NovelToon NovelToon
PRIA

PRIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arif C

Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.

Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.

Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Sarah hanya tersenyum sambil tertunduk. Dia memang merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Karena Sarah begitu mengkhawatirkan kondisi Raka. Namun dia berusaha menepis jika perasaan yang ada di dalam hatinya adalah rasa cinta kepada Raka.

Sebab Sarah masih belum percaya jika dirinya sudah merasa jatuh cinta dan sayang kepada Raka selama ini.

Sarah kemudian melirik kepada jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Sudah waktunya kita menjemput, Rama. Ayo kita segera ke sekolahnya!" ajak Sarah. Raka pun menganggukkan kepalanya.

Kemudian mereka pun menuju ke sekolahan Rama untuk menjemput anak itu.

Rama sekali lagi merasa sangat senang karena dia dijemput oleh kedua orang tuanya.

Bahkan saat itu wajah Rama begitu terlihat ceria, dan dia menceritakan bagaimana dia belajar dan bermain di sekolahnya.

Sarah dan Raka mendengarkan cerita Rama dan celotehan bocah itu dengan antusias. Kemudian mereka pun menanggapinya. Ketiganya kini penuh canda tawa.

Namun terbesit di benak Sarah untuk mengantarkan Raka bertemu dengan Laras.

"Apakah kamu tidak ingin bertemu dengan Laras untuk menanyakan di mana makam kedua anak kembarmu itu, Raka?" tanya Sarah. Raka terdiam mendengarnya.

"Lain kali saja, Sarah," jawab Raka, dia enggan untuk menerima hinaan lagi dari Laras dan keluarganya. Raka sebenarnya masih merasa trauma.

"Kalau kamu mau ku antarkan ke rumah Laras sekarang juga, agar kamu bisa mengetahui di mana keberadaan peristirahatan terakhir anak kembarmu itu," tawar Sarah.

Raka berpikir lagi, dan pada akhirnya Raka setuju untuk bertemu dengan Laras.

'Baiklah kalau begitu. Semoga saja Laras ada di rumah kedua orang tuanya," kata Raka.

Dia juga ingin menjawab rasa penasarannya untuk bertemu dengan Laras.

Dan mendapatkan jawaban dari kegundahan hatinya tentang di mana keberadaan makam bayi kembarnya yang sudah tiada.

"Kita mau ke mana, Mama?" tanya Rama dengan nada heran.

"Kita mau bertemu dengan teman Papa terlebih dahulu. Baru kita pulang dan makan siang," jawab Sarah.

"Tidak apa-apa kan, Sayang? Kalau kita pergi ke suatu tempat terlebih dahulu," tanya Sarah meminta persetujuan Rama. Anak itu menganggukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Mama. Aku juga belum terlalu lapar," jawab Rama.

Raka hanya tersenyum mendengar pembicaraan ibu dan anak itu. Lalu mereka pun sampai di rumah kedua orang tua Laras.

Pada saat itu Laras memang sedang ada di rumah tersebut. Dan dia juga kaget ketika melihat kedatangan mantan suaminya.

'Astaga ada apa Raka datang ke sini lagi?' pikir Laras. Kemudian mereka keluar dari mobil Sarah dan menuju ke teras rumah orang tua Laras.

"Assalamualaikum," ucap Raka.

"Waalaikumsalam," balas Laras.

"Boleh aku bicara denganmu, Laras?" pinta Raka. Laras pun menganggukkan kepalanya. Walaupun dia sebenarnya heran dengan maksud kedatangan Raka untuk menemuinya.

Laras kemudian mempersilakan Rama beserta Sarah dan anaknya untuk duduk di teras rumah itu.

"Ada apa, Raka?" tanya Laras.

"Aku hanya ingin mengetahui di mana keberadaan makam kedua anakku, Laras," jawab Raka.

Laras pun terperanjat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh mantan suaminya.

"Kenapa kamu menanyakan makam bayi kembar itu?" Laras malah berbalik tanya kepada Raka. Raka kemudian menghela napasnya.

"Tentu saja aku harus menanyakannya. Sebab mereka adalah darah dagingku. Aku ingin mengirimkan doa kepada kedua anakku yang telah tiada itu," jawab Raka.

Laras terdiam, namun wajahnya nampak terperangah mendengar apa yang dikatakan oleh Raka.

"Sudahlah, kamu doakan kedua anakmu saja dari rumah. Tidak perlu kamu berkunjung ke makam mereka," jawab Laras.

Sebenarnya dia enggan untuk memberitahukan

lokasi di mana kedua anak kembar itu dikuburkan. Raka pun kaget mendengar jawaban yang diberikan oleh Laras.

"Apa salahnya kamu memberitahukan lokasi di mana kedua anak kembarku itu dikuburkan? Aku ingin berziarah ke sana," ujar Raka. Laras menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah tidak perlu, lagi pula aku sudah lupa di mana titik kuburan mereka," jawab Laras lagi.

Raka sebenarnya merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh mantan istrinya itu.

"Kenapa kamu tidak mau memberitahukannya kepadaku, Laras? Aku ini ayah mereka dan ingin mengunjungi kedua anakku, walau mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini," tutur Raka.

"Paling tidak aku ingin berkunjung ke peristirahatan terakhir mereka," imbuh Raka.

Laras terdiam lagi seolah ada yang disembunyikan Laras dari Raka. Ekspresi wajah Laras mengundang perhatian Sarah.

"Ada apa, Laras? Kenapa kamu malah nampak gelisah seperti itu? Apakah ada yang kamu sembunyikan dari Raka?" Kini Sarah mulai angkat bicara.

Namun mata Laras terbelalak mendengar apa yang dikatakan oleh Sarah.

"Siapa kamu kenapa berani ikut campur urusan kami?" balas Laras. Dia nampaknya tidak suka dengan kehadiran Sarah.

Raka pun nampak kaget ketika mendengar jawaban Laras yang begitu ketus.

"Kami bertanya baik-baik Laras kami hanya ingin tahu di mana pihak keluargamu memakamkan kedua anak Raka, hanya itu saja," tutur Sarah.

Dia merasa yakin ada yang disembunyikan dari Laras. Laras kemudian mengalihkan pandangannya kepada Raka dengan sorot yang begitu tajam.

'Kenapa kamu baru menanyakan kedua anak kembarmu sekarang" tegur Laras, seolah menyalahkan Raka. Raka kemudian menundukkan kepalanya.

"Aku sebenarnya ingin menanyakan hal ini sejak lama, Laras. Tetapi kalian selalu tidak pernah menerimaku di rumah ini," jawab Raka dengan nada lirih.

"Karena kami memang kami sudah tidak pernah menerimamu lagi di rumah ini, Raka," sahut Laras.

"Sebab statusmu itu sebagai mantan narapidana, itu sangat memalukan bagi kami dan bisa menjadi aib untuk keluargaku," kata Laras.

Sarah sebenarnya merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh Laras. Dia tidak terima dengan pemikiran Laras terhadap suaminya.

"Memangnya kenapa jika dia keluar dari penjara? Kenapa kalian begitu membencinya?" cecar Sarah. Raka kaget ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Sarah.

"Dia juga manusia biasa dan berhak untuk bertaubat juga hidup dengan semestinya. Tidak perlu kalian menjauhi Raka seperti musuh," tegur Sarah yang membuat hati Laras menjadi tertohok.

Sarah kemudian tersenyum kecut.

"Lagi pula wanita macam apa saat suaminya berada di dalam penjara, dia malah bersama pria lain," sindir Sarah. Laras semakin kesal dengan sikap Sarah.

"Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu selalu ikut campur urusan Raka?" sahut Laras dengan nada yang sedikit tinggi kepada Sarah. Sarah kemudian tersenyum simpul.

"Aku adalah istri Raka, yang bisa menerima Raka apa adanya," Jawaban Sarah membuat Raka dan Laras terperanjat mendengarnya.

Bahkan Raka tidak menyangka jika jawaban itu akan keluar dari mulut Sarah. Raut wajah Sarah juga terlihat nampak sangat meyakinkan.

"Seburuk apapun masa lalu Raka, !ku menerimanya. Sebab sejatinya Raka adalah orang yang baik. Hatinya begitu lembut dan perhatian kepada anak istrinya," kata Sarah lagi yang membuat Laras kini terdiam.

"Sekarang katakan kepada kami, di mana keberadaan makam anak kembar Raka? Dia ingin sekali berkunjung dan berziarah ke sana?" tanya Sarah.

"Sudah kubilang, aku lupa di mana letak makam mereka. Jadi kalian tidak perlu bertanya lagi," jawab Laras.

Raka merasa tidak puas dengan jawaban dari mantan istrinya itu.

"Bagaimana bisa seorang ibu lupa dengan keberadaan makam anaknya?" ujar Raka, ia tidak percaya begitu saja dengan jawaban yang diberikan oleh Laras.

"Atau sebenarnya ada yang disembunyikan dariku tentang nasib kedua anak kembar itu, Laras?" cecar Raka yang membuat Laras terperanjat mendengarnya.

"Sudahlah, aku tidak ingin membahas hal ini lagi aku merasa sangat lelah. Karena aku sedang hamil muda, jawab Laras.

Dia berusaha mengalihkan pembicaraan, karena dia enggan memberikan jawaban yang memuaskan hati Raka.

"Sekarang pergilah kalian dari sini, tidak perlu lagi bertanya tentang di mana keberadaan makam itu," Perkataan Laras tentu membuat Raka terpenjat mendengarnya.

Bahkan darahnya mulai naik dengan sikap Laras yang tidak menyenangkan.

1
@Tie
ini diucapkan apa cuma dlm pikiran?tp ada ditimpali sm raka,apa raka bs baca pikiran?
@Tie
hatinya
siskaa putri
sepertinya menarik
Tester
Saya adalah pemberi komentar pertama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!