NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Cewek Tsundere

Jauhin Wandra? Kenapa gue harus jauhin Wandra? Maksud gue, emangnya gue ngedeketin Wandra? Aneh!

Jesika melamun di meja makan malam hari ini sembari sesekali disuapi oleh Rian, abangnya.

"Bang ...," panggil Jesika membuat abangnya menoleh.

"Kenapa?"

"Nggak jadi."

Apa gue ceritain ke Bang Rian soal FAB? Besok-besok aja deh.

Malam itu Jesika dibawa oleh Rian ke pijat urut untuk mengobati kedua tangannya. Sepulang dari sana, Rian mengajak Jesika untuk menikmati jajanan kesukaan mereka.

"Udah bisa pegang sendok?" tanya Rian.

"Udah, tapi belum bisa dikuatin. Masih agak berasa sakitnya," jawan Jesika.

"Papa tau kalo kamu sekolah di sana?" tanya Rian lagi.

Jesika terdiam sejenak dan mengangguk.

"Habis ini kita ke rumah Papa. Kemaren Papa nelpon Abang laporan kamu jatoh dari pohon di sekolah."

"Iya," jawab Jesika singkat.

***

Rian memarkir motornya di sebuah rumah besar berpagar besi dan beberapa penjaga. Di sana mereka dipersilakan masuk. Jesika merasa sedikit enggan untuk menjumpai ayahnya yang sudah memiliki keluarga baru.

Tak bisa dibohongi, rasa benci terhadap orang yang mengambil posisi ibunya itu memang masih ada hingga detik ini. Meski waktu sudah berlalu 12 tahun lamanya.

Di dalam rumah mewah tersebut, Jesika menatap foto besar di ruang tamu. Terdapat satu laki-laki dewasa yakni ayahnya, satu perempuan paruh baya dan satu anak perempuan.

"Iya, nyokap gue sama tante lahiran bareng waktu itu." Jesika mengingat kalimat yang pernah dia sebutkan kepada Cia.

BOHONG!

Semua itu bohong!

Jenita Alora merupakan saudari Jesika dari ibu yang berbeda. Dan sebab ibu Jenita jugalah hari-hari yang dilalui oleh ibu Jesika menjadi semakin hancur.

Memiliki istri kedua tanpa sepengetahuan istri pertama dan memiliki anak dari kedua istri di hari yang sama. Sayangnya, saat Jesika lahir, sang ayah malah berada di rumah sakit bersama istri keduanya. Sementara ibu Jesika ditemani oleh Rian yang saat itu masih berusia 6 tahun.

Memang benar, penyakit fisik lebih mudah diobati dibandingkan penyakit batin. 6 tahun dimadu dengan hidup serba kekurangan, akhirnya ibu Jesika menghembuskan napas terakhirnya tepat di hari ulang tahun sang abang (Rian). Itu juga menjadi penyebab Rian benci ulang tahun.

"Papa kamu lagi nggak ada duit! Rian kan udah dewasa, kerja dong! Mau sampe kapan minta duit mulu?!" ketus Erika (ibu tiri).

"Kalo saya punya duit, saya nggak bakalan beli kebutuhan buat makan. Saya bakalan bayar orang buat bunuh kamu!" tegas Rian.

Kalimat mereka menjadi hening dalam sekejap sebab kehadiran Putra (ayah mereka).

"Ini, Pa. Pasti mau minta duit lagi," ucap Erika pada suaminya.

"Aku yang minta mereka ke sini," balas Putra.

Pria itu duduk di hadapan Jesika dan Rian, dengan pelan beliau menyodorkan beberapa foto pada Rian. "Adek kamu mukulin kakak kelasnya sampe kayak gitu di sekolah. Papa hukum bersihin halaman belakang, malah dia manjat-manjat pohon sampe jatoh."

Rian menatap tak percaya pada foto yang menampilkan wajah beberapa siswi bonyok dipenuhi luka darah. "Kamu apaan dek?" tanyanya.

"Mereka mau nyiram aku pake air seember di depan WC, jadi aku pukulin pake ember," jawab Jesika.

"Tapi kenapa baju kamu nggak basah?" tanya Putra.

Jesika tak memberikan jawaban.

"Apa jangan-jangan mereka nyiram cowok yang satu kelas sama kamu itu? Terus kamu mau jadi sok pahlawan?" ucap Putra lagi.

Jesika masih bergeming dalam tatapan satu arah.

***

Keesokan harinya, Jesika baru saja turun dari angkutan umum dan melihat mobil ayahnya yang juga baru memasuki kawasan sekolah.

~DIIIIITTTTTT! Klakson panjang membuatnya terkejut dan refleks menoleh ke sumber suara. Wandra membuka helmet dan menyandangnya dengan sebelah tangan.

"Mau gue anterin sampe kelas nggak?" tawarnya.

"Mending gue ngesot sampe kelas!" balas Jesika.

"Gue nggak pernah ditolak cewek! Dan nggak boleh ditolak! Lo mau naik motor gue, atau gue gendong?"

Jesika tak menghiraukannya dan terus melangkah.

"Jes!" panggil Wandra.

Sesampainya di koridor menuju kelas, Wandra berlari mengejar Jesika. "Jes! Lo udah kelarin tugas SEJARAH?!" teriaknya.

Jesika menghentikan langkah dan menatap pria itu. Tatapan mereka beradu tanpa argumen.

Lo mau deketin gue, dan berharap gue bakalan klepek-klepek sama lo? Terus lo bakalan jadiin gue pacar dan lo bakalan bikin gue terjebak toxic relationship? Gue nggak setolol itu, Wan! (oceh Jesika dalam hati).

Wandra mulai salah tingkah akan tatapan mereka yang berlangsung lama. Ia orang pertama yang mengalihkan pandangan ke arah lain.

***

Di kelas, kerusuhan Wandra semakin menjadi sebab Cia tidak masuk sekolah. Sehingga Wandra menjadi penghuni bangku yang kosong di sebelah Jesika tersebut.

Jesika tak menghiraukannya dan fokus pada pelajaran. Wandra tidak melakukan apapun. Ia hanya menopang kepalanya dengan satu tangan sambil memerhatikan Jesika yang fokus mengerjakan soal-soal latihan.

Cewek tsundere itu menarik, Jes. Gue belum pernah ngeliat cewek se-cool lo. Lo terlalu mendominasi di sekolah. Gue harus dapetin lo, biar makin banyak cewek-cewek yang sukarela jadi Mbels. (Batin Wandra).

Jesika menyadari bahwa pria di sebelahnya tidak mengalihkan pandangan sedari tadi.

"Mau sampe kapan lo kayak gitu? Bukannya ngerjain soal latihan. Katanya juara umum berturut-turut, tapi kok kayak orang tolol," oceh Jesika membuat Wandra tersenyum dan menggeser buku latihan yang sudah dijawabnya dengan sempurna.

"Lo udah kelar?!" pekik Jesika.

"Biasa, orang cerdas," balas Wandra.

Jesika dengan cepat menyontek jawaban dari buku tersebut. Awal dari kebiasaan Jesika yang tidak ia sadari. Sejak saat itu, Jesika jadi ketagihan untuk menyontek buku Wandra, sebab nilai-nilai sempurna yang ia dapatkan berasal dari sana.

3 jenis mata pelajaran hari ini, Jesika selalu menyalinnya dari buku Wandra. Bahkan ....

"Kenapa bisa 54? Dapet dari mana 54?" tanya Jesika yang kini memutar tubuhnya menjadi miring menghadap ke Wandra.

"Ya dari 9x6," jawab Wandra sembari menunjuk buku miliknya.

"6 sama 9 dari mana? Anjir, nggak ngerti! Dulu pernah belajar ginian di SD!" omel Jesika membuat Wandra terkekeh.

"Itu panjang kali lebar doang, Jes. Panjangnya 9m lebarnya 6m, terus dikali aja."

"Masa luasnya 54m? Gede banget!" ucap Jesika.

"Ya emang itu jawabannya."

"Tau ah, lo nggak cerdas! Gue masih bingung! Lo nggak mampu ngajarin orang!" omel Jesika membawa bukunya ke meja guru dan menanyakan hal yang sama.

Setelah mendapat jawaban yang memuaskan, Jesika tersenyum dan membawa bukunya ke atas meja Wandra sambil menjelaskan pada pria itu.

"Gue kira 54m itu kayak ditarik lurus doang. Ternyata luas itu artinya ukuran semua tanah yang diarsir itu! Lo sih, ngejelasin nggak jelas!" omel Jesika sembari berdiri. Wandra malah fokus memerhatikan wajah gadis itu tanpa peduli apa yang ia ocehkan.

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!