Evelyn Arasely adalah seorang gadis manis yang periang.putri tunggal Bapak Walikota Sofyan Martadinata. kehidupannya yang serba berkecukupan menjadikannya seorang putri di istana sang Ayah. suatu ketika di kampus yang bergengsi tempat dia mengenyam pendidikan, kedatangan seorang Mahasiswa yang tadinya nonaktif namun kembali melanjutkan kuliahnya satu jurusan dengan Evelyn Arasely di Fakultas Hukum dan Tata Negara. Evelyn Arasely sangat tertarik dengan Seniornya itu. Sagara Abhiseva nama sang Senior pria yang sangat pendiam,dingin dan terkesan angkuh,dengan pesona wajah tampannya,kulitnya yang putih dan postur tubuh yang tinggi menjulang, membuat Sagara Abhiseva sangat menarik perhatian kaum hawa di kampus itu,termasuk Evelyn Arasely. hingga suatu saat Evelyn Arasely berhasil merebut perhatian dan hati Sagara Abhiseva. mereka pun menjadi sepasang kekasih yang nampak bahagia hingga terjadi sesuatu kepada keluarga Evelyn Arasely yang membuat mereka terpaksa harus terpisah jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
"Hei Nona,kau sendiri paham bukan? memotret milik pribadi seseorang bisa dianggap melanggar hukum?" sebuah suara bariton membuat Evelyn Arasely terkejut dan menoleh kearah suara tersebut
Suara bariton yang sebenarnya sangat dirindukan oleh Evelyn Arasely,suara bariton yang telah hilang selama tujuh tahun ini dari pendengarannya.
Tapi entah mengapa suara itu terdengar dingin, datar dan sedikit menakutkan,seperti ada amarah yang membara didalamnya.
Evelyn Arasely terpaku ditempat dia berdiri,tubuhnya kaku,lidahnya keluh,tenggorokannya terasa tercekat,matanya berkaca-kaca,kepalanya tiba-tiba terasa nyut-nyut.
"Kak Saga... kau..." Evelyn Arasely menelan salivanya lalu berusaha menarik nafas panjang, dadanya terasa bergemuruh hingga sesak.
Sagara Abhiseva hanya berdiri menatap tajam kearah Evelyn Arasely.
"Serahkan milikku yang kau ambil itu" ucap Sagara Abhiseva to the poin
"Ap... apa... milikmu,aku... aku tidak pernah mengambil milikmu,ap... apa maksudmu Kak Saga...?" ucap Evelyn Arasely dengan suara tergetar
"Mengapa kau tahu jika itu dompetku?" tanya Sagara Abhiseva lagi semakin mengunci Evelyn Arasely dengan tatapan tajamnya
Evelyn Arasely pun merasakan amarah yang sangat dalam pada tatapan Sagara Abhiseva itu, dia tak tahan lagi dan tertunduk,akhirnya loloslah bulir bening dari celah matanya itu.
Sagara Abhiseva berjalan menuju mejanya seraya memberi kode kepada Rafael Nelson untuk keluar.
Rafael Nelson pun meletakkan kertas kosong dan sebuah polpen dimeja lalu keluar dari ruangan itu.
"Apa yang terjadi Bang?" tanya Vann William
"Aku pun bingung,apa yang terjadi antara Pak Sagara dan Nona Evelyn ini? sepertinya ini bukan kali pertama mereka bertemu" ucap Rafael Nelson kebingungan
"Serahkan foto itu" ucap Sagara Abhiseva lagi tubuhnya memutar melihat kearah luar jendela
"Itu... itu... fotoku,jadi itu milikku" ucap Evelyn Arasely pelan
"Ha... kau yakin ingin berebut hak milik dengan seorang pengacara terkenal Nona Evelyn Arasely Martadinata" ucap Sagara Abhiseva menyebut nama lengkap Evelyn Arasely
Jantung Evelyn Arasely terasa hampir lompat mendengar Sagara Abhiseva menyebut nama lengkapnya itu
Sagara Abhiseva menarik nafas kasar.
"Duduklah" ucap Sagara Abhiseva
Evelyn Arasely pun menurut dan kembali duduk di sofa tadi.
"Segera tanda tangan diatas kertas kosong itu lalu serahkan foto milikku" ucap Sagara Abhiseva lagi
"Ta... tapi ini... ini kertas kosong,apa yang harus aku tanda tangani jika tidak ada yang tertulis diatas kertas ini" ucap Evelyn Arasely bingung menatap kertas kosong itu
"Itu artinya,kau Evelyn Arasely akan bekerja di Firma Hukum ini sesuai dengan apa yang aku perintahkan,sesuai apa yang aku mau,kau cukup diam dan laksanakan saja" ucap Sagara Abhiseva lagi
"Tidak... tidak bisa seperti itu,aku... berhenti saja dan aku akan mundur dari Firma Hukum ini" ucap Evelyn Arasely hendak bangkit dari duduknya
"Dan kau tidak akan diterima dimana saja di Kota ini bahkan negara ini sekalipun,cukup dengan panggilan satu kali saja,sudah bisa membuat hidupmu kacau Nona Evelyn Arasely,akan kemana lagi kau pergi? apa kau akan kabur lagi seperti dulu? bukankah itu yang bisa dilakukan oleh seorang pengecut?" ucap Sagara Abhiseva dengan nada tajam
"Ap... apa maksudmu,aku tidak kabur ya,dan aku bukan pengecut,kau pikir aku takut,oke... aku akan tanda tangan kertas kosong ini,dan lakukan apapun yang kau mau" ucap Evelyn Arasely seraya meraih polpen bertinta hitam itu lalu menandatangani kertas kosong itu
"Puas kau" ucap Evelyn Arasely lalu meremas kertas itu dan melemparnya ke depan Sagara Abhiseva
Sagara Abhiseva hanya diam melihat tingkah Evelyn Arasely.
"Dan ini,ini foto milikmu,ambil saja,tidak penting pun,aku memiliki ribuan koleksi fotoku sendiri" ucap Evelyn Arasely seraya melempar fotonya sendiri keatas meja.
Evelyn Arasely pun keluar dari ruangan itu. Vann William dan Rafael Nelson nampak terkejut karena Evelyn Arasely membanting dengan kuat pintu itu ketika keluar.
"Nona Evelyn Arasely,apa yang terjadi? hei..." seru Rafael Nelson seraya mengikuti langkah cepat Evelyn Arasely menuju lift
"Pak... siapa pun namamu,silahkan hubungi nomorku jika Monster itu ingin memberiku tugas, aku akan pulang dulu,tenagaku hampir habis hari ini,aku tidak bisa langsung bekerja,maafkan aku" ucap Evelyn Arasely seraya melangkah masuk kedalam lift
"Namaku Rafael Nelson,baiklah Nona Evelyn, hati-hati dijalan" seru Rafael Nelson lagi sesaat sebelum pintu lift tertutup
Rafael Nelson pun hanya menggeleng pelan dan kembali masuk kedalam ruangan Sagara Abhiseva
"Pak Sagara baik-baik saja?" tanya Rafael Nelson
Sagara Abhiseva nampak duduk memutar melihat kearah jendela.
"Hhhmmm... i'm oke,mulai sekarang bekerja lah dengan baik karena pemilik asli Firma Hukum ini sudah datang" ucap Sagara Abhiseva
"Ha... pemilik asli Firma Hukum ini? siapa maksud Pak Sagara?" tanya Rafael Nelson semakin bingung
Sagara Abhiseva pun bangkit menuju meja sofa dan meraih foto Evelyn Arasely itu.
"Dia" ucap Sagara Abhiseva seraya menunjukkan foto Evelyn Arasely kepada Rafael Nelson lalu melangkah keluar ruangan
"Oh ya,ambil kertas itu dan letakkan diatas mejaku" ucap Sagara Abhiseva seraya menunjuk kertas yang diremas oleh Evelyn Arasely tadi
Rafael Nelson pun semakin bingung.
Evelyn Arasely melangkah keluar lift dengan wajah murung.
"Hei Nona Evelyn mengapa kau murung? bukankah seharusnya kau bahagia?" sapa Paul Wilson
"Aku... mengapa aku menandatangani kertas kosong itu,ya Tuhan apa yang akan terjadi kepada ku kelak" gumam Evelyn Arasely tanpa menyadari keberadaan Paul Wilson dihadapannya itu
"Hei Nona Evelyn,apa yang kau katakan,apa kau mendengar ku?" ucap Paul Wilson lagi seraya menarik tas Evelyn Arasely
Evelyn Arasely pun tersadar.
"Ha... he... Paul,aku... itu... tidak aku tidak apa-apa hhhmmm... bisakah kita minum kopi atau sesuatu yang cukup keras sekarang? apa kau sudah istirahat?" tanya Evelyn Arasely tiba-tiba
"Iya,aku juga berniat pergi mencari makan siang, ikutlah denganku,bagaimana?" tanya Paul Wilson
"Oke" ucap Evelyn Arasely
Mereka pun beranjak kearah cafe diseberang gedung Firma Hukum itu,tanpa mereka sadari sepasang mata menatap mereka tajam.
"Aku tidak suka senyum itu" gumam Sagara Abhiseva
Rafael Nelson pun muncul dari arah lift.
"Maaf membuat Pak Sagara menunggu,mari kita berangkat ke kantor Walikota sekarang" ucap Rafael Nelson seraya melangkah keluar
Kediaman Arthur Hasibuan
Arthur Hasibuan nampak menikmati makan siangnya dengan sang istri Rosalie Casandra. saat asisten mereka datang dan langsung melaporkan sesuatu
Melihat ekspresi Arthur Hasibuan yang nampak kaget,sepertinya itu kabar yang tidak cukup baik.
"Untuk apa Sagara ke kantor Walikota?" gumam Arthur Hasibuan
"Ada apa sayang?" tanya sang istri
"Hhhmmm... tidak,tidak terjadi apa-apa,oh ya bagaimana perkembangan hubungan Sagara dan Cyra? katakan kepada Cyra untuk mengurangi jadwal pemotretannya,fokuslah dengan hubungannya bersama Sagara itu" ucap Arthur Hasibuan
"Tenang sayang,mereka masih muda,masih bergelora,biarkan saja mereka sendiri yang mengatur kehidupan mereka,oke? kita manut saja lah" ucap sang istri
"Tidak sesederhana itu masalahnya" gumam Arthur Hasibuan.