Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 7 ~Janji apa?~
Ema hanya tertawa mendengar ucapan Arian barusan. Menurutnya sangat lucu.
"Kau begitu licik Ema! Kau tega berbuat begini kepada sahabatmu sendiri."
"Terus lo apa, Ari? Pengkhianat? Kita sama-sama berbuat salah kepada Arika."
Arian berusaha untuk tidak emosi dan memukul wanita di depannya.
"Saya tidak pernah mengkhianati Arika, saya mencintai istriku. Hubungan kita sudah lama berakhir sebelum Arika datang."
"Hubungan kita sudah lama berakhir sebelum Arika datang? Bukannya hubungan kita masih baik-baik saja saat Arika masuk ke dalam hubungan kita. KAMU MENIKAHI ARIKA CUMA KARENA INGIN BALAS DENDAM ITU YANG KAMU KATAKA KEPADAKU, ARIAN." Ema memukul badan Ari. "Kamu berkata akan menyiksa Arika, tapi kenapa malah kamu jatuh cinta kepadanya, ha?" Ema menangis, masih memukul lengan Arian.
Arian hanya terdiam, mulutnya tak mampu untuk berbicara.
"Mari melupakan masalalu, Ema. Kamu bisa memulai hidupmu, dan saya melanjutkan hidupku bersama dengan Arika." Arian menghentikan pergerakan Ema dan memeluk gadis itu.
"Lupakan kalau dulu kita pernah bersama, Ema. Saya tidak ingin balas dendam kepada Arika, saya sadar bahwa Arika tidak pantas mendapatkan balas dendam yang tak pernah dia perbuat."
Ema sesengukan, bukan Ema namanya yang langsung luluh dengan bujukan Arian. Ia melepaskan pelukannya.
"TIDAK, GUE GAK MAU DAN SAMPAI KAPAN GUE GAK MAU. YANG GUE MAU KITA KEMBALI SEPERTI DULU, TEPATI JANJIMU."
Arian menghela napas panjangnya. "Saya gak bisa Ema," ucap Arian dan perlahan mundur dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Turuti atau gue bongkar ini semua kepada Arika, biar dia membencimu."
Langkah Arian terhenti dan menoleh ke belakang. Perlahan ia menghembuskan napas lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Ema menatap pintu di mana Arian menghilang di balik sana. Ia melempar semua barang yang ada di dekatnya.
"Lo gak bisa hidup tenang, Arian. Sebelum lo mau balik sama gue. Persetan kalau gue dianggap obsesi sama suami sahabat gue sendiri, toh Arian memang milikku dari awal bukan milik Arika."
...----------------...
Arian memijat pelipisnya sendiri, pikirannya benar-benar kacau. Memikirkan keinginan sang oma dan Ema benar-benar membuatnya hampir gila.
Bagaimana ia mengatasinya? Ini semua menyangkut Arika, ia tak ingin Arika pergi dari kehidupannya.
"Sialan." Ia memukul stir mobilnya sendiri.
Suara klakson belakang mobil membuatnya buru-buru melajukan mobilnya menuju kantor.
Sesampainya di kantor, para karyawan menyapanya tetapi kali ini Arian tidak bersikap seperti biasanya.
Walaupun dingin dan irit bicara, tapi dia tidak pernah mengabaikan sapaan para karyawannya, tetapi kali ini wajah Arian terlihat begitu datar dan menatap lurus ke depan.
"Pak Ari ada masalah, ya? Mukanya kek banyak pikiran banget."
"Sutttt... Gak usah gosip ayo kembali kerja."
Mereka pun kembali ke aktivitas masing-masing.
Arian membuka pintu ruangannya, ia berjalan dengan santai menuju kursinya.
"Dari mana aja?"
Ucapan itu membuat Arian menoleh ke arah sofa. Di sana terlihat Arika sedang duduk seraya tangan dilipat di depan dada.
"Sayang, kok ke sini?" Arian mengusap mulutnya dan mendekati istrinya.
"Mau aja, kenapa emang? Mas marah?"
"Enggak sayang, mas enggak marah cuma tumben banget ke sini enggak bilang-bilang."
"Jawab aja dari mana?"
"Mas habis-"
"Kata asisten kamu gada meeting hari ini, jadi kamu dari mana mas? Karyawan juga bilang kamu belum ke kantor dari tadi pagi."
Arian mendekati istrinya dan mencium pipi istrinya dan menuntut istrinya duduk kembali.
"Mas tiba-tiba laper sayang, makanya mas singgah makan dulu di warteg."
"Benaran? Bukannya mas udah sarapan di rumah?"
"Kan cuma sedikit, gak tau juga tiba-tiba banget mas mau makan bubur."
Arika mengangguk mengerti hal itu membuat Arian menghela napas lega.
"Aku khawatir, aku telpon mas tapi mas enggak angkat telpon aku."
"Iyakah? Mas enggak cek ponsel mas. Maaf ya sayang buat kamu khawatir kek gini."
Lagi dan lagi Arika mengangguk seraya tersenyum manis.
"Aku bosan di rumah mas, kan aku libur hari ini. Makanya aku datang ke sini, tapi aku udah chat asisten kamu kok nanyain nanti ada meeting atau kamu bakal sibuk banget apa enggak, dia bilang enggak makanya aku datang. Enggak apa-apa kan mas?" Arika memiringkan kepalanya.
Dengan gemas Arian mencubit kedua pipi gembul tersebut seraya tersenyum dan perlahan mengangguk.
"Enggak apa-apa sayang, mau aku sibuk pun kalau kamu mau datang mas enggak akan larang, kamu bisa datang semaumu."
Arika benar-benar membuat masalah Arian tersingkirkan sesaat.
"Yaudah mas kerja gih, aku nunggu di sini."
"Baiklah, mas ke kursi kerja mas dulu ya sayang? Mas mau ngecek pengembangan perusahaan nanti mas temani kamu."
"Iya mas sana."
Sebelum ke kursinya, mereka berciuman sesaat hingga sebuah suara seseorang membuat mereka menghentikan aktivitas.
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.