REVENGE

Dulu sebelum Kitsune menjadi belahan jiwanya, yang memenuhi relung hatinya, hidup Alex terasa enteng, semua datar dan terasa ringan. Tidak pernah ada rindu yang mendalam, atau rasa cinta yang mengundang hasrat.

Kini, hidupnya terasa berat. Sangat berat menahan rindu, berat meninggalkannya, walaupun sekejap. Berat untuk berpisah.

Otaknya tidak fokus bekerja. Pikirannya selalu berlabuh di satu nama, yaitu Kitsune. Nama itu terukir di lubuk hatinya, terucap dalam setiap helaan nafasnya.

Alex menyadari, dia termasuk orang yang hanya bisa menjadi pengagum rahasia. Ini salahnya memendam perasaan cinta yang terlalu dalam. Padahal dia tahu tidak bisa memaksakan perasaan Kitsune untuk membalas perasaannya.

Sore ini, setelah selesai mengurus saham, dan orang-orang terpilih yang akan duduk di perusahannya, Alex buru-buru pergi, ia tidak peduli dengan pengawal, Ary atau Delila.

"Bos, kau tidak ke Mansion?"

"Maaf Ary aku mau langsung pulang. Aku sangat lelah."

"Aku yang nyetir, tunggu Delila."

"Tidak Ary, kau urus pengamanan disini. Aku mau sendiri."

"Tapi Delila sudah beberapa hari ada di Mansion, menunggumu."

"Katakan aku tidak bisa menemuinya. Aku lelah mau istirahat."

"Boss..kita sama-sama lelaki, selama ini kita sangat dekat, sudah seperti saudara. Aku cuma mengingatkan, kau jangan ingkar dan menyakiti perasaan Delila. Dia satu-satunya wanita di rumahku, yang kami sangat sayangi."

"Kau juga harus mengerti Ary, aku tidak bisa melepas Kitsune."

"Boss mencintainya?" tanya Ary pelan.

Alex terdiam, matanya menerawang jauh, ia harus jujur dan itu hak nya untuk memilih. Suka atau tidak suka, terserah, yang penting Alex sudah bertanggung jawab kepada Kitsune.

"Aku mencintainya, maaf...."

"Tapi kau harus menikahi Delila, bukankah kau telah bertunangan?"

"Aku tidak bisa Ary, aku takut dia akan sengsara bersamaku, karena aku memilih Kitsune."

"Jangan membuat keluargaku hancur boss, selama ini kami mengabdi padamu."

"Ambilah satu Villa untuk kalian, dari situ kalian bisa menghasilkan uang."

"Pantang kami minta-minta!" suara Ary meninggi, wajahnya tegang.

"Maaf, aku pergi."

Alex lalu naik ke mobil, ia menyeringai sinis. Ia pergi dengan tergesa-gesa. Setelah tiga hari memendam rasa rindu, akhirnya ia bisa lepas dari pekerjaan yang menguras pikiran.

Sekarang ia adalah 0wner, karena kedua kakaknya telah tiada. Sebelumnya yang menjadi Owner's representative atau yang disebut perwakilan pemilik dan bisa juga sebagai tangan kanannya, adalah salah satu kakaknya.

Saat ini ia butuh dua orang yang bisa dipercaya. Tidak mungkin Ary atau Delila. Ia harus mencari orang lain, misalnya Kitsune? Tugasnya sebagai perpanjangan tangan dan penghubung antara pemilik dan manajer proyek. 

Sudahlah, sekarang ia fokus untuk pulang bertemu dengan belahan jiwanya. Alex menarik nafas panjang, ia memacu mobil Lamborghini Aventador itu seperti peluru, cepat dan mematikan.

Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain bertemu dengan kitsune. Setelah sampai di rumah, Alex disambut oleh para pelayan.

"Selamat sore tuan, makanan sudah siap."

"Nona sudah makan? Apakah ada masalah selama aku tinggalin."

Mereka saling pandang, tapi tidak berani bicara. Sri cepat maju dan berkata,

"Maaf tuan, nona jarang mau makan, dia sering mengamuk dan rambut panjangnya dia potong pendek hampir botak. Setelah itu dia mengusir bibi dari sini. Sekarang bibi hilang, tidak pulang dari kemarin."

"Astaga, apakah kalian tidak melarangnya, kenapa kalian teledor?"

"Apalah daya kami tuan, nona pintar karate, kami terpental di buatnya."

"Oke, aku ke dalam dulu. Ingat, aku tidak menerima tamu."

"Baik tuan."

Kitsune duduk di sofa, ia membaca buku yang terdapat di atas meja. Buku bisnis managemen yang berbahasa inggris. Ia yakin ini pasti bukunya Alex.

"Hallo sayank, aku pulang..."

Mendengar suara Alex, mata Kitsune terbelalak dengan pupil yang mengecil dan bergerak cepat. Suara dari laki-laki yang sangat ia benci.

Kitsune mengangkat wajahnya, saat itu Alex sudah ada di depannya. Menyadari tatapan Alex, Kitsune balik menatapnya.

Ketika mata mereka bersirobok, dada Alex berdesir, ia merasa seperti sedang berada di dalam permainan roller coaster, hingga adrenalinnya terpacu, turun naik tidak menentu. Bahkan ia bisa merasakan milik kebanggaannya bereaksi sangat aktif. Sungguh ajaib!

Sepertinya benda itu tahu di mana harus bersarang, tidak mau yang lain. Rumah yang di rindukan dan sangat menjanjikan. Seolah dirinya dan keperk*saannya dua makhluk yang berbeda dan terpisah, tapi sama-sama ingin berteduh.

Kitsune memalingkan mukanya, ia mulai resah, memasang wajah jutek. Mulut nya terkunci, ia tidak dapat berkata-kata.

"Sayank miss you... apakah kau tidak kangen padaku?"

Kitsune tetap membisu, tubuhnya terasa panas dingin hingga ke bagian terdalam jiwanya. Bagi Kitsune, Alex satu-satunya laki-laki yang pernah ia miliki dan sudah merampas kehormatannya.

Mungkin bagi Alex, wanita dihadapannya ini, adalah segalanya, sekaligus ujung rasa di dalam kehidupannya. Wanita yang membuat ia bergairah.

"Rambutmu kau potong pendek? Pantas kelihatan chubby."

"Alex, kau tidak usah bermuka manis, lepaskan aku dari sini secepatnya. Kau telah melanggar privasiku dan hak asasi bagi seorang warga negara."

"Maaf sayank, untuk sementara waktu aku tidak bisa melepaskanmu. Sebenarnya ini rumahmu, semua yang aku punya milikmu nanti setelah kita menikah kau boleh bebas."

"Jangan mengkhayal terlalu tinggi, kita tidak bakalan bersatu. Kau bukan lelaki idamanku."

Kalau diajak berdebat, tidak akan ada habisnya. pikir Alex. Ia kemudian pergi meninggalkan Kitsune, lebih baik ia membersihkan diri, yang penting kunci pintu sudah ada di tangannya

Selesai mandi Alex mendekati Kitsune, Pria itu hanya memakai handuk yang di lilitkan di pinggangnya. Kitsune masih duduk di sofa membaca buku, ia sadar apa yang di ingini Alex. Sebisa mungkin ia akan tetap menolak.

"Sayank, istirahat dulu, nanti lanjutkan lagi membaca...." ucap Alek duduk di samping Kitsune.

Kitsune menggeser duduknya, kemudian ia berdiri. Saat itulah Alex dengan cepat menggendong Kitsune, perlawanan gadis itu tidak membuat Alex menyerah.

"Alex lepaskan aku, kau menyakitiku."

"Tidak sayank, aku membutuhkanmu."

Alex menjatuhkan tubuh Kitsune ke kasur. Kemudian ia merangkak naik. Alex dan Kitsune kini sudah berada di tempat tidur. Kitsune mulai menendang dan memukul, tapi Alex lebih menguasai keadaan.

Satu kali hentakan, baju tidurnya sudah lepas dari tubuhnya. Alex begitu kuat, dan tidak merasa sakit walaupun Kitsune memukul dan menggigitnya.

Wanita itu nyaris tel*njang, tanpa sadar air matanya bergulir jatuh. Hatinya sakit, merasa terhina. Alex tidak mau peduli, dengan pongahnya ia memperdaya Kitsune dan melabuhkan sejuta nikm4t.

"Aku benci kauu!!" teriak Kitsune tidak berdaya. Kedua tangannya di pegang oleh Alex. Badannya dikungkung. Walaupun bisa karate, tapi Alex seperti ker*sukan s3t4n.

Tiba-tiba Kitsune ingat pesan Ratih dan Ria, yang menyuruhnya mengalah. Karena mereka akan mengajaknya lari dari Alex. Semua biaya akan di tanggung Sri.

*****