Nadia Pramesti, seorang arsitek muda berbakat, mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup setelah sebuah kecelakaan tragis membawanya kembali ke masa lalu, tepat sebelum hidupnya hancur karena kepercayaan yang salah dan pengkhianatan —akibat kelicikan dan manipulasi Dinda Arumi, sahabat masa kecil yang berubah menjadi musuh terbesarnya, dan Aldo, mantan kekasih yang mengkhianati kepercayaannya.
Di kehidupannya yang baru, Nadia bertekad untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan menghindari perangkap yang sebelumnya menghancurkannya. Namun, Dinda, yang selalu merasa tersaingi oleh Nadia, kembali hadir dengan intrik-intrik yang lebih kejam, berusaha tidak hanya menghancurkan karier Nadia tetapi juga merenggut satu-satunya pria yang pernah benar-benar dicintainya, Raka Wijaya.
Nadia tidak hanya berhadapan dengan musuh eksternal, tetapi juga harus melawan rasa tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan tantangan yang terus meningkat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manuver Terakhir
Bab 7
Keesokan harinya, Nadia memutuskan untuk melakukan pergerakan yang lebih berani. Dia mengatur pertemuan rahasia dengan seorang pengacara kepercayaan yang bisa membantu mereka mempersiapkan langkah hukum yang diperlukan untuk menyeret Dinda dan Aditya ke pengadilan. Namun, dia juga sadar bahwa semakin dia mendekati kebenaran, semakin berbahaya situasinya.
Di saat yang sama, Dinda yang sudah merasa terpojok, merencanakan serangan balik. Dia tahu bahwa Nadia dan Mira telah menemukan sesuatu yang bisa menghancurkannya, dan dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Dinda mulai menyusun jebakan untuk menjatuhkan Nadia dan Mira dengan cara yang halus tapi mematikan.
Suasana yang semakin tegang. Nadia, yang kini semakin yakin dengan bukti yang dimilikinya, mulai merencanakan langkah terakhir untuk membongkar seluruh skema ini. Namun, dia juga harus menghadapi ancaman yang semakin nyata dari Dinda dan sekutunya. Dengan segala rencana yang telah disusun, Nadia harus memutuskan apakah dia siap untuk mengambil risiko yang lebih besar demi keadilan, atau dia harus mundur demi keselamatan sendiri.
Penyelidikan Nadia dan Mira semakin mendekati klimaks. Meski ancaman dan tekanan terus menghantui, keduanya tetap teguh pada tujuan mereka: mengungkap kebenaran dan menjatuhkan Dinda serta Aditya. Namun, Dinda bukanlah lawan yang mudah menyerah. Dia mulai menunjukkan taringnya, menyiapkan serangan balik yang bisa mengguncang segalanya.
Di malam yang tenang, Nadia sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa kembali semua dokumen dan bukti yang telah mereka kumpulkan. Pikirannya sibuk merangkai rencana untuk langkah selanjutnya, tapi bayangan ancaman yang diterima terus menghantuinya. Tiba-tiba, ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
"Jika kau ingin selamat, tinggalkan kota ini sekarang."
Pesan itu singkat, namun cukup untuk membuat jantung Nadia berdetak lebih cepat. Dia tahu ini bukan sekadar ancaman kosong, terutama setelah apa yang mereka temukan. Nadia segera memberitahu Mira tentang pesan tersebut. Keduanya sepakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada.
Keesokan harinya, Nadia mengunjungi Raka, yang masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Raka, yang selama ini merasa ada sesuatu yang disembunyikan Nadia darinya, akhirnya memutuskan untuk mendesak Nadia agar bicara.
"Nadia, aku tahu ada yang tidak beres. Kau kelihatan tertekan, dan aku bisa merasakan kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku," ujar Raka dengan nada serius.
Nadia terdiam, bingung harus bagaimana menjelaskan situasinya tanpa melibatkan Raka dalam bahaya yang sama. Tapi dia tahu, Raka berhak tahu apa yang sedang terjadi, terutama karena dia sudah sangat dekat dengan Nadia.
"Raka, aku... Aku sedang menyelidiki sesuatu yang besar. Sesuatu yang bisa membahayakan kita semua," kata Nadia dengan suara pelan.
Raka mengerutkan kening, jelas merasa khawatir. "Apa maksudmu? Bahaya seperti apa?"
Nadia pun menceritakan secara singkat tentang penyelidikannya terhadap Dinda dan Aditya, serta ancaman yang telah dia terima. Raka mendengarkan dengan seksama, ekspresinya berubah dari kekhawatiran menjadi tekad yang bulat.
"Kau tidak sendirian dalam hal ini, Nadia. Aku akan membantumu," kata Raka dengan tegas.
Nadia terkejut dengan tanggapannya. "Tapi ini berbahaya, Raka. Aku tidak ingin kau terlibat dan menjadi target mereka."
"Tidak ada yang bisa menghalangi niatku untuk melindungi mu, Nadia. Kita akan hadapi ini bersama," jawab Raka tanpa ragu.
Kata-kata Raka memberikan kekuatan baru bagi Nadia. Dia merasa lebih tenang dan yakin bahwa dengan bantuan Raka, mereka memiliki peluang lebih besar untuk mengalahkan Dinda dan Aditya.
Sementara itu, Dinda semakin cemas karena merasa waktunya semakin sedikit. Dia memerintahkan Aditya untuk segera melaksanakan rencana cadangan mereka, yang melibatkan pemusnahan bukti-bukti dan persiapan untuk kabur ke luar negeri. Tapi Aditya, yang mulai merasakan tekanan dari segala arah, tidak bisa menghilangkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin sudah terlalu jauh terjebak.
Di malam yang sama, Mira menemukan sesuatu yang mengejutkan dalam pencarian datanya. Dia menemukan adanya anomali dalam sistem keuangan perusahaan yang menunjukkan adanya transaksi yang belum pernah terlihat sebelumnya, sebuah transfer besar-besaran ke rekening luar negeri yang tak terlacak. Ini adalah langkah terakhir yang dilakukan Dinda dan Aditya untuk melarikan diri dengan harta yang mereka kumpulkan dari tindakan ilegal mereka.
Mira segera menghubungi Nadia dan menjelaskan temuannya. Mereka sepakat bahwa ini adalah kesempatan terakhir untuk mencegah Dinda dan Aditya melarikan diri dengan kekayaan yang mereka curi. Mereka segera menyusun rencana untuk mengamankan bukti terakhir ini dan melaporkannya ke pihak berwenang.
Namun, sebelum mereka bisa bertindak, Nadia menerima panggilan darurat dari salah satu kontaknya yang memberitahukan bahwa Dinda telah mengetahui rencana mereka dan sedang mempersiapkan langkah terakhir untuk menjatuhkan mereka.
Nadia dan Raka yang bersiap untuk melakukan manuver terakhir mereka. Di satu sisi, Dinda dan Aditya sedang bersiap untuk kabur, sementara di sisi lain, Nadia, Mira, dan Raka harus bergerak cepat untuk menggagalkan rencana jahat itu sebelum semuanya terlambat. Waktu semakin menipis, dan satu langkah yang salah bisa mengubah segalanya.
##$
Di bawah bayang-bayang malam yang mencekam, Nadia, Raka, dan Mira berkumpul untuk membahas langkah terakhir yang harus mereka ambil. Waktu semakin mendesak, dan mereka tahu bahwa satu kesalahan kecil saja bisa menghancurkan semua upaya yang telah mereka lakukan selama ini.
Malam itu, Raka menatap peta kota yang terbentang di atas meja. Mereka telah menentukan lokasi di mana Dinda dan Aditya kemungkinan akan melancarkan aksi terakhir mereka—sebuah gudang tua di pinggiran kota yang terhubung dengan beberapa rekening luar negeri melalui jaringan gelap. Gudang ini diduga menjadi tempat Dinda menyimpan berkas-berkas penting dan dokumen keuangan yang akan dia gunakan untuk melarikan diri.
"Nadia, kita harus bergerak cepat. Jika mereka berhasil memusnahkan dokumen-dokumen itu, kita akan kehilangan segalanya," kata Raka dengan serius.
Mira mengangguk, menambahkan, "Aku juga telah mengatur agar pihak berwenang siaga di sekitar lokasi. Begitu kita punya bukti yang cukup, mereka akan bergerak untuk menangkap Dinda dan Aditya."
Namun, Nadia merasakan ada sesuatu yang ganjil. "Mereka tidak akan membiarkan kita menangkap mereka dengan mudah. Ini mungkin jebakan."
Raka memahami kekhawatiran Nadia. "Kita harus berhati-hati, tapi ini adalah kesempatan terakhir kita."
Malam semakin larut saat mereka bersiap untuk menghadapi konfrontasi yang tak terhindarkan. Nadia merasa tegang, namun dia juga dipenuhi dengan tekad. Bersama dengan Raka dan Mira, dia akan mengakhiri permainan ini sekali dan untuk selamanya.
Di sisi lain kota, Dinda dan Aditya juga sedang dalam persiapan akhir. Dinda, yang merasa terpojok, mulai menunjukkan sisi kejamnya. "Kita harus memastikan tidak ada yang tersisa, Aditya. Kita akan musnahkan semua bukti, lalu kita keluar dari negara ini tanpa meninggalkan jejak."
Aditya mengangguk, tetapi ada keraguan di matanya. "Dinda, kita harus bergerak cepat. Mereka mungkin sudah mengawasi kita."
Dinda menyeringai sinis. "Biarkan mereka datang. Kita sudah siapkan segalanya."
Saat Nadia, Raka, dan Mira tiba di gudang tua tersebut, suasana mencekam menyelimuti tempat itu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar, namun Nadia merasakan ada sesuatu yang salah. Dia menginstruksikan Mira untuk tetap waspada dan siap dengan rencana cadangan jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Bersambung...