"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inikah Rasanya?
Detik demi detik berganti menjadi menit. Dan saat ini sudah berlalu beberapa jam waktu tidur, tapi mata ini masih susah terpejam. Setelah tadi sore kak Catur beneran mengantar aku sampai depan pintu rumah. Bahkan dia sempat bercengkrama sebentar dengan Ibu dan kakek ku tanpa sungkan sedikitpun. Seolah-olah mereka sudah akrab dan kenal lama. Aku jadi teringat percakapan kami saat diperjalanan waktu itu.
Flasback On
"Dek, apa kamu sudah punya pacar?" Pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari bibirnya kala itu memecahkan suasana canggung yang sempat terjadi.
"Maksudnya bagaimana ya kak? Kenapa bertanya seperti itu. Tapi aku memang belum pernah pacaran kok." Aku balas bertanya dan menjelaskan seadanya. Karena yang sebenarnya gugup juga takut debaran jantung ku terdengar olehnya.
"Ehm... Saat ini apa hati kamu sudah terisi?" Makin ngaco saja pertanyaan kak Catur.
"Maaf kak itu privasi" Aku merasa tidak nyaman dengan ke kepoan nya ini.
"Ya sudah, bentar lagi nyampai. Belok kiri kan rumah kamu?" Kak Catur mulai mengerti bahwa pembahasan yang dia mulai tadi itu terdengar mencampuri urusan pribadi ku. Jadi dia memilih menutup pembicaraan kami. Sampai akhirnya berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat putih.
Flasback End
"Aku memang tertarik dan kagum padamu kak, tapi hati ku masih ragu. Karena perasaan ini adalah hal baru untuk ku. Aku takut, sungguh aku takut terluka" monolog ku sebelum akhirnya aku terlelap kedalam dunia mimpi.
Pagi yang cerah, tapi tidak secerah wajahku. Kurang tidur membuatku lesu dan malas untuk berangkat sekolah. Tapi hari ini ada gladi resik, sebagai panitia aku wajib mengikutinya. Jadi, yah terpaksa aku kuatkan diri ini. Semoga saja tidak tumbang di jalan akibat ngantuk merajalela.
Hari ini kegiatan belajar mengajar ditiadakan, bukan berarti para murid diliburkan begitu saja. Tapi hanya panitia yang sangat sibuk. Yang lain mah enak bisa ngrumpi sambil rebahan cantik di dalam kelas. Panggil saja Ony, dia teman kelasku yang konyol. Seperti sudah prepare, dia bawa boneka bantal yang dikeluarkan dari tas ransel besarnya. Merapatkan bangku dan bersiap menjemput alam mimpi. Kami semua sampai mlongo melihatnya. Ada-ada saja.
Waktu sudah bergulir begitu cepat, acara perayaan HUT Sekolah pun sukses terlaksana. Berkat kekompakan para panitia, serta kepiawaian sang ketua OSIS. Sehingga membawa pulang rasa bangga luar biasa setelah mendapat apresiasi dari Kepala Sekolah dan juga para dewan guru.
Minggu pagi waktu terbaik buat bermalas-malasan. Setelah kemarin malam penuh dengan kegiatan, saatnya kini kita rebahan. Ibu juga libur buat keripik singkong nya, karena dagangan kemarin belum habis juga karena tiap minggu memang libur jualan. Kata Ibu sih, "Emang yang boleh libur cuma pegawai kantoran saja. Pedagang kecil juga butuh mengistirahatkan tubuh serta pikiran. Biar fresh dan gak stres." Wah bener juga kan kata Ibu. Okey, mari kita bergelut dengan selimut lagi. Yang penting kewajiban ibadah sudah ditunaikan.
Tapi realita tak sejalan dengan ekspektasi. Nyatanya terbiasa bangun subuh membuat mata susah terpejam lagi meskipun badan rasanya remuk sekali.
Tok tok tok
"Cha, ada nak Catur di depan." Ibu memanggilku.
"Waduh, ada apa?. Perasaan, sudah tidak ada lagi agenda yang mengharuskan kami bertemu deh." Mencoba mencerna apa yang dipikirkan kan Catur, kenapa bisa datang ke rumah tanpa ngomong dulu. Mungkin bisa dibilang pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tadi bingung mau ngapain selain rebahan, eh ada yang datang ngajakin jalan.
"Assalamu'alaikum Dek." Sapa kak Catur setelah melihat penampakan ku didepannya.
"Waalaikumussalam kak, tumben nih ada gerangan apa yang mengantar kakak datang di Minggu menjelang siang ini." Balasku sedikit formal sambil cengengesan tidak jelas.
"Jalan yukk!" To the poin tanpa basa basi. Dan hal ini sukses membuat nafasku tersengal-sengal akibat rasa kaget berlebihan.
"Ke.. kemana?"Gugup ku.
"Ada deh, cepat ganti baju sana. Biar pulangnya tidak terlalu sore. Aku udah ijin sama Ibu kamu kok. Tenang aja." Ucap kak Catur sambil tersenyum, mencoba menenangkanku. Sepertinya dia tahu kalau aku gugup setengah hidup.
"Tunggu bentar." Aku langsung melesat masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Celana jeans dan kaos berlengan panjang menjadi pilihanku saat ini. Aku tidak punya banyak baju bagus, jadi begini saja cukup. Bedak tabur dan lip gloss menjadi pelengkap penampilanku. Selesai.
"Yukk kak." Suaraku mengagetkan kak Catur yang terbengong menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan.
Hampir 1 jam perjalanan kami lewati. Mengendarai motor sport hitam miliknya, kak Catur membelah jalanan yang lumayan ramai kali ini. Mungkin karena hari ini Minggu, jadi banyak juga yang pergi jalan-jalan seperti kami.
Motor berhenti di depan sebuah gerbang bertuliskan nama tempat wisata yang ada di daerahku. Entahlah, sampai saat ini aku masih bingung untuk apa kak Catur mengajak ku kemari.
"Dek, makan dulu yukk. Lapar nih, daritadi bawa motor belum istirahat." Katanya sambil matanya memindai dari satu warung ke warung yang lain. Mungkin dia bingung mau masuk ke warung yang mana. Sambil menggandeng tanganku, dia berjalan menuju stand bakso juga es kelapa muda yang ada di paling ujung lokasi ini.
"Mba, bakso 2 dan es kelapa mudanya 2 juga ya." Pesannya pada pelayan di warung bakso yang terlihat paling besar juga paling bersih dari yang lainnya.
Setelah kenyang, kak Catur mengajakku duduk dibawah pohon rindang yang ada disitu. Sungguh, aku belum terbiasa duduk berduaan dengan lawan jenis seperti ini. Antara rasa bahagia bercampur takut menjadi satu.
"Dek, seandainya ada yang suka sama kamu. Kira-kira kamu mau tidak membalas perasaannya." Kak Catur memulai bicara serius. Tatapannya teduh tapi juga ada ragu yang ku baca dari sinar matanya.
"Entahlah kak, aku belum tau. Aku masih tidak memikirkan kearah sana. Aku mau fokus belajar untuk saat ini." Jawabku, tapi sebenarnya hati ini berkata jika aku suka dengan kakak.
"Mungkin ini terlalu mendadak, tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Mau kah kamu menjadi pacarku dek? Aku suka kamu sejak pertemuan kita di awal MOS waktu itu." Ungkapan hati kak Catur langsung menembus relung hatiku.
Bahagia dan haru yang terasa menutupi rasa gelisah yang terselip dijiwa. Dan pada akhirnya hanya anggukan kepala yang aku berikan. 'Jadi inikah rasanya jatuh cinta? cintaku terbalas? aku punya pacar?' Monologku dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, update lagi.
Semoga suka.
Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan share ke teman-teman kalian.
NO PLAGIAT!
Terima kasih.
By : Erchapram