NovelToon NovelToon
Tumbal Jenazah

Tumbal Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Hantu / Tumbal
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.

Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.

======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 ~ Sudah Siap

Dua hari ini Yuda bolak-balik mendatangi makam, bukan hanya pemakaman di kampungnya saja melainkan kampung sebelah. Bahkan sampai kampung yang agak jauh. Namun, tidak ada tanda-tanda akan ada penguburan atau penggalian untuk makam baru.

Sore akan berganti malam, Yuda pulang dengan pikiran yang lelah. Dia hanya ada waktu untuk mempersiapkan tumbal beberapa hari lagi. Jika tidak sanggup atau ingkar ada konsekuensi yang harus diterima dan itu tidak baik.

“Bapak,” panggil Gita dengan gembira saat melihat Yuda pulang.

“Hm.” Yuda hanya mengusap kepala putrinya.

“Pak, Gita mau sekolah di kota.”

Yuda mengernyitkan dahinya mendengar permintaan Gita lalu menatap Asih yang datang membawakan secangkir kopi.

“Ya pak, ya. Gita mau sekolah di kota, biar pintar terus bisa cari uang yang banyak dan bisa beli apapun. Gita mau buktikan kalau Gita bukan pencuri.”

Sepertinya Gita masih mengingat momen di mana para sepupunya menghina dan menuduhnya mencuri. Padahal Yuda sudah memberikan hidup yang lebih baik dan enak, meski dengan cara yang salah. Namun, Gita memiliki keinginan untuk bisa meraih suksesnya sendiri.

“Gita, Bapak sudah berikan kamu mainan dan makanan enak dan kamu bukan pencuri.”

“Iya, tapi itu uang bapak bukan uang Gita. Pokoknya gIta mau sekolah yang tinggi dan jauh biar cerdas,” ungkap Gita sambil memeluk bonekanya.

Yuda dan Asih saling tatap mendengar permintaan putrinya.

“Gita ke kamar ya, kerjakan PR,” pinta Asih.

“IYa Bu, tapi aku juga mau belajar mengaji. Seperti teman-temanku.”

“Iya, nanti ya, sayang.” Asih mengusap kepala Gita dan meminta bocah itu ke kamar.

Setelah memastikan Gita sudah berada di kamar dan tidak akan mendengarkan percakapan mereka. Asih langsung duduk di samping suaminya.

“Mas, aku nggak mau Gita belajar ngaji di luar sana. Kita panggil saja guru ngaji dan belajar di rumah.”

“Ngaco kamu, rumah kita sudah dipakai untuk ritual pesugihan. Mana boleh ada pengajian apalagi ibadah, sudahlah biar Gita belajar dengan teman-temannya di mushola.”

Tidak menduga kalau pesugihan yang dilakukan, tidak memperbolehkan ruma itu melakukan ibadah. Selama ini, mereka memang jarang beribadah. Asih hanya mengangguk, tanda ia paham dengan perintah Yuda yang semakin ... Sesat.

“Mas sudah dapat untuk tumbal?” tanya Asih pelan.

“Belum, aku sudah ke kampung tetangga. Sepertinya bukan musim orang meninggal.”

“Terus gimana, Mas?”

“Mana kutahu Sih, waktu kita juga sempit. Tinggal beberapa hari lagi.”

Yuda bersandar dan menghela pelan. Perbincangan mereka tentang pencarian tumbal pun sementara disudahi, Yuda semakin pusing dengan usul Asih yang tidak tahu syarat pencarian tumbal jenazah yang dilakukan.

Menjelang tengah malam, Asih terbangun sedangkan Yuda terlelap lengkap dengan dengkurannya. Bukan sesekali, tapi sering Asih terbangun di tengah malam atau jauh sebelum subuh. Tentu saja karena gangguan akibat ritual yang dilakukan oleh Yuda.

Kali ini ia mendengar suara dari atas plafon kamarnya.

Klek klek

Seperti suara orang melompat, tapi berasal dari atas langit-langit kamarnya. Bukan suara tikus berlarian apalagi kekar-kejaran dengan kucing. Perlahan Asih beranjak duduk karena suaranya semakin dekat. Mendadak tercium bau bangkai sangat pekat bahkan Asih sampai mual dan menutup hidungnya.

Suara itu perlahan hilang, yang terdengar hanya irama dengkuran Yuda. Asih memperhatikan langit-langit kamar tepat di atas ranjang mereka.  Dahinya mengernyit karena ada retakan di atas sana. Perlahan retakan itu semakin besar. Asih pun berdiri di atas ranjang, khawatir kalau plafon kamar mereka sampai rubuh. Benar saja, retakannya semakin lama semakin banyak.

“Mas,” panggil Asih, tapi tidak ada jawaban selain dengkuran. “Mas, ini ….” Belum selesai Asih bicara, tiba-tiba plafon itu roboh. Serpihannya menghujani ranjang.  Asih sampai terbaik dan menepuk-nepuk rambutnya menyingkirkan serpihan dari tubuhnya. Ia mendongak mencari tahu apa yang menyebabkan plafonnya rubuh. Padahal tidak bocor dan tidak sedang turun hujan.

“Itu apa?” matanya memicing melihat sesuatu dan …. Brak.

“Aaaaa.” Asih berteriak karena ada sosok terjatuh dan berdiri tepat di hadapannya. Pocong, yang menyebabkan plafonnya runtuh adalah pocong. Bau bangkai tadi kembali tercium. Bukan berhenti, Asih masih teriak apalagi ia bertatapan dengan wajah sosok itu. Kulitnya menghitam dan ada bagian mengelupas serta belatung bergerak di kulit yang mengelupas. Saat sosok itu melompat ke depan dan jarak mereka semakin dekat. Teriakan Asih semakin keras.

“Asih, hei, Asih. Bangun!”

Asih mengerjap pelan merasakan pipinya ditepuk-tepuk. Nafas yang tersengal dan tubuh yang lelah berkeringat seakan dia baru saja berlari keliling kampung.

“Kamu kenapa teriak, mimpi apa sampai berteriak seperti kesetanan.”

Tidak menyahut, Asih malah menengadah menatap ke arah plafon. Memastikan yang tadi ia rasakan hanya mimpi, meski terasa sangat nyata.

“Mas, tadi ada yang jatuh dari atas,” ujar Asih menunjuk ke atas plafon.

“Mimpi kamu.”

“Bukan Mas. Aku serius, tadi ada yang jatuh. Pocong, Mas.”

“Asih, aku sudah pusing dua hari ini keliling nggak berhasil dapat tumbal. Kamu jangan aneh-aneh. Sudahlah, tidur lagi. Masih malam ini.”

Yuda sudah kembali berbaring dan membelakangi Asih yang masih tengak-tengok dan menatap ke atas plafon.

***

“Gita sudah berangkat?” tanya Yuda yang baru saja bangun dan keluar kamar langsung menuju meja makan.

“Sudah dari tadi, ini sudah jam berapa,” sahut Asih. “Nanti mampir ke toko ya, ambil laporan pemasukan kemarin. Aku lagi malas keluar,” ujar Asih setelah menuangkan air ke dalam gelas dan menyodorkan ke hadapan Yuda.

“Iya, sebelum aku jalan ngecek ke pemakaman.”

Yuda menikmati sarapannya yang agak terlambat, sambil mendengarkan pembicaraan Asih lewat telepon. Jelas dari kerabatnya dan sudah bisa dipastikan ujung-ujungnya butuh bantuan.

“Kenapa?” tanya Yuda setelah panggilan berakhir.

“Pakde Karto, sakit payah dan dari semalam nafasnya sesak. Bude minta bantuan kita karena mau bawa pakde ke rumah sakit. Anaknya bilang sudah tidak sadar.”

Mendengar informasi dari Asih, mendadak Yuda seperti mendapatkan rejeki.

“Ck, ngapain di bawa ke rumah sakit. Buang-buang uang, kalau akhirnya mati juga.”

“Mas,” tegur Asih.

“Sudah biarkan saja, nggak usah dibantu. Kalau pakdemu lewat, bisa kita manfaatkan jenazahnya.”

“Mas Yuda, kok gitu. Tega sekali, sama saja mendoakan pakde cepat meninggal.”

“Kamu bilang, anak-anaknya saja sudah pasrah karena sudah tidak berdaya dan istrinya mau bawa ke rumah sakit padahal tidak punya biaya. Ngapain?”

“Siapa tahu bisa sembuh.”

“Nggak mungkin Asih. Pakde Karto sakit sudah lama, terakhir kita jenguk badannya sudah kurus. Justru kalau hidup seperti tersiksa. Jangan dibantu, kalau dia meninggal aku ambil jenazahnya kamu bantu semua biaya yang diperlukan untuk urus kematian sampai tahlil dan pengajian,” tutur Yuda lalu meninggalkan meja makan.

“Semoga hari ini dia mati, aku nggak usah capek ke sana kemari.”

Asih dilema, di satu sisi ia ingin mendukung suaminya. Di sisi lain itu keluarganya. Masih duduk di kursi memikirkan bagaimana menjawab permintaan Bude. Ia dikejutkan dengan ponsel kembali berdering, lagi-lagi panggilan dari keluarga Pakde Karto.

Sempat ragu menjawab, akhirnya ia geser tombol hijau.

“Ha-lo.”

“Asih.” Suara bude di ujung sana, terdengar serak diiringi isakan.

“Bude, maaf aku ….”

“Pakdemu sudah nggak ada,” jawab Bude di ujung sana menyela ucapan Asih.

Asih langsung menoleh ke arah toilet, ucapan suaminya benar terjadi. entah sumpah atau memang sudah takdir. Mendadak ia merinding.

“Tolong aku, Sih. Aku tidak punya biaya urus pemakaman pakdemu.”

“Iya bude, aku ke sana. Jangan pikirkan biaya, aku akan bantu,” sahut Asih lalu mengakhiri panggilan. “Mas Yuda,” teriaknya. “Tumbalmu sudah siap.”

 

\=\=\=\=\=

Hai gaes, komen dong setelah 7 bab ini ceritanya seru dan tegang nggak sih ? 😀

Dan ini baru awal ya, karena kisah inti adalah masa di mana Gita sudah beranjak dewasa 😊

 

 

 

 

1
estycatwoman
very nice 👍💯😊
Wisell Rahayu
baru mampir thoor masih menyimak😀
Hariyanti Katu
Aamiin🤲🤲
Hariyanti Katu
mantaf
Vita Liana
baru baca
Misna Class
lebih baik kalau ada yg ketok2 pintu di biarin aja.. lagian udah sering gitu ngapain juga masih di bukain pintu.. thor2 buat cerita kok aneh banget
Rina Indriani
lanjut kk ceritamu kereen
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pocongny mantan spiderman ya keluar dr plafon..
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️: makany itu mgkn tuh pocong masih merasa doi spidey jdi dia lewat plafon.. 🤣🤣🤣
dtyas (ig : dtyas_dtyas): belum pernah ya, ada kisah nyata pocong jatuh dr plafon 😁😀
total 2 replies
Rina Indriani
wih... asih
Esih Esih
Luar biasa
Zuhril Witanto
aamiin
Aditya HP/bunda lia
wiiih ... tamat ditunggu yang baru
Heri Wibowo
ada cerita baru lagi Thor
ayularasati91
baru bisa baca setelah sibuk di dunia nyata, ternyata udah mau tamat aja 😭 lanjutt kak thor
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
the myth nya hobi turing ya kesana sini..
Kustri
mending tanah diwakafin di bangun masjid ato musholla, spy tdk wingit & pocong dkk takut, Git
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pocongny di toilet mau p1p1s minta dibukain tuh ikatannya..
Zuhril Witanto
arka sekarang ada dimana ...kirain tinggal ma yura
Zuhril Witanto
kamu maunya kapan git
Zuhril Witanto
apa Gita bakalan terseret kasus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!