Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 07 : Ciuman Pertama
"Orang yang kalian perebutkan belum tentu suka sama kalian. Ngapain sih kalian buang-buang waktu gini?" kata Zea, menatap tajam Zio, yang masih berada di atas panggung kecil, diruang musik ini.
"Ngapain Lo liat-liat gue? Bukan salah gue kan mereka jambak-jambakan?" kata Zio, menyahut, karena melihat tatapan tajam Zea.
"Harusnya sebagai cowok, Lo yang harus turun tangan melerai mereka. Tapi sejak tadi Lo cuma ketawa-ketiwi di situ," jawab Zea kesal.
"Ngapain gue buang tenaga gue, buat hal yang gak penting," jawan Zio.
"Kalian dengar kan? Kalian sama sekali gak penting buat Zio, jadi please jangan bersikap konyol seperti ini lagi, paham?" kata Zea dengan tegas pada Nina dan Amara. Mereka berdua hanya mengangguk pasrah.
"Nina, ikut gue keluar!" titah Zea.
"Tapi?"
"Gak ada tapi-tapian!" titah Zea. Terpaksa Nina menurut.
"Tunggu!" cegah Zio. Zio turun dari panggung, berjalan menghampiri Zea yang hendak pergi.
"Lo punya masalah apa sih sama gue? Mereka yang salah main jambak-jambakan, kenapa Lo liat gue dengan tatapan tajam gitu? Seakan gue tersangka pembunuhan," tanya Zio.
"Terserah gue dong, ini mata gue, bukan mata orang lain. Mau gue ngeliat Lo dengan cara apapun, ya terserah mata gue," jawab Zea dengan ketus.
"Oh ya?" jawab Zio, tersenyum penuh arti.
"Kalau gitu, karena ini bibir gue, terserah dong mau gue pakai buat cium siapa?" ucap Zio sambil menunjuk bibirnya.
"Maksud Lo?" Zea tidak mengerti.
Zio langsung mendekatkan wajahnya dengan cepat ke wajah Zea.
Cup ...
Semua orang di sana terkejut. Zio tanpa aba-aba langsung mencium bibir Zea. Beberapa detik. Mata Zea membulat merasakan sentuhan bibir Zio. Zea kesal bukan main. Zea langsung menginjak kaki Zio.
"Aaa ..." teriak Zio kesakitan, kaki sebelah kanannya diinjak dengan keras oleh Zea.
"Dasar mesum!" umpat Zea.
"Dasar harimau!" umpat Zio.
"Ini pelecehan seksual, bakal gue laporin Lo sama orangtua gue," ancam Zea.
"Laporin aja, gue bakal tanggung jawab. Seperti yang Lo bilang. Ini bibir gue. Bukan bibir orang lain. Terserah dong mau gue pakai buat cium siapa aja," ucap Zio menirukan perkataan Zea tadi.
"Itu bukan ciuman, itu tabrakan bibir." Zea langsung menarik tangan Nina lagi. Dia menarik Nina agar mereka keluar dari tempat itu.
"Ayank Zio, kok bukan gue yang Lo cium? Kok Lo malah cium si keong jelek itu?" tanya Amara, yang masih syok atas kejadian tadi.
"No coment," jawab Zio ketus. Zio pun melangkah keluar.
Robbi mengepal keras tangannya. Denis dan Arka melihat betapa marahnya Robbi. Mereka tau Robbi tidak terima karena Zio telah mencium pacarnya. "Awas Lo, Zio!" kata Robbi marah. Robbi langsung keluar menyusul Zio.
"Aduh Arka, perang dunia ketiga bakal mulai," kata Denis.
"Lo ngapain khawatir sih? Cowok berkelahi udah biasa. Biarin aja. Zio gak bakal babak belur ditangan Robbi," jawab Denis.
"Justru itu. Robbi yang bakal babak belur. Kalau Zea diibaratkan Raja Rimba, Zio ibarat ular kobra alias raja ular. Sekali gigit, musuhnya bakal mampus. Sama kaya Zio, sekali melakukan pukulan, Robbi bakal tumbang. Kasian Robbi. Dia yang korban, malah dia yang KO," jawab Arka.
"Ya udah, ayo kita lerai mereka," jawab Denis yang baru menyadari keseriusan situasi ini. Mereka berdua pun menyusul Robbi yang sedang mencari keberadaan Zio.
"Gue ikut," kata Nunu.
"Cepetan, selametin temen Lo dari Zio," kata Denis pada Nunu. Nunu pun mengikuti kemana Arka dan Denis pergi.
Sementara itu Zea masih tidak menyangka kalau bibir yang selama ini tidak pernah disentuh siapapun malah dicium sembarangan oleh Zio. "Dasar kodok sialan, Lo ambil ciuman pertama gue. Hancur harga diri gue. Jilbab gue mau diapain?" kesal Zea. Rasanya dia ingin menangis.
"Harusnya bibir gue yang dia cium, kenapa dia malah cium Lo?" Mata Nina berkaca-kaca, sedikit demi sedikit air bening meluncur melewati pipinya.
"Lo nangis? Harusnya gue yang nangis," kata Zea.
"Gue cemburu," jawab Nina, akhirnya tangisan konyol Nina tak tertahankan lagi. "Zio itu idola gue, cita-cita gue sejak dulu adalah jadi pacar Zio. Terus ciuman pertama sama Zio. Gue gak rela, benar-benar gak rela. Untung Lo teman gue, coba kalau Lo si kutu kupret itu, pasti Lo bakal gue Jambak. Zea ... gimana kalau kita tukeran bibir aja?"
"Aneh Lo," jawab Zea. Zea tidak jadi sedih melihat kelakuan random Nina yang menangis. Seolah dunia akan kiamat besok hari.
"Ayo Zea, kita tukeran bibir," kata Nina lagi.
"Nih ambil bibir gue!" sahut Zea, meladeni kesedihan konyol Nina.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....