Seorang gadis yang selalu mengeluh tentang hidupnya yang membosankan tiba-tiba saja di transmigrasi ke sebuah dunia antah berantah, menguak rahasia besar yang selama ini ia lupakan.
Penyerangan yang tiba-tiba membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan seseorang yang menarik perhatiannya saat ia tiba.
Akankah gadis itu berhasil menguak identitas yang ia lupakan? Bisakah takdir mereka menyatu kembali? Apakah benang merah mereka mengkhianati mereka?
⚠️Perubahan pov akan terjadi untuk mendukung cerita, harap teliti agar tidak terlewat dan bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iyan al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Bersama Helen II
Matahari hampir tenggelam di barat dan bulan sudah bertengger dengan nyaman di arah sebaliknya, Xian berjalan tidak tentu arah dalam waktu yang sangat lama namun tidak kunjung menemukan satu pun jejak kehidupan.
Setiap langkah yang ia ambil diiringi dengan satu kalimat mutiara indah yang ia tujukan entah pada siapa, rasanya ia ingin menangis tapi merasa malas untuk membuang lebih banyak energi.
Sambil mendumal, Xian melepaskan duri-duri kaktus yang menempel di jubah luarnya karena pada saat menghindari pasir Jerlus, Xian tidak sengaja melompat ke arah kumpulan kaktus yang tidak ia sadari.
"Apa tidak bisa lebih sial lagi?" Ucapnya seorang diri, perutnya berbunyi karena kelaparan, tenggorokannya kering karena tidak minum dalam waktu yang lama, tubuhnya dipenuhi bau keringat dan debu, sungguh kacau.
Xian tidak pernah sekacau ini sebelumnya dan ia tidak tahu bagaimana menghadapi situasi seperti ini, dirinya payah dalam hal memasak asal kalian tahu dan sekalipun ia pandai memasak, tidak ada bahan yang tersedia di gurun tandus itu, hanya ada kaktus tipis yang berukuran kecil, jika ia membuang durinya, maka tidak ada yang dapat ia makan.
"Didi!" Samar-samar terdengar suara seseorang memanggilnya dari jarak yang jauh, Xian menggelengkan kepalanya karena merasa tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"Halo! Jika ingin menyamar jangan menyamar sebagai kakakku! Aku tidak tergoda!" Namun jika kau menyamar sebagai makanan sekarang aku pasti tergoda.
Sambungnya dalam hati, Xian mengeluarkan ponsel dan memakai earphone-nya yang berasal dari salah satu dunia yang ia jelajahi, bumi. Mungkin mendengar sebuah lagu instrumental yang tidak sengaja ia rekam.
Xian mempercepat langkahnya saat ia mendengar ada banyak langkah yang mengikutinya dari belakangnya, tubuh Xian bergerak sesuai dengan irama musik yang ia dengar, bertepatan dengan sebuah lendir lengket yang mengarah ke tempatnya semula.
"Xian jangan lari, aku tidak akan bisa menghentikannya jika kau terus berlari."
Seseorang berteriak dari belakangnya lagi, suara ini berbeda dengan suara pertama yang berat, suara ini lebih lembut dan ringan, sungguh enak di dengar. Xian jadi berpikir untuk merekam suara itu untuk ia dengarkan saat akan tidur.
"Bodoh! Bukankah kami sudah memintamu untuk berhenti berlari!"
Seorang wanita mendarat disampingnya dan menjewer telinganya dengan kencang, Xian menghentikan langkahnya dan memegangi tangan yang menjewernya dengan kencang.
"Ka-tung-ka-kalian bukan hantu penyamar?"
Xian dengan kaku bertanya pada Helen yang kini menjewer telinganya sambil mengucapkan kata-kata mutiaranya, ia mengaduh kesakitan dan meminta jeweran itu dilepas, namun tak diindahkan oleh Helen.
Jenar dan Chyou tertawa melihat tingkah mereka dari atas sebuah cacing besar yang ada dibelakang.
"Hantu penyamar apa? Kawasan ini lebih menyeramkan daripada hantu penyamar." Bisik Helen.
"Menyeramkan? Bukankah kau lebih menyeramkan." Ucap Xian asal.
"Apa maksudmu dungu! Saat ini kita berada di wilayah iblis"
"Ya ya, lalu mengapa ada cacing berbisa bersama kalian?"
Xian menoleh dan merasa sekujur tubuhnya merinding, ia melompat tiga langkah menjauh dari cacing besar itu. Cacing itu terlihat sangat aneh, bagaimana tidak? Bentuknya seperti cacing pita namun berekor ular dan mengeluarkan bisa.
"Xian, Helen, lebih baik kalian naik terlebih dahulu, kita bisa mendiskusikannya di atas sini."
Tawaran Chyou diterima Helen, namun ditolak Xian. Pemuda itu memilih untuk terbang menggunakan pedangnya, meski hal itu akan menguras tenaganya.
"Tidak mau! Aku benci hewan merayap."
"Tapi hewan ini melata." Gumam Chyou yang hanya didengar oleh Jenar, Jenar tertawa karenanya dan tanpa sadar telinga Chyou memerah karena malu merasa di ejek.
"Jadi darimana kalian mendapatkan cacing ini?" Ulang Xian setelah mengambil roti kering yang dipegang oleh Chyou, ia mengalihkan pandangannya, menatap kemana saja asal bukan cacing itu.
"Hewan ini bukan cacing tapi Caeling, hewan iblis yang kami temukan saat menunggumu di tepi hutan. Saat itu kami sedang membakar rusa yang tidak sengaja kami tangkap lalu Caeling datang dan meminta makanan. Saat itu kami mengira jika Caeling hanyalah cacing kecil yang lemah namun setelah memakan hampir seluruh daging rusa, Caeling berubah menjadi besar seperti yang kau lihat." Jelas Helen.
"Kalian memanggang rusa? Tanpaku? Kau tahu aku menahan lapar dari siang sampai sekarang, ini sangat tidak adil." Kesal Xian saat mendengar kalimat memanggang rusa.
"Biarkan saja anak itu merajuk, kita harus ke arah barat sekarang. Aku baru saja menerima informasi jika kedua juniorku berada di arah barat. Cukup antar aku saja, karena kita akan memasuki wilayah raja iblis." Putus Helen tak menghiraukan Xian yang merajuk.
Xian menegakkan tubuhnya dengan semangat, "Ya ya ya, tapi aku ada urusan dan akan menemanimu masuk."
"Tidak, ayah akan memarahiku jika aku meninggalkanmu di wilayah iblis." Tolak Jenar dengan tegas, "Kau akan pulang bersamaku." Lanjutnya.
"Aku harus mengembalikan pukulannya yang terakhir kali."
Xian memandang Jenar penuh permusuhan, ia merasa sangat marah ketika mengingat kejadian yang sudah lalu itu.
Sementara itu Jenar menatap Xian marah karena menurutnya, Xian hanya melakukan hal yang sia-sia. Sudah jelas musuhnya itu sudah tidak ada di dunia tapi masih ingin mengembalikan pukulan terakhir, entah pada siapa.
Melihat kedua kakak-beradik itu sedang memiliki pemikiran yang tidak sejalan saat ini, Chyou mendekat ke arah kedua saudara itu dan membantu mereka untuk mencari solusi sedangkan Helen membantu memanasi kedua saudara itu agar saling memukul.
Kini ke empatnya berada di bawah tanah wilayah raja iblis, jalan masuk di buat oleh Caeling dan mereka berjalan di belakangnya, berbaris dengan urutan Xian di depan diikuti oleh Helen di belakangnya, sedangkan Jenar dan Chyou berada dibelakang, memastikan jika tidak ada yang terpisah lagi.
Kelompok itu berjalan dengan pelan tanpa mengeluarkan suara karena tepat diatas mereka ada sebuah pasar hantu yang terkenal di dunia bawah. Pasar itu sangat ramai, mungkin jika kau bertanya dari mana mereka berasal, mungkin ada sekitar 200 tempat yang jauh dari tempat itu.
Awalnya tempat itu ada sebuah danau yang dipenuhi oleh senjata kuat yang dibuat oleh salah satu pejabat yang menempa senjata dari surga. Pejabat itu sudah cukup tua namun perilakunya sangat kasar pada pejabat lainnya yang membutuhkannya sehingga banyak pejabat yang tidak menyukainya.
Puncaknya adalah saat surga dan neraka berada di poros yang sama, banyak pejabat yang senjatanya rusak meminta pertolongan pejabat penempa untuk membuatkan pedang yang baru, namun pejabat itu diusir dengan kasar hingga kaisar utama mengetahuinya dan menghukum pejabat penempa dengan mengusirnya dari surga.
Saat itulah ia berjalan mengelilingi celah dunia yang sudah ditemukan oleh Xian dan membuat sebuah lubang besar di wilayah Beast. Pejabat penempa senjata yang dipenuhi rasa penyesalan pun menguburkan senjata yang ia buat dan memenuhi lubang tersebut dengan darahnya.
Karena darah dewa itu lah tercipta portal dari benua beast ke neraka dan senjata-senjata itu kabarnya berubah menjadi hantu-hantu penjaga dan penjual di pasar hantu. Karena cerita ini juga yang membuat banyak hantu berkunjung ke pasar hantu untuk mencari senjata yang konon dapat membuat mereka menjadi raja iblis yang baru.
"Kau sudah menerima informasi baru?"
Tanya Xian saat tubuhnya didorong oleh Helen, kakinya sudah lelah sekarang dan dirinya merasa malas untuk mengangkat kakinya untuk berjalan lebih lama.
"Sedikit lagi sampai, cepat jalan."
Dengan tega, Helen menyeret tangan Xian yang sedang duduk di tanah.
Xian menghela nafas dengan kasar saat melihat Jenar dan Chyou bercanda dengan akrab tanpanya, ia merasa kesal sekarang.
Brang
Tubuh Caeling meledak tanpa sebab menyebabkan tubuh Xian dan Helen bermandikan darah hitam yang lengket, Helen dan Xian melompat dua langkah ke belakang saat sebuah pedang menuju ke arah mereka dengan lancar, seakan tahu jika ada sesuatu di bawah.
"Kakak, Chyou! di belakang."
Xian berteriak saat melihat ada sebuah pedang hitam yang mengarah ke Jenar. tanpa di duga Jenar di dorong oleh Chyou, pemuda itu menggantikan Jenar untuk menahan pedang hitam menggunakan pedang miliknya.
Pedang itu cukup besar, memiliki kekuatan yang padat hingga sulit bagi Chyou untuk menahannya. Ketika ia merasa kalah, Jenar dengan cepat membantunya menahan pedang itu.
Xian melompat ke tengah-tengah kedua pedang yang bentrok itu dan menggantikan Chyou dan Jenar. Xian mengeluarkan salah satu pedang lainnya dan cambuknya, ia mengirim paksa Jenar dan Chyou untuk pergi dari pasar hantu, mengabaikan teriakan kedua pemuda itu.
"Aku yang akan menahan, Kakak dan Chyou pergi dari sini secepat yang kalian bisa, Helen kau pergi cari juniormu setelah itu tunggu aku di pasar hantu."
"Arius! Jangan biarkan Kakak dan Chyou kembali ke sini, bilang padanya aku akan secepatnya kembali, mungkin besok saat makan siang."
Xian melompat keluar dan mendarat di tanah, menyerang sosok yang memakai pedang hitam yang sudah terdapat darahnya. Debu yang berterbangan mulai turun menampilkan sosok bayangan itu menjadi jernih, seorang anak kecil yang berumur sekitar tiga belas tahun memegang pedang panjang hitam.
Rambut anak tersebut memiliki warna yang sama dengan warna kedua bola matanya, hitam pekat. Seperti bibit unggul di dalam cerita-cerita fantasi yang biasanya beredar di pasaran karena banyak di minati karena tokoh pemeran utamanya yang terlalu overpower.
'Tidak, tidak. aku tidak boleh fokus kearah sana, sadar lah Xian'
Batin Xian berteriak saat mengingat situasi yang sedang berlangsung saat ini. Helen sudah pergi mencari juniornya sedangkan Chyou dan Jenar sudah tidak berada di sekitar wilayah tersebut.
Xian melompat beberapa langkah kearah belakang saat pedang hitam itu hampir membuat kepalanya terpisah dari tubuhnya, kekuatan anak itu tidak sesuai dengan penampilannya yang masih terlihat polos dan suci.
Xian terus menghidari serangan anak kecil tersebut tanpa sempat membalas, serangan anak itu sangat teratur dan hampir tidak ada celah kelemahan dari serangan itu. Tanpa terasa, keduanya bertarung di tengah pasar dalam waktu yang sangat lama, namun anak tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, sebaliknya Xian sudah bermandi keringat.
"Apa kau menyerah, pak tua?"
Suara tegas namun memiliki nada khas anak-anak menggema di pasar yang sudah berantakan dan sepi, tidak ada jiwa lain selain seorang dewa dan iblis itu di sana.
'Pa-pak tua? AKU BARU MENGINJAK UMUR 100 TAHUN!' Teriak Xian dalam hati.
Xian menepuk bajunya untuk membersihkan debu yang menempel. Sambil menetralkan nafasnya, Xian mencibir "Hei anak kecil, apa kau kehilangan permen hingga marah seperti ini?"
"Aku bukan anak kecil." Ucap anak tersebut dengan penuh penekanan.
"Baiklah, baiklah. Berapa umurmu? Mengapa aku merasa sepertinya kau marah karena ditinggal pergi saat tidur siang."
Xian tersenyum ramah, menatap mata hitam anak tersebut dengan penuh perhatian. Ia merasa akrab dengan mata dan wajah anak tersebut, seperti sudah lama tinggal bersama namun tidak ada satupun nama yang terlintas di otaknya.
Anak itu mencibir, "Cih, orang tua tetaplah orang tua, selalu ingin tahu urusan anak muda."
"Apakah ayahmu memperhatikanmu? Apa ibumu tidak mengajarimu etika? Seperti tidak punya orang tua saja."
"Apa gunanya orang tua? Sekumpulan sampah"
Xian merasa jantungnya hampir pindah ke pinggang saat mendengar anak sekecil itu mengumpati orang tua hingga tidak sadar jika anak itu sudah kembali menyerangnya, menusuk perutnya tanpa ragu.
Tubuhnya menabrak pohon yang berada di belakangnya setelah menerima serangan yang tiba-tiba itu. Bisa ia rasakan tusukan itu menembus tubuhnya hingga beberapa tulang rusuknya patah. Tidak tahan lagi, ia memuntahkan seteguk darah.
"Kau..." Umpat Xian sambil menarik pedang hitam yang tertancap di tubuhnya dengan kasar.
"Kau! Dengar.. ukhuk.. Aku tidak..Setua itu. Umurku baru-"
"Tua tetap saja tua, close all magic line, restart."
Anak itu memotong ucapan Xian dengan tiba-tiba membuat Xian tidak sengaja membelalakkan matanya dan memuntahkan seteguk darah lagi. Belum sempat ia membuka mata, cahaya terang yang menyilaukan memasuki matanya, membuat dirinya tidak sadarkan diri.
mampir dinovelku Mati Rasa ya gaess, sukses trs thor 😍
alin itu ian kan? aduh.. gk salah inget kan akunya