Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0007
Tepat pukul 22:30 Aldan baru sampai di Mansion karena terjebak macet. Setidaknya hampir satu jam ia menunggu di kemacetan itu, sudah pasti perasaan hati Aldan semakin tidak baik malam ini. Aldan heran melihat seluruh Mansion yang sepi seperti tidak ada orang.
“Zira!” Aldan memanggil nama itu, seharusnya sebagai seorang istri menyambut suaminya pulang. “Ck, kemana gadis gila itu?” Aldan bertanya sendiri jadinya.
Pria tampan berusia 30 tahun itu duduk disofa sembari membuka sepatu kerja yang ia pakai. Disaat ingin membuka kaitan dasi, Aldan mendengar suara Zira dan Aila yang tertawa bahagia.
“Mama, Aila sangat senang tadi. Ternyata wahana komedi putar di pasar malam biasa sangat menyenangkan,” ucap Aila kepada Zira.
“Bagus kalau Aila suka, nanti Aila akan Mama ajak lagi kesana.. Oke?”
“Oke, Mama!” Sangat lantang Aila mengatakan itu, ia terus menarik tangan Zira untuk lebih masuk kedalam Mansion.
Hingga tiba-tiba saja langkah Zira dan Aila terhenti karena Aldan berdiri dengan bersandar pada dinding. Seketika Zira tertegun, ia terbayang ulahnya siang tadi yang mana telah membuat Aldan Matthew marah.
“Mati aku!” kata Zira di dalam hati.
“Aila, masuk kedalam kamar. Papa mau bicara penting sama Mama barumu ini,” perintah Aldan dengan suara beratnya tapi tatapan matanya bukan ke Aila melainkan kepada Zira yang tengah menunduk.
Aila yang masih trauma akan bentakkan sang Papa siang tadi, maka langsung melangkah pergi menaiki tangga. Sesekali ia melihat interaksi Papa dan Mamanya yang sangat aneh menurutnya.
“Percepat langkahmu, Aila!” perintah Aldan lagi, hingga Aila langsung berlari kencang menaiki tangga.
“Dasar duda tantrum! Sama anak sendiri suka banget bentak bentak, nggak punya hati!” umpat Zira untuk Aldan dengan sedikit gumaman.
“Kalau mengatai orang itu jangan pake gumaman, langsung saja dihadapan orang itu,” ucap Aldan.
Zira mendongakkan kepalanya hingga menemukan tatapan mata Aldan yang sangat tajam. “Aku tidak ada mengataimu,” Zira membela diri.
Kedua alis Aldan seakan mengkerut mendengarnya, ia melangkah hingga sangat dekat dengan Zira. Sedikit menunduk untuk bisa melihat bibir yang sangat ranum itu, ingin sekali ia segera melumat habis tanpa ampun.
“Baiklah kalau kau tadi tidak mengataiku,” Aldan percaya saja, dan itu malah membuat perasaan Zira semakin tidak enak. “Apa kau sudah mempersiapkan dirimu malam ini?” tanya Aldan langsung pada intinya saja.
Karena pertanyaan Aldan itu langsung saja Zira menyembunyikan kantong plastik kecil kebelakang tubuhnya. Dan itu cukup menarik perhatian Aldan, pria itu penasaran apa isi kantong plastik itu.
“Apa yang kau sembunyikan itu?” tanya Aldan, ia berusaha merebut tapi Zira kuat sekali mempertahankan.
“Tidak ada, ini kebutuhan wanita, Tuan!” jawab Zira yang tentunya bohong.
“Kebutuhan wanita seperti apa? Kau tahu, aku pernah mempunyai istri yang mana dia juga wanita. Jangan kau kira aku tidak tahu sebagian seperti apa kebutuhan wanita itu,” ucap Aldan yang mana membuat Zira semakin kebablakan.
“Iya aku tahu kalau istri pertama Tuan itu wanita, mana mungkin laki-laki..” celetuk Zira begitu saja membuat Aldan langsung melotot sempurna.
Tangan Aldan langsung berkacak pinggang, sungguh Zira selalu saja membuatnya emosi. Bahkan disaat Zira sedang tidak terlalu berjaga-jaga, Aldan langsung merampas kantong plastik itu. Tentu saja Zira terkejut, ia panik tentunya.
“Tuan, kembalikan!” pinta Zira, yang sudah pasti Aldan tidak akan memberikan semudah itu kepada Zira.
“Uluh uluh bocah, apaan si ini?” Aldan penasaran tapi Zira terus berusaha merebut kantong plastik itu. “Diam dulu, bocah!” Aldan tidak bisa membuka kantong plastik itu jadinya.
“Zira, diam!” bentak Aldan yang mana langsung membuat Zira terdiam. Tapi, tatapan matanya terus saja tertuju pada kantong plastik itu. Aldan duduk di sofa sambil sesekali melirik kearah Zira yang seperti ketakutan.
Sebagai mantan ketua Genk motor terbadas tentu saja Aldan tahu ekspresi apa yang Zira tunjukkan itu. Sebagai ekpresi jika kantong plastik ini berisikan hal penting untuknya dan Aldan penasaran akan itu.
Kala Aldan ingin membuka tiba-tiba saja Zira duduk di pangkuannya, bahkan dengan memposisikan tubuh lebih rapat dan intim lagi. “Aku penasaran.. Kenapa Tuan tidak kunjung memulai adegan yang belum pernah aku rasakan ini?” tanya Zira dengan tangannya yang terus mengusap dada bidang Aldan.
Sebagai pria yang sudah lama tidak mendapatkan sentuhan tentu saja langsung merinding karena ulah Zira. Bahkan Aldan memejamkan mata karna suara Zira yang sangat membuat semua gairah itu bangkit.
“Kau…” Aldan geram tentunya, ia ingin mencium Zira eh malah wanita itu merebut kantong plastik darinya dan langsung berlari kencang.
“Kena tipu, wleeeeeee!” Bahkan Zira sempat mengejek Aldan yang tengah marah itu. “Dadah, duda tantrum..” Zira langsung melangkah pergi menaiki tangga hingga tidak terlihat lagi dimata Aldan.
“Kurang ajar! Kau benar-benar telah memancing sisi liarku, Zira.. Lihat saja malam ini terakhir kau bisa berjalan dengan normal!” ucap Aldan sembari melepaskan kaitan dasi yang menyesakkan dadanya.
Zira masuk kedalam kamarnya, mengunci pintu terlebih dahulu. Jangan sampai ketahuan Aldan lagi maka Zira harus menyimpan kantong plastik ini ditempat yang lebih aman. Dan Zira belum menemukan tempat itu, ia terus melihat kesana-kemari untuk mencari.
Hingga pandangan Zira jatuh pada guci antik itu, Zira langsung mengeluarkan pil KB itu dari kantong plastik dan menyimpannya disana. Sungguh lega hati Zira sudah menyembunyikan hal yang paling melakukan jika Aldan tahu.
Suara membuka kunci pintu mengejutkan Zira, itu pasti Aldan. Zira lupa jika Mansion ini milik Aldan, sudah pasti pria itu memiliki banyak kunci cadangan.
“Zira, kau benar-benar sudah siap untuk menjerit malam ini?” tanya Aldan sembari melangkah satu persatu mendekati Zira.
Zira tahu jika Aldan ada dibelakangnya, apa lagi ia semakin merinding kala tangan Aldan sudah memegang pinggangnya. Zira merasa seperti sosok kelinci yang sudah terperangkap dikandang harimau sekarang.
“Kau tahu.. Malam ini adalah malam terpanjang bagimu, tidak akan kudengarkan mau kau mengatakan lelah nanti. Desahanmu akan terdengar sepanjang malam,” bisik Aldan ditelinga Zira.
Susah payah Zira menelan ludahnya sendiri, ia semakin merinding kala Aldan mencium lehernya. “Mampus aku! Udahlah dia duda bertahun-tahun, pasti sakit buanget ini..” gumam Zira didalam hati sambil menahan rasa geli akibat ulah Aldan.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila