Apa jadinya jika kita diberikan kesempatan mengulang waktu?
Seorang gadis dan pria muda terjebak dalam pernikahan yang memusingkan. Mereka bersepakat untuk melakukan Friend with Benefit. Tanpa memasukkan perasaan dalam hubungan mereka.
Pernikahan hanya akan dilaksanakan 1 Tahun setelah itu mereka akan bercerai, kemudian melanjutkan hubungan dengan kekasih mereka masing-masing. Namun baru beberapa bulan, mereka benar-benar tidak bisa merasa cocok.
Beberapa saat tepat sebelum memasukkan berkas perceraian mereka, sebuah kecelakaan mengubah segalanya. Mereka terlempar tepat 1,5 tahun sebelum mereka menikah.
Apakah mereka kembali ke kekasih mereka ataukah ingin melanjutkan pernikahan kacau mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sophie Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shylla meminta Oleh-oleh
Bryan memperhatikan istrinya itu. Serasa ada yang bergejolak di dalamnya. Selalu seperti ini. Dia berhasrat dengan istrinya. Tiba-tiba dia memegang pinggul Eva dengan erat dan memajukan bibirnya.
"Ngga usah dekat-dekat. Aku jijik dengan dirimu yang menciumi perempuan sial*n itu!" tepis Eva.
"Aku hanya menciumi kulit pipinya saja Va!"
"Mandi sana! Jangan harap malam ini bisa tidur satu ranjang denganku!"
"Aaarrghhh... Jangan kasi hukuman itu. Itu terlalu kejam." Bryan memang sudah kebiasaan untuk memeluk Eva bagai guling.
Eva membanting pintu kamarnya. Dia sangat kesal. Namun dilihatnya tas-tas ber branded terkemuka itu membuatnya tersenyum.
"Ouuu lihat seperti apa pilihan si model itu." ujarnya kemudian meraup tas-tas pembungkus barang itu dan membawanya ke atas ranjang.
Satu demi satu tas-tas itu dibuka.
"Et dah.. ngga salah? Ini tas kan yang harganya ratusan juta itu. Kayak milik artis-artis di TV. Wow.. ada 3..." Eva sering ditawari oleh artis yang terkenal dermawan untuk mengambil salah satu tasnya namun Eva tidak mau. Bukan gayanya menenteng tas mahal seperti ini. Eva memang cukup dikenal di kalangan artis karena talentanya yang luar biasa.
Eva tertegun kembali ketika melihat tas yang kedua dan ketiga. Ketiganya berbeda namun semuanya cantik. Ngga salah ni harganya segini? Wah, jika ditotal sudah bisa beli tanah di kampung..
Eva memang sebenarnya anak pengusaha kaya. Namun hidupnya sederhana dan tidak neko neko. Dia jarang membeli berdasarkan merek. Tapi dia membeli berdasarkan kegunaannya saja. Selain itu juga karena kakaknya dan mbak Shylla yang selalu menyita seluruh perhatian keluarganya. Mbak Shylla selalu iri dengan apa yang dibeli adik iparnya itu dan berusaha mendapatkannya.
"Dan ini ada..lingerie? Kok lingerie?" Sepertinya belum dipakai karena masih tersegel dan terbungkus dengan baik. Eva tertawa tawa geli. "Hahahaha rupanya Bryan seleranya bertali-tali kecil kaya gini!" Oh rupanya Bella sudah mempersiapkan unboxingnya sendiri.
Drrrt.. drrrt.. drrrt..
Dengan malas Eva mengangkat teleponnya. "Siapa?" tanyanya galak.
"Va, aku Shylla.. bisa kita bertemu? Aku dengar kau pulang dari bulan madu di luar negeri. Bisa lah ya.. kakakmu ini minta oleh-oleh.."
Diliriknya salah satu tas hasil sitaannya.
"Ketemu di cafe depan kantor Eva ya mbak. Paling deket disitu soalnya. sudah malam ini..! Kalau besok, Eva ada keperluan ke suatu tempat.. "
"Aku disana 1 jam lagi ya.. Makasih banget, masih ingat sama Kakakmu ini.."ujar Shylla yang mengalun merdu dan manja.
Eva kemudian mandi dan bersiap-siap keluar.
"Mau kemana?" Bryan sudah mandi di kamar mandi kamar satunya. Badannya yang kotak-kotak itu tidak tertutupi apapun kecuali handuk yang menutupi asetnya. Seluruh bajunya ada di kamar tempat Eva tidur.
"Keluar. Memangnya kenapa?"
"Aku anterin."
"Ngga usah."
"Mencurigakan! Katamu ngga boleh memasukkan orang lain selama kita masih menikah. Sedangkan kamu pergi tanpa seizin suami itu juga berdosa! Pokoknya aku anterin!"
"Ya sudah kalau kamu berkeras. Aku mau bertemu mbak Shylla. Dia mau minta oleh-oleh."
"Perasaan, kakak iparmu itu sukanya minta-minta ya.. Memangnya suaminya tidak pernah ngasi duit?"
Eva langsung mengemas kembali tas Hermes yang sudah dibukanya itu.
"Itu miliknya Bella... ahh... Dia sampai nunggu lama lho.. "
"Ini milikku! Aku bebas memberikannya pada siapapun yang aku mau." tegas Eva. Entah mengapa hatinya perih mendengar nama Bella disebut oleh suaminya itu.
Bryan dan Eva berjalan kaki ke kafe yang dimaksud. Dalam perjalanan Bryan menggenggam erat tangan Eva.
"Va, mikir ngga kamu? Besok beberapa bulan ke depan lagi kita ngga bisa saling berpegangan? Aku menggandeng Bella dan Kamu mungkin jika masih tolol, menggandeng Rangga!" tanpa sadar Bryan menciumi tangan Eva.
"Kenapa sih kamu selalu memandang rendah Rangga?"
"Kamu juga memandang rendah Bella. Tadi kau memukul pas di matanya!"
"Berkas perceraian kapan kita masukkan?"
"Sebulan lagi, gimana?"
"Deal!"
Mbak Shylla nampak melambai-lambai di mejanya.
"Ah, Bryan mengantar istri Tercintanya ya... Nampaknya kau semakin makmur, Va..."
"Nih mbak. Oleh-olehnya." Eva menyorongkan bungkusan tas itu ke Shylla. Dan tanpa malu Shylla mengerjab-ngerjabkan matanya kemudian meneliti keaslian tas itu.
"Ini asli? Hermes terbaru kan harus inden.. Makasih adik tersayang. Aku kemarin baru aja mau arisan membelinya. Kalau kau mau, tu tas-tas lamaku boleh kamu ambil. Aku ngga bisa pake tas model lama... "
"Istri saya sudah saya cukupi dengan baik. Saya selalu memberi nafkah lahir dan batin, mbak.. Permisi!"
Bryan menarik tangan Eva untuk keluar dari kafe. Sementara Shylla sudah tidak peduli lagi. Dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Hadiah mahal. Diliriknya cincin bermata merah cantik yang melingkar di jari Eva. Sifat serakahnya muncul dan dia mencari cara supaya cincin itu juga bisa didapatkannya.
