NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:874
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07. Obrolan Hangat Sore Itu

Anna bergegas pergi ke dapur setelah membantu Putra berganti baju. Ia mengeluarkan beberapa makanan dan kue yang diberikan oleh tetangganya setelah mereka menjenguk Putra.

Hari ini, rumah keluarga Putra tengah mengalami perlonjakan penduduk. Sebab, para tetangga saling bergantian untuk menjenguk Putra setelah mendengar kabar lelaki itu. Bahkan beberapa dari mereka menawari asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan Syifa, namun wanita itu menolak.

Syifa memotong beberapa buah apel dan meletakkannya di atas piring. Setelah selesai, ia membawanya ke ruang tengah dimana Putra dan anak-anaknya tengah bermain di sana.

"Syifa, kamu istirahat dulu. Sejak tadi pagi, kamu terus ngurusin aku sama anak-anak," ucap Putra pada putrinya. Lelaki yang terduduk di kursi roda itu meraih jemari Syifa dan mengusapnya dengan lembut.

Bohong jika Putra tidak dirundung rasa bersalah. Ia merasa kasihan pada Syifa yang kini juga harus ikut mengurusnya. Namun wanita itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan Putra.

"Aku udah istirahat kok, Mas. Ayo dimakan buah apelnya, kalau habis nanti Bunda ambilkan lagi," ucap Syifa sembari meletakkan sepiring apel itu di meja. Wanita itu turut bergabung untuk duduk di samping Anna yang tengah mencoret-coret kertas.

"Ayah mau?" Kevin menodongkan sepotong apel pada Ayahnya, dan Putra langsung membuka mulutnya. "Enak kan, Yah?" anak lelaki itu bertanya dengan wajah yang terukir senyum. Ia tak banyak bertanya perihal Ayahnya yang kini hanya terduduk di kursi roda, sebab Syifa sudah memberinya pengertian. Kevin tidak boleh terlihat sedih, ia harus tetap tersenyum agar Ayahnya tidak merasa khawatir.

"Enak dong, soalnya Kevin yang suapin," jawab Putra dengan antusias. Kebersamaan hangat ini memang selalu Putra rindukan, namun tidak dengan keadaan seperti ini.

"Kevin, waktu itu Ayah pernah janji akan bawa Kevin sama Kakak ke kebun binatang kan?" tanya Putra. Kevin mengetukkan jemari di dagu, dan mengangguk kecil kala ia mengingatnya. "Maafkan Ayah belum bisa ajak main kamu ke sana, ya. Lain kali kita pasti akan main sama-sama kok," sambungnya berusaha memberi pengertian pada Kevin. Takut anak lelakinya akan berpikir bahwa Putra melupakan janji itu.

"Nggak papa, kalau Ayah sembuh Kevin udah senang kok," balas Kevin berusaha mengerti.

Anak lelaki itu turun dari sofa dan menarik jemari kakaknya. "Ayo Kak kita main di luar, katanya Oma Laras punya kucing baru," ajak Kevin. Anna mengangguk kecil, dan pergi berlari terlebih dahulu meninggalkan adiknya.

"Ayah, kita main ke rumah Oma Laras dulu ya," pamit Kevin setengah berteriak. Dan tak urung membuat Putra tertawa kecil.

Tinggal lah Putra dan Syifa berdua di ruangan itu. Keadaan hening selama beberapa saat, sebelum Syifa akhirnya angkat bicara. "Orang tua aku belum bisa ke sini karena ibu juga sedang sakit. Nggak papa kan Mas?" tanya Syifa tak enak hati. Setelah Putra dirawat di rumah sakit kemarin, wanita itu dengan cepat mengabari kedua orang tuanya.

Awalnya ia ingin menitipkan Kevin dan Anna selama beberapa waktu, namun ia tidak tega karena ibunya juga tengah sakit. "Nggak papa dong, malah aku yang nggak enak sama ibu kamu karena nggak bisa jenguk beliau," balasnya sembari mengambil sepotong apel yang disisakan Kevin.

"Oh iya, karena sementara ini aku berhenti bekerja, pakai uang tabungan aku untuk kebutuhan rumah tangga masih cukup kan, Syif? Aku takut nggak akan cukup karena aku juga belum tahu kapan bisa sembuh," ucap lelaki itu mengungkapkan kegelisahannya. Masalah itu sudah ingin ia bicarakan dengan Syifa tempo hari, tapi ia masih menunggu waktu yang tepat.

"Tabungan kamu kan masih cukup banyak, aku yakin masih cukup untuk kebutuhan kita," cetus wanita itu. "Lagipun, kayanya aku ada ide untuk nerusin toko kue aku."

Syifa sadar bahwa sekarang ia yang harus membantu tugas Putra. Dulu sebelum menikah, Syifa pernah merintis usaha berupa toko kue yang akhirnya tutup karena ia ingin fokus mengurus anak-anaknya.

"Tapi nanti kamu bakal kecapean kalau kerja juga. Jangan forsir tubuh kamu terlalu berat," nasihat lelaki itu. Merasa khawatir jika istrinya akan kelelahan mengurus bisnis, anak-anak dan dirinya sekaligus.

"Aku nggak sendiri dong, nanti aku cari orang yang bantu handle toko," sahutnya memberi solusi. Berbekal pengalaman berbisnis sejak dulu, Syifa yakin tokonya akan kembali melejit dengan cepat. Dan akan membantu perekonomian keluarganya selagi Putra menjalani terapi.

Putra memberi senyuman kecil, mengusap kepala istrinya dengan penuh bangga. "Istri aku memang pintar," pujinya dengan penuh ketulusan.

Sudut bibir Syifa tertarik, menatap Putra dengan penuh arti. "Cepat sembuh ya, Mas. Aku dan anak-anak akan selalu berada di sisi kamu."

🌙🪐✨️

Rekan-rekan kerja Putra datang ke rumah untuk menjenguk Putra sore ini. Tuntutan pekerjaan yang merenggut waktu mereka, membuatnya tak bisa mengunjungi Putra sejak kemarin.

Tak banyak yang datang, hanya perwakilan beberapa divisi dan juga sekretaris Putra, termasuk wanita yang Syifa tak menyukainya. Lily, nama wanita itu, ia bekerja di salah satu divisi yang dinaungi langsung oleh Putra, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama untuk membahas pekerjaan.

Walau menyambut para tamunya dengan ramah, Syifa tak berhenti memusatkan perhatiannya pada wanita dengan balutan blazer berwarna biru itu. Anna dan Kevin belum kembali dari rumah tetangga, dan membuat Syifa tak begitu kewalahan untuk membuatkan beberapa jamuan.

"Bu Syifa, nggak usah repot-repot. Kami hanya mampir sebentar untuk menjenguk Pak Putra," ucap salah satu rekan Putra tak enak hati.

Syifa membawa sebuah nampan berisi air minum untuk para tamunya, dan segera bergabung dengan mereka di ruang tamu. "Nggak papa, saya nggak repot kok. Silahkan dinikmati ya," ucapnya mempersilahkan.

Putra sedikit merasa lega, walau sementara ini ia tidak bekerja, namun rekan-rekannya tetap menjenguknya bersama-sama. Ia sangat bersyukur, setidaknya ia dikelilingi oleh tetangga dan rekan kerja yang sangat baik.

"Semoga lekas sembuh ya, Pak Putra. Kami menunggu Pak Putra kembali di kantor, dan bekerja sama lagi," celetuk Jefran, sekretaris Putra selama ia bekerja. Sudah cukup lama mereka menjadi rekan kerja, dan Jefran sangat menginginkan Putra agar kembali sehat.

"Terima kasih Pak Jef, saya pasti akan berusaha keras untuk sembuh," balas Putra dengan yakin.

Obrolan sore kala itu berlangsung cukup lama. Tawa kecil menguar diantara puing kesedihan Putra. Kehadiran rekan-rekannya kembali setidaknya membuat Putra semakin bersemangat. Ia sangat optimis untuk bisa sembuh, dan beraktivitas seperti semula.

Ada banyak orang baik, dan orang-orang di sekeliling Putra adalah satu diantaranya. Putra harap, kehangatan ini akan terus berlanjut, walau ia tak lagi berada di kantor itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!