Istri Kontrak Sang Mafia

Di Pagi hari sepasang kekasih masih tertidur dengan nyenyak, Cahaya matahari menembus jendela kamar melalui sela-sela, silau. Salah satu dari dua manusia yang sedang terlelap menggeliat pelan, merasa terganggu.

Elena melirik ke arah samping, seorang laki-laki yang masih terlelap berada disamping nya. Tidurnya begitu nyenyak, tidak terganggu sama sekali dengan pergerakan Elena.

Gerald tidak tahu saja bagaimana sebenarnya Elena, tidak ada kecurigaan atau kejanggalan lainnya, mungkin karena cinta yang membuatnya buta atau panas nya pelayanan di atas ranjang yang membuat Gerald buta akan segala hal.

Mengingat Elena yang begitu lihai membuatnya tak berdaya sama sekali sampai tega mengabaikan Celine yang sudah sah menjadi istrinya.

Bibir Elena melengkung karena merasa telah berhasil dalam menaklukkan seorang Gerald, Elana bergerak pelan, mendekat. Lalu, membangunkan sang kekasih dengan bibirnya yang sexy.

Gerald yang merasa ada sesuatu yang menyentuhnya, dan benda kenyal yang menempel di dada bidangnya berusaha membuka mata secara perlahan.

"Elena, jangan menganggu tidurku, biarkan aku istirahat."ujar Gerald dengan suara khas orang bangun tidur. sejak salam Gerald selalu menolak sentuhan Elena, sampai perempuan itu heran, apakah kekasih nya mulai bosan?

“Baiklah, kalau begitu aku izin keluar sebentar, aku ingin shoping, kamu gapapa kan kalau aku keluar tanpamu?"

kening Gerald mengerut, lalu dia beranjak bangun dengan mata yang masih lumayan lengket, turun dari ranjang lalu mengambil sesuatu di dompet nya

“Tidak masalah, pergilah, beli apapun yang kamu inginkan, aku tidak bisa mengantarmu" ucapnya dengan menyodorkan kartu berwana hitam ditangannya.

"apa tidak masalah aku menggunakan kartu ini?" Elana tersenyum dengan manis

"Tidak, uangku juga milikmu, gunakan semau mu" kartu hitam yang hanya dimiliki oleh beberapa orang kaya di dunia ini siapa yang tidak senang.

Sedangkan Celine tidak pernah diberikan uang sama sekali oleh Gerald, perempuan itu hanya mendapatkan uang dari Mr. Romero yang setiap bulan nya mengirim untuk nya.

Celine sadar diri setiap kebutuhannya dia tidak pernah meminta kepada suaminya, Gerald hanya memberikan luka untuk nya dan dia seperti pekerja yang gratis tanpa digaji.

untung saja Celine cukup sadar dan pandai menghemat uang, dia menabung setiap mendapatkan dari Mr. Romero.

"Terima kasih Sayang. Aku jadi tambah cinta sama kamu." Elena beranjak bangun memeluk Gerald

"Eum, kapan kamu pergi, mintalah Andre mengantarmu. Aku harus ke markas sebentar lagi. sorry"

"Gak masalah honey. Aku bisa pergi sendiri, tidak perlu merasa bersalah, aku tahu kamu banyak kerjaan. Ya udah aku mandi dulu ya."

Cup

Satu kecupan mendarat di bibir Gerald

"Aku akan membuatmu melayang nanti malam Honey" Bisik Elana seksual Lalu pergi menuju kamar mandi. inilah yang Gerald suka, Elena selalu seperti ini, sehingga Gerald sampai tak berkutik dibuatnya.Ternyata, keahlian olahraga yang satu ini telah membuat sang ketua Mafia menjadi buta Elana benar-benar pintar, Gerald sampai tak bisa lagi membedakan yang mana hulu dan hilir.Mana yang baik dan benar.Mana yang seharusnya dicintai. Siapa yang seharusnya tersimpan dalam hati. Seandainya pun Gerald sadar sekarang. Celine sudah tak peduli lagi.

Bukankah Celine si bodoh sudah mati, dia sudah mati dua kali. tidak ada nama Gerald Smith di hati Celine, Nikmatilah semuanya selagi masih bisa Tuan Gerald Sampai pada saatnya penyesalan datang.Dan kau juga harus menikmatinya.

*****

Pukul sepuluh pagi, Gerald baru turun dengan setelan jas Formalnya, Terserah mau pergi jam berapa. Karena dia adalah bosnya.Dia melihat sarapan sudah tertata di atas meja. Tapi, istri yang berprofesi sebagai pembantu belum tertangkap oleh maniknya.

'Kemana Celine?' Ya, Celine dan Elana tidak sama. Dua wanita di rumah Gerald punya tugas yang berbeda.

Setiap hari, Celine fokus dengan piring kotor, membersihkan rumah, memasak makanan sehat dan lezat untuk tuan rumah dan kekasihnya. Agar mereka tetap sehat dan punya stamina untuk menyiksanya.Sedangkan Elana ya seperti itulah. Memamerkan keahlian di atas ranjang. Kemudian, menghamburkan uang laki-laki itu.

"Celine kemana?" Gerald menghampiri salah satu maid.

"Nona sedang menyiram bunga di halaman depan, Tuan." Maid berhenti mencuci piring. Menunduk pada sang tuan sebagai tanda menghormati.

Itu juga yang biasa Celine lakukan. Melupakan sarapan. Entah sengaja tidak menyentuhnya. Saat keluar, tampak seorang wanita sedang sibuk menata bunga mawar. Berbagai jenis dan warna. Indah di pandang, juga harum.

Menyadari ada yang memperhatikannya, Celine menoleh, tampak Gerald sedang menyandarkan diri di pintu mobil.

Celine bersikap biasa saja, layaknya pembantu dengan tuan rumah. Tinggal sebatas itu posisi Gerald di hatinya. Tak lagi ada debaran. Sedangkan di hati Gerald, rasa itu memaksa keluar. Mencoba menyadarkan pemiliknya tentang cinta dan kebodohan.

Celine bangkit, melangkah pelan ke arah laki-laki itu. Saat sudah dekat, menunduk. Sehingga yang terlihat hanya sepatu.

"Tuan,nanti aku mau izin belanja keperluan dapur sekalian membeli beberapa keperluan pribadi." Gerald menyadari Celine sedang berusaha untuk tetap tenang, tapi tangannya memilin pita di bagian depan dres yang dia kenakan.

"Ingat, hanya belanja. Jangan keluyuran dan berani macam-macam di luar." Ujar Gerald yang bergelar dengan tatapan dingin

"Iya, " Jawaban Celine tak lagi terdengar, karena Gerald sudah pergi.

Celine tidak tahu, jika laki-laki itu meliriknya dari kaca spion. Gerald bisa melihat wajah yang tadi tertunduk kini sudah terangkat. Menatap datar kepergiannya.

'Ada apa dengan Gerald, kenapa akhir-akhir ini dia tidak lagi bersikap kasar terhadapku.' batin Celine. Interaksi yang baru terjadi di antara keduanya adalah sesuatu yang langka. Bisa dibilang belum pernah terjadi sebelumnya.

Karena hari ini, Gerald tidak sekejam biasanya ketika berhadapan dengan Celine.

*****

Sementara di sebuah pusat perbelanjaan. Tampak seorang perempuan menggandeng mesra seorang laki-laki. Setiap yang melihat, beranggapan bahwa mereka pasangan serasi.

tampan dan seksi. "Sayang, menurut kamu, sepatu dan tas ini cocok gak buat aku?"

"apapun yang kamu kenakan sangat cocok honey. Tapi sepertinya lebih bagus yang ini." Laki-laki itu menjawab dengan suara lembut.

"Baiklah aku akan ambil keduanya."

"Apa ini tidak terlalu mahal? Bagaimana jika Gerald marah?."

"Lihat ini, Honey" Memamerkan kartu hitam di tangannya.

"Waw"

"Pemberian Gerald Atm berjalan. Ayo kita hamburkan!" Mengedipkan sebelah matanya.

"Dia bodoh sekali. Pasti kamu sudah membuatnya melayang keenakan."

"Tapi, kamu yang paling nikmat, Sayang. Ayo, ke sebelah sana"

"Ck, benar-benar ular." Ujar laki-laki yang berdiri di balik rak sepatu.

"Aku penasaran bagaimana reaksi Gerald jika melihat vidio ini." Setelah menyimpan ponselnya. Laki-laki itu berlalu pergi dari sana.