NovelToon NovelToon
Day Without Daylights

Day Without Daylights

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Hari Kiamat / Trauma masa lalu
Popularitas:854
Nilai: 5
Nama Author: Ahril saepul

Raika adalah seorang anak yatim piatu yang telah lama sendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksa Raika bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah: sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.

Saat pertama kali mengikuti raid, tanpa sengaja Raika memakan jantung Wanters yang membuatnya tak sadarkan diri ... ketika Raika membuka mata, ia terkejut berada di tengah kawah yang sangat luas dengan asap dan debu di mana-mana, seperti hasil sebuah ledakan.

Cerita ini mengisahkan; perjalanan Raika bertahan hidup di dunia yang tergelapi malam abadi. Setelah bertemu dengan seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, tapi apa mereka bisa? Bukankah Wanters sudah ada selama ratusan tahun. "Mustahil! ...."

---

Upload Bab: Senin, Rabu, Jum'at / 20:00

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Panas, Dingin.

DISTRIK 4

Tembok raksasa setinggi 200 meter terlihat jelas dari tempatku berada yang sedang menaiki mobil---itu adalah Distrik.

Saat kami semakin dekat dengan Distrik, sudah terlihat beberapa orang Crusemark yang akan mengikuti kompetisi tersebut. Semakin kami mendekat, kerumunan semakin bertambah, mungkin jumlah mereka sudah mencapai puluhan ribu.

Yuto memarkirkan mobil diantara mobil-mobil lainnya.

"Ramai juga yah ... mereka juga terlihat kuat-kuat," kata Mio, memperhatikan orang-orang di sekitar.

"Sepertinya ini akan berat, tapi mungkin saja kita masih bisa menang, iya kan," ujar Yuto

"Ya, yang terpenting kalian harus selamat," sahut Yuya.

Kami berjalan menuju orang-orang Eldritch yang berdiri di luar gerbang untuk mendaftar.

Meskipun mereka berada di luar Distrik, mereka tetap menaruh garis merah di tanah untuk membatasi kami, para Crusemark. Beberapa penjaga telah bersiap dengan Beasthearts-nya yang diisi Arcis tingkat 4.

"Yakin kah, kalian ingin mengikuti kompetisi ini?" sindir seorang wanita Eldritch sambil menatap kami dengan sinis.

"Peserta letoy lagi ya. Hahaha, sepertinya mereka akan kalah duluan," tambah orang di sebelahnya.

Kami diberi sebuah gelang setelah menyelesaikan pendaftaran, dan diminta memasuki sebuah ruangan kaca yang menyerupai kontainer. Aku melihat beberapa orang yang memasuki lingkaran langsung menghilang dalam sekejap.

Teknologi para Eldritch memang berbeda jauh dengan kami, Crusemark. Oleh sebab itu, orang-orang Crusemark tidak berani melawan mereka.

Saat kami mendekat, sebuah pintu kaca otomatis terbuka, menampilkan sebuah ruangan yang dihiasi lampu, dan lingkaran putih berada di tengahnya.

"Ini aman, 'kan?" ujar Mio, menatap lingkaran itu, ia menarik tangan Yuto dengan tiba-tiba.

"Oi, Mi—" Yuto hilang dalam sekejap.

Mereka tertawa kecil menyaksikan itu.

"Baiklah, sekarang giliran kita," seru Yuya.

Seketika mereka berdua menghilang. Aku menarik napas, berharap bisa memenangkan kompetisi ini.

BRUSS

Melirik ke sekitar, aku melihat tembok ruangan yang hampir hancur dan kondisi yang berantakan. Yuya mengacungkan tangan.

Meraihnya. "Terima kasih."

"Sepertinya kita dipindahkan jauh dari Distrik. Mungkin ini adalah Zona Kuning," ucap Mio.

Aku berjalan ke tepi gedung, memandang perkotaan yang telah hancur dari lantai sepuluh.

Gelang yang kami pakai menyala dan memunculkan hologram, memberitahukan waktu dimulainya kompetisi dan juga jumlah peserta yang mencapai 32 ribu orang.

"Tersisa 30 menit lagi. Sebaiknya kita merencanakan sesuatu," saran Yuya.

"Semuanya jangan lupa kalau ini adalah permainan hidup dan mati." Tambah Mio.

Mengangguk....

Kami berempat mulai berdiskusi hingga sampai pada kesimpulan untuk bertahan dan menghindari pertarungan. Aku sempat berpikir ini akan mudah, namun jangan lupakan jumlah peserta yang mencapai 32 ribu.

Waktu sudah menunjukkan angka 1 menit sebelum dimulainya kompetisi. Di atas langit malam, sebuah pesawat besar mengambang di udara membawa satu medalions yang akan ditampilkan di akhir. Drone mulai berterbangan ke segala arah, merekam semua peserta dari kejauhan.

Tanpa terasa, hitung mundur telah dimulai dari 5—4—3—2—1.

BUMM!

Tidak jauh dari tempat kami berada, terdengar suara bom yang membombardir dari segala arah, menandakan terjadinya pertarungan tidak jauh dari tempat kami.

"Yuya, tempat ini tidak aman," ucap Yuto dengan panik.

"Kita jalankan sesuai rencana, oke. Sekarang!" teriak Yuya, mengisyaratkan untuk lari keluar gedung.

Kami tergesa-gesa menuruni setiap anak tangga. Sebuah kilatan, hawa yang terasa panas, disertai debaran jantung, membuat situasi semakin sesak. Setelah sampai di lantai pertama, kami bergegas menjauh dari gedung ... tepat saat kami menjauh, gedung itu diledakkan hingga runtuh.

"Syukurlah kita lebih dulu keluar," kata Mio, berhenti sejenak. "Ayo, lebih baik cepat pergi dari sini."

"Mio!" Yuya menarik tangan Mio. Sebilah pedang terlempar dari kejauhan, hampir mengenainya ... kami bergegas berlari ke arah berlawanan untuk menghindari pertarungan.

Saat berada ditengah pelarian, perasaan tidak asing muncul dibenak-ku. Aku mencoba mengingatnya. Namun, suara berisik di sekitar membuatku sulit untuk berpikir.

Cukup lama kami berlari hingga akhirnya tiba disebuah bangunan berlantai lima, jauh dari suara pertarungan.

Yuya melihat sekeliling. "Gedung ini sepertinya aman. Kita akan beristirahat di dalam, di luar akan berbahaya."

"Baik!" seru kami.

Setelah kuperiksa di sekitar, beruntung tidak ada jebakan yang dipasang oleh peserta lain. Meski begitu, aku harus tetap waspada.

"Masih tersisa 27 ribu peserta, apakah kita bisa bertahan?" kata Yuto, melihat gelang yang ia pakai.

"Yuto, kita pasti bisa ... jadi, tolong pinjamkan kekuatanmu. Kita tidak harus bertarung untuk memenangkan kompetisi ini," saut Yuya.

"Kalau begitu, Yuya, kita harus membuat rencana baru," saran Mio.

"Ya. Sebaiknya kita diskusikan lagi."

Aku melihat sebuah tangga yang mengarah ke atap bangunan. "Yuya, biarkan aku memantau sekitar."

"Baiklah, Raika. Tolong berhati-hatilah."

Saat berada di atas, aku melihat kobaran api menjalar disetiap gedung. Tanganku memegang erat sniper dalam posisi tengkurap, memantau sekitar menggunakan scope. Pertarungan dan juga Wanters terekam begitu jelas dimataku.

Pandanganku tertuju pada pertarungan yang sangat kacau. Saat semakin di-zoom, aku terkejut melihat seseorang mengenakan full armor dan pedang besar, dengan mudahnya membantai orang-orang hanya dengan ayunan pedangnya saja.

Aku bergegas melihat gelang dan mencari nama orang itu ... mataku terbelalak saat melihat jumlah orang yang telah ia bunuh mencapai seribu. Nama peserta itu adalah Ougly Corvury, bertubuh besar tanpa tim.

Aku kehilangan fokus saat memperhatikan Ougly. Tanpa kusadari, ada peserta lain yang sudah berada di bawah gedung. Dengan terburu-buru aku memberitahu Yuya dan yang lain ... beruntung kami lebih cepat bersembunyi sebelum orang-orang itu masuk ke ruangan kami.

Seorang laki-laki mirip preman memandang ke sekitar. "Di sini aman, oii, tidak ada apa-apa, santai," teriaknya pada rekan yang ada di bawah.

Seorang wanita dan seorang pria kekar mulai memasuki ruangan. Aku melihat wanita itu melirik ke sana-kemari, seperti sudah mengetahui keberadaan salah satu dari kami.

"Hihi, yaaah memang aman. Bagaimana, Jou?" tanya wanita itu.

"Oke. Kita jadikan ini markas sementara kita."

Wanita itu berjalan mendekati pilar tempat Yuto bersembunyi.

"Bagaimana jika ..." Belati dihunuskan dengan kuat hingga memotong pilar.

Sebelum belati itu memotong tubuhnya, Yuto refleks mendorong kaki dalam posisi jongkok untuk menghindar dari serangan tersebut, lalu menodongkan kedua pistol pada mereka.

"Hoo, hebat juga kau bisa menghindar."

Yuya dan Mio menunjukkan diri dari sisi gedung, menodongkan Beasthearts mereka untuk membantu Yuto. Aku bersiap menembak untuk berjaga-jaga di atap bangunan yang mengarah ke ruangan itu.

Pria kekar mengangkat tangan. "Baik-baik, kami terkepung. Apa kau puas?"

"Kita sebisa mungkin ingin menghindari pertarungan. Tolong, jangan macam-macam," tegas Yuya.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Oh maaf, itu lucu sekali," hina pria itu.

"Hei, apa kau lupa kita sedang berada di mana?" Wanita itu tertawa kecil.

"Damai ya? Apakah itu sebuah mimpi?" Laki-laki preman itu menggenggam bom, "sayangnya ... tidak!" ia melemparkannya.

BUMM.

Aku menggenggam erat tepian gedung, bergelantungan di sisinya. Dengan cukup usaha, aku berhasil naik kembali. Yuya terhempas keluar bersama pria kekar itu. Mio juga bersama wanita yang hampir membunuh Yuto, dan Yuto bersama laki-laki preman tersebut.

Yuya berusaha untuk berdiri setelah tubuhnya membentur tanah dengan keras.

"Yohoho, sepertinya tidak ada perdamaian ya," pria itu mengeluarkan pedang Beasthearts dua tangan, bersiap untuk bertarung.

'Sepertinya kondisi telah berbalik, apa yang harus aku lakukan ... apa, aku hanya bisa menatap mereka di atas bangunan ini?'

End Bab 7

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka,
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.
Born
semangat Thor 💪
Iind
semangat kak 😊💪
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
aku sudah mampir kak, saling dukung ya🙏 iklan 1🙏
Orpmy
bagus banget
EMBER/FIGHT: Terima kasih kakak.
total 1 replies
Orpmy
keren
Iind
udah ngantuk,besok tak lanjut lagi yah,semangat pokonya
ica
semangat berkarya!!!
mari saling mendukung untuk seterusnya😚🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!