jadi kau mungkin bisa bekerja keras untuk belajar, dan mendapatkan beasiswa, dengan itu kau tidak perlu khawatir soal uang sekolah." Ujar Isabella pada Key Lin. Key Lin menyimak dengan pasti.

Anak laki-laki itu ragu. Tapi kemudian membulatkan tekatnya.

"Apa itu Beasiswa?" Ternyata itu hanya karena Key tak mengerti kata baru yang dia pelajari.

"Beasiswa adalah ketika kau berprestasi di sekolah, kau akan mendapatkan bonus, dan pemerintah akan membayar sekolahmu. Jadi kau tidak perlu membayar. Tapi nilaimu tidak boleh sampai turun." Balas Isabella. Key Lin akhirnya paham. Anak itu tersenyum manis sekarang.

Itu senyuman bahagia yang jarang dia perlihatkan pada orang. Isabella cukup beruntung bisa melihat hal itu.

Setelahnya Key Lin bisa fokus bekerja. Masalah di pundak, dan pikirannya mulai memudar. Dia mulai bisa mengerjakan semuanya tanpa harus khawatir masalah daftar sekolah, atau tentang biaya kedepannya. Dia merasa jika dia dapat beasiswa itu dengan berusaha, mungkin saja setidaknya biaya sekolah akan berkurang, dan lebih terjangkau untuknya.