NovelToon NovelToon
Miss Rania, I Love You

Miss Rania, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Slice of Life
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lalalati

Pecinta K-POP merapaaaaat! Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya kalau mampir!

Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.

Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.

Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.

Kisah ini bukan hanya tentang mereka berdua, tapi juga tentang kisah masa lalu orang tua mereka yang begitu rumit.

Mampukah Rania dan Logan bersatu di tengah banyaknya perbedaan yang menjadi penghalang bagi keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Terjebak di Lift

"Udah... lo gak perlu teriak-teriak terus. Pasti teknisi... tahu liftnya gak nyala, dan mereka pasti melakukan... sesuatu," ucap pemuda itu dengan suara tercekat. Keringat dingin mulai menetes di dahinya.

Rania tidak menggubris ucapan laki-laki itu. Dia terus berusaha memijit tombol dan berteriak minta tolong. Tidak lama kemudian ada seseorang yang menjawab permintaan tolong Rania.

"Mbak tolong tenang, ya. Kami sedang mengecek kerusakan liftnya. Semoga bisa segera diperbaiki oleh teknisi kami. Kami bisa melihat Mbak dan masnya dari CCTV, Mbak tidak usah khawatir kami akan terus mengawasi Mbak," ucap suara di seberang sana mencoba menenangkan.

"Iya tolong cepat ya, Pak." Rania merasa sedikit lega. Para teknisi sedang memperbaiki liftnya dan CCTV tidak rusak. Sehingga apabila laki-laki penguntit itu melakukan sesuatu akan ada bukti kuat untuk menghukumnya.

'Aku harus tetap waspada,' batin Rania.

Kemudian Rania menghadap ke arah laki-laki itu. Tangan kanannya masuk ke tas kecilnya dan mencari-cari keberadaan botol parfum miliknya. Apabila laki-laki di depannya menyerangnya, ia berencana untuk menyemprotkan parfum itu ke mata laki-laki itu.

Namun sepuluh menit sudah Rania menunggu dalam diam. Laki-laki di hadapannya juga tidak melakukan apa pun. Rania melihat ada yang aneh dengan laki-laki itu. Ia seperti kesakitan, keringat mengucur sangat banyak di dahinya, dan tubuhnya juga seperti menggigil. Selain itu nafasnya juga terlihat tak beraturan dan tersengal-sengal.

"Hey kamu gak apa-apa?" tanya Rania sedikit melonggarkan pertahanannya karena pemuda itu sepertinya tidak sedang bercanda.

Laki-laki itu tidak menyahut, matanya tertutup seperti menahan sakit atau semacamnya. Rania pun akhirnya memberanikan diri menghampiri laki-laki itu dan mencoba menyentuh dahinya, dan ternyata dia demam. Seketika Rania panik karena beberapa menit lalu di luar lift, laki-laki ini masih baik-baik saja.

Lalu laki-laki itu mengatakan sesuatu dengan suara yang sangat pelan. Rania mencoba mendengar apa yang diucapkan laki-laki itu. Namun kata-kata yang dikatakannya tidak jelas. Rania pun mendekatkan telinganya ke depan bibir laki-laki itu.

"Phobia..." lirih pemuda itu.

Akhirnya Rania bisa menangkap yang laki-laki itu katakan. "Kamu punya claustrophobia?!"

Claustrophobia adalah keadaan dimana seseorang memiliki ketakutan berlebihan pada tempat yang sempit. Ternyata laki-laki ini phobia tempat sempit, lalu kenapa tadi dia masuk ke lift?

Pemuda itu tak menjawab. Rania mencoba tetap tenang dan melakukan sesuatu. Laki-laki itu terlihat semakin sesak nafas. Sedikitnya ia mengetahui pertolongan pertama bagi orang yang sesak nafas.

"Maaf ya sebelumnya saya buka jaket kamu, saya bakal nyoba buat nolongin kamu," Rania meminta izin pada laki-laki itu.

Rania dengan cepat membuka jaket bomber yang dikenakan laki-laki itu. Dengan susah payah akhirnya jaket itu terlepas dari tubuhnya yang bidang. Kemudian Rania membaringkannya di lantai lift. Rania melipat jaket bombernya dan menyimpannya di bawah kepala laki-laki itu. Lalu ia membuka sabuk laki-laki itu agar menjadi lebih longgar dan juga membuka kancing celana jeans yang dikenakannya.

"Kamu bertahan ya kita pasti bakal cepet keluar dari sini," Rania mencoba menenangkan. Tapi laki-laki itu tidak merespon dan wajahnya tidak lagi memperlihatkan kalau dia sakit.

Rania melihat laki-laki itu semakin aneh, kini ia tak bergerak. Bahkan dadanya terlihat seperti tidak bernafas. "Kayaknya nafasnya hilang," Rania semakin panik dan benar saja, saat ia menaruh jarinya ke hidung pemuda itu, tak ada hembusan nafas yang keluar.

Rania mencoba berbicara ke arah CCTV. "Tolong orang ini pingsan! Dia gak nafas!" Rania menekan tombol emergency lagi.

"Mbak tolong lakukan CPR! Atau jika tidak, Mbak bisa kasih nafas buatan sama masnya!"

"Ap-apa? Nafas buatan?" Rania bingung apa dia benar-benar harus melakukannya? Tapi tidak ada pilihan lain.

"Tapi dia butuh bantuan tenaga medis!"

"Gak ada waktu, Mbak! Kami masih mencoba membuka pintu liftnya tapi pintunya masih macet! Cuma mbak yang bisa menyelamatkan laki-laki itu! Sekarang dengarkan instruksi saya, Mbak tutup hidung laki-laki itu dengan tangan sebelah kiri, tangan sebelah kanan Mbak tarik dagu masnya agar mulut masnya bisa terbuka. Terus Mbak tarik nafas panjang, tempelkan bibir Mbak ke bibir Masnya dan tiupkan udara sekuat mungkin ke mulut Masnya. Ayo, Mbak segera lakukan yang barusan saya instruksikan!"

"I-iya, Pak."

Tanpa membuang-buang waktu lagi Rania pun segera melepas jaket yang menyangga kepala laki-laki itu dan meletakkan kepala laki-laki itu di lantai dengan perlahan. Ia melakukan instruksi tadi dan melakukannya beberapa kali sampai laki-laki itu sadar dan akhirnya pemuda itu bernafas kembali.

Sontak Rania merasa lega. "Kamu gak apa-apa?" Rania masih menatap wajah laki-laki itu. Perlahan laki-laki itu mulai membuka matanya.

"Apa..gue..masih..di lift..?" tanya laki-laki itu terbata-bata. Rania meletakkan tangan kirinya untuk menutup mata laki-laki itu. Tangan kanannya memegang tangan laki-laki itu.

"Tenang ya. Kamu sekarang udah gak apa-apa. Kamu gak sendirian, ada saya di sini. Sekarang kamu tutup mata kamu aja ya. Saya mau ceritain dongeng buat kamu, kamu mau denger?"

"Emang...gue..anak kecil..."

Dalam keadaan seperti itu ia masih bisa protes, gerutu Rania dalam hati.

Namun kemudian laki-laki itu mengangguk. Rania mulai menceritakan beberapa dongeng. Setelah itu laki-laki itu mulai agak membaik. Namun badannya masih panas, dan nafasnya masih sesak.

"Makasih banyak. By the way, gue... Logan," ucap Logan memperkenalkan dirinya setelah Rania selesai menceritakan beberapa dongeng.

"Sama-sama. Saya Rania," Rania mulai melepaskan tangannya yang menutup mata Logan dan tangan yang menggenggam tangan Logan, namun Logan masih menggenggam erat tangan Rania.

"Tolong..jangan lepasin... tangan gue... sampe... bantuan dateng.. Please..." pinta Logan.

Rania pun mengurungkan niatnya untuk melepaskan tangannya dan membiarkan Logan menggenggam tangannya. "Ya udah. Tapi kamu tutup aja mata kamu, jangan dibuka ya."

"Iya..."

Rania tersenyum mendengar Logan yang langsung patuh.

"Gue..bukan... penguntit..."

"Oh ya? Buktinya apa?" Rania masih belum bisa mempercayainya.

"Kebetulan gue lihat lo di tiga tempat berbeda...sebelum di sini..." Logan mencoba menjelaskan walaupun masih dengan nafas yang sesak. Ia ingin mengklarifikasi mengenai Rania yang telah salah paham kepadanya.

"Beneran kebetulan?" tanya Rania masih tidak percaya.

Logan mengangguk pelan. "Gue..juga... ngerasa aneh... kenapa..bisa ngelihat lo terus... Gue..bertekad..kalau..ketemu lo untuk..keempat kali.. gue bakal..ngajak kenalan... soalnya sejak ngelihat lo pertama kali.. gue selalu.. kepikiran.. sama..lo..."

Dug! Dug!

Tiba-tiba terdengar seseorang sedang berusaha membuka pintu lift.

"Kita bakal segera keluar. Kamu bertahan ya. Udah ini kamu harus ke rumah sakit," ucap Rania mencoba mengabaikan ucapan Logan sebelumnya.

Tidak lama kemudian pintu lift pun berhasil dibuka. Tenaga medis sudah bersiaga dan segera masuk ke lift untuk mengangkat tubuh Logan dengan menggunakan tandu. Orang-orang juga terlihat di luar lift. Seorang tenaga medis menghampiri Rania.

"Mbak juga ikut ke rumah sakit ya. Untuk pengecekan aja."

"Saya baik-baik aja, Pak. Terima kasih. Saya kayaknya mau langsung pulang aja," ucap Rania. Namun seorang tenaga medis lain yang tadi membawa Logan ke dalam ambulans menghampiri Rania.

"Mbak, masnya nyariin. Tolong cepat Mbak, harus segera ditangani itu masnya," ucap tenaga medis itu dengan tergesa.

"Tapi saya..."

"Mbak masa pacarnya lagi sakit itu Mbak gak mendampingi. Dia nanyain terus Mbaknya," ucap tenaga medis itu lagi.

"Tapi saya bukan..." belum sempat Rania menjelaskan semuanya, petugas medis itu sudah berlari ke arah ambulans. Rania ingin pergi saja menuju parkiran motor dan pulang. Namun Rania lupa, di tangannya ada jaket bomber milik Logan yang tidak sengaja masih dipegangnya.

"Kenapa gue malah megang jaketnya anak itu coba?"

Mau tak mau Rania pun melangkah malas menuju ambulans.

1
Anastasia Arita
semangat Logan kejar Rania mu
Anastasia Arita
lanjut thor, seru ceritanya /Good/
lalalati: thanks kak udah baca sampai sini 🥰
total 1 replies
aca
kasih jodoh buat nindi donk kasian masak g dpet cinta dr suami pdhl dia di sini korban loh
lalalati: ikutin terus aja ya kak 😁
total 1 replies
aca
jngan ampe Rendra ma Carla kasian rania donk nindi jg korban tp Rendra egois malah g kasih kesempatan nindi
aca
bagus ne cerita Q kasih bunga
lalalati: makasih kakk ikutin terus 🥰
total 1 replies
Anastasia Arita
semangat.. lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!