~MEMBALAS DENDAM PADA SUAMI, SELINGKUHAN, DAN MERTUA MANIPULATIF~
Mayang Jianasari—wanita bertubuh gendut kaya raya—menjadi istri penurut selama setahun belakangan ini, meski dia diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki karena tubuh gendutnya, bahkan suaminya diam-diam berselingkuh dan hampir menguras habis semua harta kekayaannya.
Lebih buruk, Suami Mayang bersekongkol dengan orang kepercayaannya untuk memuluskan rencananya.
Beruntung, Mayang mengetahui kebusukan suami dan mertuanya yang memang hanya mengincar hartanya saja lebih awal, sehingga ia bisa menyelamatkan sebagian aset yang tersisa. Sejak saat itu Mayang bertekad akan balas dendam pada semua orang yang telah menginjaknya selama ini.
"Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku, Mas!" geram Mayang saat melihat Ferdi bertemu dengan beberapa orang yang akan membeli tanah dan restoran miliknya.
Mayang yang lemah dan mudah dimanfaatkan telah mati, yang ada hanya Mayang yang kuat dan siap membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Saira
Klinik besar yang berada di jantung kota menjadi tujuan Mayang kali ini. Tempat berbeda dimana ia memeriksakan dirinya beberapa waktu lalu. Rully telah membuatkan janji dengan dokter yang ada disini sehingga Mayang bisa menyingkat waktu kunjungannya.
Ferdi terlihat tenang ketika membelokkan mobilnya ke pelataran klinik yang cukup ramai ini. Tidak terlihat panic maupun bingung. Membuat Mayang kembali meragu dengan dugaannya semalam. Mayang menduga, Ferdi yang notabene mengenal Dokter Nena dengan baik, mungkin saja telah meminta Dokter Nena memalsukan hasil tes mereka. Ketika ia mengingat kembali ke waktu-waktu ia periksa, Ferdilah yang selalu mengambil dan membayar tagihan. Bahkan saat mengambil suplemen dan vitamin, Ferdi sendiri yang melakukannya. Tentu dengan dalih agar Mayang tidak kerepotan dan lelah ke sana kemari. Trik-trik yang begitu halus dan memanjakan Mayang.
Mayang berdecih pelan, rasa bencinya perlahan-lahan naik seirama dengan cairan asam lambungnya yang terasa mendidih naik ke dada. “Ya Tuhan, aku laper banget.” Sejak semalam, Mayang sibuk berdebat dengan dirinya sendiri. Ia ingin makan, toh ia belum bertemu dengan dietisian yang akan mendampinginya. Dia ingin mengunyah, perutnya lapar, lambungnya kosong, dan rasa pahit di lidahnya, hanya bisa hilang dengan guyuran cola dingin, minuman manis dingin, atau satu porsi seblak pedas buatan Dapoer Ayoe, yang berada di sebelah rumah makannya. Dia kangen icip-icip masakan buatan dapurnya. Itu nikmat sekali.
“Kan sudah Mas bilang, ngga usah diet-dietan segala!” ucapan Ferdi sukses membuat Marini dan Mayang saling tatap.
Pikiran sigap Marini langsung bisa menangkap siapa orang yang dimaksud. “Aneh …! Orang mau promil itu harus sehat dan banyak makan, lah ini? Malah diet segala macem ….” Marini membuang wajahnya ke samping untuk menyembunyikan gumamannya. “Ndak niat punya anak memang.”
“Makan, Yang! Mas ngga suka sama yang namanya diet-dietan. Nanti kamu sakit, siapa yang susah?” Ferdi menghentikan mobilnya agak kasar, seolah melampiaskan kemarahannya yang tak tersalurkan. “Kamu sendiri nanti yang repot.” Tatapan Ferdi, membuat Mayang tak bisa membantah. Mungkin benar, dia harus konsultasi dulu. Diet-diet yang dijalaninya gagal, mungkin karena caranya yang salah. Membiarkan perut lapar terlalu lama, hanya akan membuat kalap ketika berhadapan dengan makanan.
Ferdi begitu gusar ketika dia mengikuti langkah-langkah pemeriksaan. Apalagi ketika ia bertatapan dengan Mayang, kemarahannya tampak memuncak. Namun Mayang tak terlalu ambil peduli, dia sibuk dengan rasa penasaran akan kecurigaannya. Dengan dokter yang tidak dikenalnya, apa sesuatu yang disembunyikan Ferdi akan terbongkar?
“Buk, aku ke toilet dulu.” Mayang berpamitan pada Marini yang sejak tadi duduk kaku dan diam. Mayang tersenyum diam-diam, senang rasanya mengerjai Marini hari ini. Rasanya tak sabar melihat hasil pemeriksaan itu dan membeberkannya di depan ibu mertuaya, bahwa tak ada yang salah dengannya.
Mayang diam-diam menemui Wina, yang sudah menunggunya. Wina adalah seorang dietisian, yang bekerja di sini.
“Saya butuh rekam medis kamu secara lengkap, May …,” kata Wina setelah menanyai Mayang soal kesulitannya dalam melakukan diet. “setelah itu saya baru bisa memutuskan metode diet apa yang baik buat kamu.”
“Baik, Bu … saya akan memberikannya secepatnya,” jawab Mayang yang sedikit merasa lega setelah mendapat pencerahan soal pentingnya asupan gizi saat diet.
“Diet itu tidak harus menahan lapar, kamu tetap bisa makan sampai kenyang, tetapi perhatikan apa yang kamu makan, May. Hindari mengonsumsi karbo berlebihan, makanan manis, dan berlemak jenuh tinggi. Perbanyak buah dan sayur,” sambung Wina seraya menyerahkan sebuah lembaran yang berisi jenis makanan dan jumlah nutrisi yang terkandung.
“Ingat ya, May … kekenyangan itu tidak baik, pun dengan kelaparan. Sementara kamu masih bisa makan nasi, tapi jumlahnya dikurangi. Untuk makanan manis, ngemil, yang berlemak, dan junkfood, harus dihilangkan total.”
Mayang mengangguk, matanya sibuk mengawasi lembaran itu. “Baik, Bu … akan saya usahakan.”
“Kalau kamu mau, saya punya grup pendampingan diet, kamu bisa gabung,” tawar Wina.
“Bolehlah, Bu ….” Mayang berbinar. Senang sekali rasanya ada orang yang mau memberinya perhatian lebih dan sabar mengarahkannya. Kini tinggal tekatnya yang harus dibulatkan.
“Oke, nanti akan saya invite. Kamu bisa unduh aplikasinya, kalau mau. Kalau enggak, cukup join grup saja. Ada macam-macam kelas yang bisa kamu pilih yang bisa kamu sesuaikan dengan waktu kamu.”
Mayang mengangguk senang lalu segera undur diri. Mungkin Ferdi telah selesai dengan pemeriksaannya.
Langkah Mayang tergesa-gesa menuju ruangan dokter yang menanganinya. Namun, langkahnya melambat saat samar-samar ia mendengar obrolan dari Ferdi, Marini, dan tampaknya itu adalah Saira.
Mayang menjulurkan kepalanya, dan benar. Itu adalah Saira. Sedang berbicara akrab sekali dengan mertuanya dan Ferdi. “Kenapa Saira ada di sini?”
*
*
*
*
Kenapa ada Mbak Sai, ya? Apa Mbak Sai itu ... anunya Mas Per?