"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 : Tersadar Menjadi Seorang Istri
..."Tidak pernah dipungkiri bahwa semua akan terjadi secepat ini. Entah sekuat apa hati ini menerima jika yang dinginkan tidak sesuai dengan kenyataan."...
...~~~...
Arumi semakin takut melihat Alaska yang lambat lain mendekatinya, ia tidak tahu harus bagaimana, karena Arumi juga tidak mengenali pemuda itu.
Krettt!
Suara pintu ruangan itu terbuka, terlihat dua orang yang hendak masuk ke dalam. Kedua matanya terbelalak melihat sang putri yang sudah sadar dari tidur panjangnya.
"Assalamualaikum," ucap Abi Harun dan istrinya yang masih kaget melihat Arumi.
"Abi, Arumi sudah sadar? Alhamdulillah," ucap Ummi Salamah sembari mendekati putrinya.
Abi Harun mengangguk dan sempat terdiam melihat Arumi juga Alaska yang masih mematung melihat kehadiran keduanya. Sungguh, ia juga bingung harus mulai dari mana memberi tahu putrinya itu.
"Abi, Ummi. Arumi takut, suruh dia pergi dari sini Mi. Arumi gak tau ada laki-laki ini di sini, Abi sama Ummi jangan salah paham ya? Waktu Arumi baru sadar dia sudah ada di sini, Arumi takut dia orang asing, Arumi sendiri gak kenal," keluh Arumi yang langsung memeluk Ummi Salamah berharap orang tuanya bisa membatunya, dan ia juga menatap Abi Harun supaya tidak salah paham setelah melihat laki-laki itu.
"Tenanglah sayang, Ummi sama Abimu ada di sini. Dia enggak bakalan macem-macem sama kamu, jangan takut ya dia orang baik," ucap Ummi Samalah yang sama-sama bingung harus menjawab apa.
"Tapi Arumi takut, suruh dia pergi Abi! Dia sudah kurang ajar tadi sentuh-sentuh wajah Arumi dengan sengaja," kata Arumi mengadu kepada abi serta umminya.
Abi Harun tersenyum dan menatap Alaska yang berdiri tegas soraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sungguh sangat malu. Bagaimana bisa coba? Istrinya mengadukan perlakuannya kepada mertuanya sendiri, seakan dia sedang menggoda wanita padahal itu istrinya sendiri. Di mana ada kata suami tidak boleh menyentuh istrinya, sungguh tidak terpikirkan olehnya.
"Tenanglah Arumi, dia suamimu. Jangan takut, dia sudah berhak atas dirimu. Mungkin Alaska tadi lancang kepadamu, tapi mau gimanapun juga tetap dia sudah mempunyai hak buat itu. Jadi, enggak mungkin Abi mengusirnya dari sini, sedangkan dia adalah suamimu, menantu Abi." Akhirnya Abi Harun mengatakan kebenarannya kepada Arumi.
Deg!
"Hah apa yang Abi bilang? Dia suamiku? Laki-laki ini suamiku?" tanya Arumi kaget dengan apa yang abinya bilang barusan.
"Iya bener, Alaska itu suamimu." Abi Harun menundukkan kepalanya sungguh tidak kuasa melihat ketidak berdayaan putrinya yang masih lemas.
Arumi menatap tidak percaya kepada Abi Harun, seakan pertahanannya kian runtuh. Tubuhnya yang lemas semakin melemas dan tidak dipungkiri, kenyataan ini membuatnya semakin tidak berdaya.
"Bagaimana mungkin ini Abi? Abi bohong kan pada Arumi, enggak mungkin Arumi sudah menikah," ucapnya dengan kedua mata yang mulai berembun, sedikit lagi air mata itu akan jatuh mendarat di kulit wajah cantiknya.
"Maaf, itu emang bener. Sekarang saya suamimu dan kamu, Arumi Nadya Karima, kau adalah istriku!" ucap Alaska tiba-tiba. Bukannya Abi Harun yang menjawab melainkan Alaska.
"Ini tidak mungkin! Ummi apa yang dia katakan itu bohong kan? Enggak mungkin Arumi menikah sama dia, Arumi masih jadi putri Abi sama Ummi kan? Mana mungkin Arumi menjadi istrinya," tanya Arumi pada Ummi Salamah sembari mengatakan diri. Berharap semua itu hanya mimpi bukan kenyataan.
"Maafkan Ummi, sayang. Apa yang Abimu dan Alaska bilang itu emang benar. Kamu sekarang sudah menjadi istrinya Alaska, anak dari Farhan, teman dekat Abimu," ujar Ummi Salamah. Ia juga tidak kuasa mengatakan itu, tapi mau gimanapun, lambat laun Arumi akan mengetahui kebenaranya.
"Hiks! Bagaimana ini mungkin Ummi? Arumi tidak mungkin kan sudah menikah sama dia? Hiks! Abi tolong jelaskan sama Ummi, enggak mungkin Arumi istrinya dia kan?" Dengan derai air mata, Arumi tetep menyangkal kenyataan itu.
Abi Harun hanya terdiam tidak tahu harus mengatakan apa lagi, apalagi melihat putrinya yang menangis membuatnya tidak kuasa mengulang kata itu.
Tanpa disadari, pintu ruangan itu terbuka dan ada sepasang suami istri masuk ke dalam ruang rawat Arumi.
"Ada apa ini? Arumi sudah sadar? Alhamdulillah, Harun kenapa kau tidak mengabariku jika putrimu telah sadar dari komanya?" tanya Papa Farhan yang belum menyadari terjadi percekcokan di sana.
"Farhan, sejak kapan berada di sini?" Bukannya menjawab, Abi Harun malah bertanya dan kaget dengan kedatangan Papa Farhan dan Mama Rina secara tiba-tiba.
"Baru saja, belum lama juga. Tapi kamu belum menjawab pertanyaan saya Harun, apa yang terjadi sebenernya di sini? kenapa putrimu menangis? Harusnya kamu senang dengan sadarnya Arumi," ucap Papa Farah menelisik.
"Arumi telah mengetahui semuanya bahwa Alaska adalah suaminya, ia belum menyangka semua ini makanya putriku bersedih. Apalagi dari awal kita belum memberitahunya soal perjodohan anak kita apalagi pernikahannya," ujar Abi Harun cukup bersalah karena tidak memberitahukan putrinya lebih dulu.
"Emmm .... Jadi begitu? Aku sudah merencanakannya untuk memberi tahu Arumi biar tidak kaget seperti ini, tapi tiap apa. Semua sudah terjadi, Arumi telah tahu. Kita coba bicarakan ini kepadanya dengan baik, buat dia mengerti karena ini bukanlah kesalahan," ucap Papa Farhan mencoba memberikan solusi.
Abi Harun hanya mengangguk saja dan mengikuti saran dari Papa Farhan. Dan kini keduanya mendekati Arumi yang masih memeluk erat Ummi Salamah seakan enggan menjauh dari umminya, sedangkan Alaska hanya berdiri santai, seakan tidak terjadi percekcokan.
Kini semua sudah kumpul di ruang rawat Arumi. Semuanya terlihat serius, kecuali Alaska yang bersikap santai saja. Bahan di saat Arumi menangis ia hanya melihatnya tanpa mendekatinya, karena ia tahu istrinya masih belum terbiasa akan kehadirannya.
Sempat diperiksa oleh dokter, keadaan Arumi emang sudah mulai membaik. Namun sayangnya, kini bukan tubuh yang sakit tapi hatinya, karena masih kaget dengan semua kenyataan yang kian ia terima secara tiba-tiba, bersamaan saat dia koma.
"Arumi, maaf sebelumnya. Kamu kini sudah menjadi menantu Papa, masih inget kan teman dekat Abimu dulu? Papa adalah Paman Farhan yang dulu sering datang ke rumah Harun dan kamu memanggil Papa dengan sebutan paman. Waktu itu usiamu masih kecil," ucap Papa Farhan yang kini mulai bicara dengan Arumi.
Nampaknya Arumi mulai mengingat sesuatu. Tidak lama ia sudah mengingat apa yang Papa Farhan katakan. "Iya Pa, Arumi ingat itu. Emang ada apa dengan hari itu? Kenapa Papa bicarakan soal itu? tanyanya yang kini juga mulai membiasakan memanggil Farhan dengan sebutan papa.
"Nah bagus kamu inget. Dulu Papa sama almarhumah Aluna --- istri saya dulu, Mama kandung Alaska, dan juga Abimu. Sudah merencanakan perjodohan antara Alaska denganmu Arumi," ucap Papa Farhan membuat Arumi menatap dalam Papa Farhan dan juga Abi Harun.