Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan
Keesokan harinya
Rania menatap pantulan dirinya di depan cermin. Parasnya sedikit lebih cantik setelah di poles oleh MUA profesional.
"Mama cantik."
Gadis bergaun pink di belakang Rania berhasil membuatnya menoleh. Rania tersenyum pada Alena yang tak kalah cantik pada pagi itu.
"Putri mama juga sangat cantik hari ini."
Rania mengelus pipi mulus Alena lembut lalu wajah Rania berubah datar. "Sebentar lagi Alena, sedikit lagi kamu akan mendapatkan hak mu dan membalaskan dendam ayahmu."
Alena menunduk, sejujur ia takut karena keluarga Revelton terkenal akan kekejamannya. Tapi tak akan ada ayah yang menyakiti anaknya bukan?
"Jangan takut sayang..."
Ravindra datang ingin melihat calon istrinya sebelum acara di mulai.
"Kamu sangat cantik." Pujian Ravindra membuat Rania menjadi malu.
Alena mengerucutkan bibirnya. "Cuma mama yang cantik? Alena gak cantik yaa ayah?"
Ravindra ingin mencubit pipi Alena yang sangat menggaskan di matanya. "Tentu saja putri ayah juga tak kalah cantik."
"Cantik siapa aku atau kak Lara?"
Ravindra berpikir sejenak. Kemudian mencubit pipi Alena yang menggembung. "Alena ayah adalah yang tercantik di dunia ini."
Alena bukannya senang ia malah kesal. "Ayah kak Lara lebih cantik dari aku dan semua orang tau itu. Ayah hanya membohongiku saja."
Ravindra hendak membujuk Alena agar jangan marah padanya. Tapi mendengar nama Lara Ravindra teringat, Kemana Lara kenapa anaknya itu belum sampai padahal acara setengah jam lagi akan di mulai.
Ravindra segera menelepon Lara yang mungkin entah masih berada di dunia mana.
~-----~
Lara meraba ponselnya yang berdering nyaring, Gadis itu melihat nama penelepon di layar ponselnya seketika mata gadis itu membulat. Lara bahkan melompat dari tempat tidurnya tanpa menjawab panggilan itu lebih dulu.
Lara tersenyum di depan cermin. Biarkan saja jika setelah ini Ravindra akan menghukumnya yang pasti Lara hanya ingin tampil berbeda.
Lara mengalungkan kalung peninggalan Agatha pada leher jenjangnya. Gadis tersebut langsung menyambar tasnya tak lupa mengenakan heels pada kaki jenjang Lara.
Penampilan Lara sangat sempurna, tak perlu begitu banyak di permak wajah gadis tersebut sudah sangat cantik alami.
"Gue telat, habislah."
Setibanya di tempat acara, benar saja Lara bahkan sangat terlambat. Para tamu undangan sangat ramai dan Lara menemukan Ravindra menggandeng Rania menyapa para tamu undangan.
"Ayah, maaf aku terlambat mungkin ini karena aku kecapekan setelah perjalanan jauh. Selamat ayah aku turut bahagia." Lara memeluk Ravindra, seakan hubungan kedua sangat dekat.
Ravindra mengelus kepala Lara ragu lalu membalas pelukan Lara, Lara tak mampu menahan air matanya jujur ini bukan karena pernikahan ini tapi karena Lara sangat merindukan pelukan ayahnya.
Meskipun pelukan yang kali ini Ravindra tak tulus memeluk Lara, tetapi bagi Lara ini sudah cukup untuk mengobati rasa rindunya.
"Tak mengapa ayah paham."
Ravindra mengurai pelukan keduanya, pria tersebut tersenyum membuat hati Lara semakin sakit. Andai saja Ravindra melakukan ini dari hatinya sayang sekali hal itu bagi Lara hanya sebuah imajinasi. Bahkan dalam mimpinya sekalipun hal tersebut mustahil.
"Ayah aku ingin ke toilet." Lara kembali ke setelan pabrik, sangat datar tetapi hanya sesaat karena Lara tak ingin orang lain curiga.
Ravindra melihat punggung Lara yang semakin menjauh dengan mata elangnya.
"Selamat atas pernikahanmu tuan Revelton."
Ravindra seketika menatap orang yang mengucapkan selamat padanya. Percayalah Ravindra hampir pingsan saat itu juga.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya