Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Dark Heaven?
"Kalian masuklah! Aku hanya bisa mengantarkan sampai sini," kata profesor Elena sebelum meninggalkan Aditya dan Rio di depan pintu ruang kepala akademi.
Rio membuka pintu perlahan diikuti oleh Aditya di sampingnya. Di dalam seorang pria duduk di kursinya dengan pandangan mata yang mengarah kepada mereka berdua.
"Jadi, kalian Aditya dan Rio?" tanya sang kepala akademi yang sebagian rambutnya sudah memutih.
"Iya, Pak," jawab mereka.
"Perkenalkan aku Ezra Sanjaya, kepala akademi ini. Kalian pasti sudah pernah melihatku di upacara penerimaan siswa baru satu tahun yang lalu."
Aditya dan Rio hanya mengangguk sebagai jawaban. Mereka merasa tertekan, khususnya Rio yang baru pertama kali bertemu dengan orang sekuat kepala akademi.
"Tidak perlu tegang! Duduklah!" ucap kepala akademi kepada mereka.
Mereka berdua duduk. "Kalau boleh tahu ada urusan apa bapak memanggil kami?" tanya Rio.
"Tenang saja! Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal tentang insiden di ruangan profesor Elena." Kepala akademi berhenti sejenak. "Aku ingin kalian tidak membicarakan kejadian itu kepada siapapun."
Rio mengangguk. "Tentu, Pak. Kami mengerti. Tapi kalau boleh tahu siapa mereka ini?"
Ezra menyilangkan jari-jari kedua tangannya di atas meja. "Akan lebih baik jika kalian tidak tahu, tapi yang jelas mereka adalah kelompok yang berbahaya. Kalian harus segera melapor jika bertemu dengan orang seperti mereka."
"Mohon maaf, Pak. Apa saya boleh mengatakan sesuatu?" tanya Aditya yang sejak tadi hanya diam.
"Oh, Iya. Silakan!"
Aditya menghela napasnya sebelum mulai menjelaskan. "Saya merasa masuknya mereka ke dalam akademi bukanlah perkara yang mudah. Akademi ini dipenuhi oleh oleh penjaga dan profesor yang sangat kuat. Saya yakin pasti ada orang dalam yang membantu mereka."
Kepala akademi mengangguk. "Memang benar. Aku sudah meminta beberapa orang untuk menyelidikinya. Kalian tenang saja!"
Aditya sebenarnya sudah tahu siapa yang menjadi dalang dari penyerangan itu. Hanya saja dia tidak punya bukti untuk bisa mengatakan kebenarannya. Orang itu harus segera disingkirkan dari akademi ini. Dia sangat licik. Mungkin dia akan mempersiapkan hal lain setelah gagal membunuh profesor Elena.
"Sebenarnya aku mencurigai beberapa profesor, tapi aku masih belum yakin," kata kepala akademi tiba-tiba.
"Saya tahu sesuatu tentang hal ini, Pak. Tapi apakah bapak bisa mempercayai saya?" tanya Aditya dengan wajah serius. Dia harus bisa menyelesaikan masalah ini sebelum terlambat.
Ezra mengernyitkan dahinya. "Memangnya apa yang kau tahu, Nak?"
Aditya mengambil napas panjang. "Pelakunya adalah profesor Arina dan juga wakil penjaga akademi," papar Aditya.
"Arina? Maksudmu profesor Arina yang mengajar tentang ramuan? Tidak mungkin, Nak. Jangan membuat asumsi yang tidak berdasar. Apalagi wakil penjaga akademi. Dia adalah orang yang terpercaya," bantah kepala akademi.
"Dark Heaven," ucap Aditya yang membuat kedua mata Ezra melebar karena terkejut.
"Dari mana kamu mendengar nama itu?" tanya kepala akademi. Dia tidak menyangka seorang siswa bisa mengetahui nama kelompok sesat yang sangat dirahasiakan itu.
"Saya melihat itu di dokumen yang ada di keluarga saya, Nareswara," kata Aditya berbohong. Dia harus meyakinkan kepala akademi bagaimana pun caranya.
"Kau dari keluarga Nareswara?" Ezra tampak berpikir sejenak. Keluarga Nareswara adalah keluarga tingkat Archduke yang memiliki pengaruh yang sangat besar. Kepala akademi berpikir mungkin informasi semacam ini juga diketahui oleh mereka.
Ezra mengelus kumis tebal miliknya. "Hmm, mungkin masuk akal jika kau mengetahui itu, tapi dari mana Informasi bahwa profesor Arina dan wakil kepala penjaga akademi adalah bagian dari mereka? Apa keluargamu juga mengetahui itu?"
"Tidak, Pak. Tapi saya sangat mencurigai mereka," balas Aditya masih dengan wajah serius.
Kepala akademi menghela napasnya kasar. "Baiklah, aku akan menyelidiki mereka lebih jauh. Sejujurnya mereka berdua sama sekali tidak aku curigai."
Aditya tersenyum lega. Tentu saja mereka berdua tidak akan dicurigai. Mereka berdua sangat licik. Mereka baru terungkap menjadi bagian dari Dark Heaven lima tahun setelah insiden terbunuhnya profesor Elena.
"Ah, iya. Apa kalian berdua yang tadi baru saja bertarung di arena? Kalian benar-benar siswa yang berbakat," puji Ezra. Dia melemparkan sesuatu kepada Aditya dan Rio.
"Apa ini, Pak?" tanya Rio saat melihat benda di tangannya.
"Itu adalah token untuk memasuki bengkel akademi. Kalian bisa mendapatkan satu senjata yang kalian inginkan dari sana. Anggap saja itu adalah hadiah untuk menutup mulut kalian tentang masalah Dark Heaven ini."
Aditya tersenyum lebar. Dia tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan sebesar ini. Bengkel akademi berisi berbagai macam senjata yang dibuat oleh para siswa atau alumni akademi jurusan penempaan. Dia bisa mendapatkan senjata yang cukup berkualitas di sana.
"Ingat! Jangan memberitahu siapapun tentang Dark Heaven untuk saat ini! Ini adalah rahasia yang sangat penting," kata Ezra yang dijawab dengan anggukan dari mereka berdua.
Aditya dan Rio keluar dari ruang kepala akademi. "Apa itu Dark Heaven?" tanya Rio begitu mereka ada di luar.
"Bukankah, kepala akademi tadi bilang, lebih baik kau tidak tahu," balas Aditya sambil meninggalkan Rio yang masih penasaran.
"Sialan, setidaknya jelaskan pada temanmu ini!"
...****************...
"Keluargamu kan kaya. Kenapa kau tidak meminta mobil atau motor pada ibumu?" tanya Rio saat berjalan ke luar kelas.
"Untuk apa? Rumahku kan nggak jauh dari akademi," jawab Aditya.
"Ya, tidak ada salahnya memiliki alat transportasi." Rio naik ke atas motor merahnya.
"Mau mampir ke rumahku?" tawar Aditya pada Rio.
"Boleh. Naiklah!" ajak Rio.
Rio mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Hanya butuh waktu kurang dari 1 menit bagi mereka untuk sampai di depan rumah keluarga Nareswara.
"Stop! Stop! Kita sudah sampai," kata Aditya.
"Ini rumahmu? Lebih kecil dari perkiraanku. Aku pikir keluarga Duke akan memiliki tempat yang megah." Rio memandang rumah Aditya. Memang rumah Aditya memiliki halaman yang sangat luas tapi bangunannya hanya terdiri dari dua lantai. Bahkan rumah keluarganya yang hanya tingkat Baron jauh lebih besar dari ini.
"Selamat datang, Tuan Muda," ucap seorang pria paruh baya berbadan kekar yang membuka gerbang.
"Aku tidak melihatmu kemarin, Pak Roni."
"Iya, Tuan Muda. Saya cuti kemarin."
Pak Roni adalah kepala Ksatria Nareswara. Walaupun terlihat biasa saja dia merupakan seorang Ksatria yang sangat kuat. Dia bahkan pernah ditawari menjadi pemimpin Ksatria kerajaan, tapi dia menolak dan lebih memilih menjadi bagian dari Ksatria Nareswara.
"Masuklah! Jangan hanya berdiri di sana!" Aditya mengejutkan Rio yang melamun menatap pak Roni. Dia segera menuntun motornya mengejar Aditya yang sudah masuk lebih dulu.
"Keluargamu sangat hebat. Bahkan orang sekuat itu mau menjadi penjaga gerbang." Rio berbisik kagum.
"Haha, yah. Dia memang kuat, tapi dia bukan hanya penjaga gerbang. Dia adalah Kepala Ksatria keluargaku."
Rio mengangguk paham. Walaupun kediaman Nareswara tidak megah, tapi tempat ini tidak dapat diremehkan. Dia bahkan bisa merasakan kalau para maid di tempat ini juga memiliki kekuatan yang setidaknya setara dengan seorang ksatria tingkat tinggi.
Rio memarkirkan motornya di halaman lalu masuk ke rumah beriringan dengan Aditya. Di dalam sudah berdiri pak Farhan bersama dengan beberapa maid di belakangnya.
"Selamat datang, Tuan Muda. Apa ada yang bisa dibantu hari ini?" Pak Farhan menundukkan kepala menyambut mereka.
"Apa kau bisa menyiapkan makanan untuk dua orang? Aku membawa temanku, Rio."
Pak Farhan tersenyum seperti biasanya. "Tentu. Kami akan segera menyiapkannya," katanya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Apa-apaan itu? Kenapa orang semacam itu malah menjadi kepala pelayan? Apa dia tidak menyadari beberapa kuat dia ini?" cecar Rio. Dia tidak menyangka keluarga Nareswara akan menyia-nyiakannya bakat seperti itu. Rio merasa kekuatan kepala pelayan itu jauh lebih kuat daripada pria penjaga gerbang di depan.
Aditya hanya mengangkat bahunya. Dia juga baru sadar bahwa orang-orang yang dipekerjakan di keluarganya sama sekali bukan orang biasa. Mereka adalah orang yang memiliki kemampuan bertarung yang sangat tinggi. Tapi kenapa di kehidupannya dulu mereka bisa terbunuh pada peristiwa runtuhnya keluarga Nareswara. Bahkan pak Farhan dan pak Roni serta ibunya yang sangat kuat seperti terbunuh tanpa bisa melawan. Siapa yang sebenarnya melakukan itu?
^^^Continued^^^
selamat berkarya terus.....