NovelToon NovelToon
Di Balik Layar HP

Di Balik Layar HP

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Iqbal Maulana

Dimas Ardiansyah, seorang pria dari desa yang merantau ke Kota Malang untuk bekerja. Ia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut. Namun, ia harus menyadari bahwa bekerja di perusahaan ternama memiliki tekanan yang jauh berbeda.
Ketika ia merenungi semua masalah dan melampiaskannya ke hp hingga senja tiba. Dimas yang akhirnya pulang ke kos tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat menawan hingga beban pada pekerjaannya hilang sejenak setelah melihat gadis tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh Dimas setelah ia bertemu dengan gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berbaikan

Setelah kesalahpahaman yang hampir merusak hubungan mereka, Dimas dan Maya akhirnya mulai menemukan kembali ritme mereka. Pagi itu, Maya berdiri di dapur kecilnya, sibuk menyiapkan bekal untuk Dimas. Dia tahu Dimas senang dengan masakan rumah, dan ini adalah cara kecilnya untuk menunjukkan bahwa dia peduli. Maya memeriksa jam di dinding. "Ah, masih ada waktu," gumamnya sambil mengecek nasi goreng yang sedang dimasaknya. "Ini pasti bakal bikin Dimas senang."

Setelah selesai, Maya menata nasi goreng itu dengan rapi ke dalam kotak makan siang, menambahkan sedikit irisan timun dan tomat sebagai hiasan. Ia tersenyum puas melihat hasilnya. Dengan cepat, Maya meraih tas dan kotak makan itu, kemudian bergegas menuju kampus. Hari ini dia berencana untuk mampir ke kantor Dimas sebelum kuliah dimulai. Di kantor, Dimas sedang sibuk mengerjakan laporan ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Maya. Maya: "Sayang, aku lagi di depan kantor kamu. Boleh mampir bentar?" Dimas tersenyum membaca pesan itu. Dia segera menjawab. Dimas: "Tentu, Sayang. Masuk aja."

Beberapa menit kemudian, Maya muncul di pintu kantornya, membawa kotak makan dengan senyum manis di wajahnya. Dimas bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Maya. "Hey, sayang. Kamu bawa apa itu?" tanya Dimas sambil menatap kotak makan di tangan Maya. Maya mengangkat kotak itu dengan bangga. "Nasi goreng spesial buat kamu. Biar kamu nggak kelaperan pas kerja." Dimas tersenyum lebar dan mencubit pipi Maya. "Wah, terima kasih, Sayang. Kamu tau aja aku lagi butuh energi tambahan." Mereka duduk di meja tunggu yang ada di depan, membuka kotak makan itu bersama. Aroma nasi goreng segera memenuhi ruangan, membuat perut Dimas berbunyi pelan.

"Hmm, wangi banget. Aku jadi nggak sabar mau makan," kata Dimas sambil mengambil sendok. Maya tersenyum puas melihat reaksi Dimas. "Cobain deh, semoga kamu suka." Dimas mengambil suapan pertama dan mengangguk puas. "Enak banget, Sayang! Kamu jago masak, deh." Maya tersipu. "Makasih. Aku senang kalo kamu suka." Mereka menikmati makan siang bersama sambil mengobrol tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaan hingga rencana akhir pekan.

Obrolan mereka ringan dan penuh canda, membuat suasana jadi hangat dan nyaman. "Ngomong-ngomong, besok kamu ada rencana apa?" tanya Dimas sambil menghabiskan suapan terakhirnya. Maya berpikir sejenak. "Hmm, belum ada sih. Kenapa?" "Aku pikir kita bisa pergi ke tempat yang kamu suka. Gimana kalau kita jalan-jalan ke Paralayang lagi? Udah lama kita nggak ke sana," usul Dimas.

Mata Maya berbinar. "Wah, itu ide bagus! Aku suka banget pemandangan dari sana." "Setuju, deh. Besok kita berangkat pagi-pagi biar nggak kena macet," kata Dimas dengan semangat. Setelah makan siang, Maya pamit untuk kembali ke kampus. Sebelum pergi, dia memberikan pelukan erat pada Dimas. "Semangat kerja, ya, Sayang. Aku tunggu kabar besok pagi." Dimas membalas pelukan Maya dengan penuh kasih. "Pasti, Sayang. Kamu juga semangat kuliahnya." Maya berangkat dengan hati yang lebih ringan. Dimas juga merasa lebih baik setelah momen sederhana tapi bermakna itu. Mereka berdua tahu bahwa usaha kecil seperti ini bisa membuat hubungan mereka semakin kuat.

Keesokan harinya, seperti yang direncanakan, Dimas dan Maya berangkat pagi-pagi ke Paralayang. Mereka ingin menikmati udara segar dan pemandangan indah kota Malang dari ketinggian. Sesampainya di sana, mereka langsung mencari spot terbaik untuk duduk dan menikmati panorama alam yang memukau. "Sayang, tempat ini nggak pernah bikin aku bosan," kata Maya sambil memandang jauh ke arah cakrawala. Dimas mengangguk setuju. "Iya, tenang banget di sini. Aku senang bisa ke sini bareng kamu."

Mereka menghabiskan waktu dengan berbincang, tertawa, dan mengabadikan momen-momen indah dengan foto-foto. Dimas merasa semakin dekat dengan Maya setiap detik yang mereka habiskan bersama. Saat matahari mulai terbenam, Maya bersandar di bahu Dimas. "Aku bahagia, Sayang. Terima kasih udah selalu ada buat aku." Dimas memeluk Maya erat. "Aku juga bahagia, Sayang. Kamu adalah segalanya buat aku." Maya tersenyum dan menatap mata Dimas. "Aku percaya sama kamu. Aku tahu kita bisa lewatin semua ini bersama."

Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati momen kebersamaan itu. Dimas merasa bersyukur bisa memperbaiki hubungan mereka dan mendapatkan kembali kepercayaan Maya. Dia bertekad untuk terus berusaha menjaga hubungan mereka tetap kuat dan bahagia. Waktu terus berlalu, dan hubungan Dimas dan Maya semakin erat. Mereka saling mendukung satu sama lain, baik dalam suka maupun duka. Maya sering kali mengantarkan makanan ke kantor Dimas, sementara Dimas selalu ada untuk Maya di setiap momen penting dalam hidupnya.

Di suatu hari yang cerah, Maya datang lagi ke kantor Dimas dengan membawa kotak makan siang. Kali ini, dia membawa sup ayam dan tumis sayuran kesukaan Dimas. "Surprise!" seru Maya begitu masuk ke ruangan Dimas. Dimas langsung tersenyum melihat kedatangan Maya. "Wah, ada apaan nih? Bawa makanan lagi?" Maya mengangguk sambil tertawa. "Iya dong, biar kamu nggak bosen makan nasi goreng mulu."

Mereka kembali duduk bersama, menikmati makan siang sambil ngobrol santai. Dimas merasa sangat beruntung memiliki Maya di sisinya. Kehadiran Maya memberi semangat dan kebahagiaan dalam hidupnya. "Mas, aku ada cerita seru nih," kata Maya tiba-tiba. "Apa tuh?" tanya Dimas penasaran. "Jadi tadi di kampus, aku ketemu sama teman lama yang udah lama banget nggak ketemu. Kami ngobrol banyak tentang masa lalu. Lucu banget rasanya, kayak nostalgia gitu," cerita Maya dengan semangat. Dimas tersenyum mendengar cerita Maya. "Seru juga ya, ketemu teman lama. Pasti banyak cerita-cerita seru yang diinget." "Iya, bener banget. Aku jadi ingat waktu kita pertama kali ketemu," kata Maya dengan mata berbinar. Dimas tertawa kecil. "Iya, waktu itu kamu bikin aku jatuh cinta pada pandangan pertama." Maya tersipu malu. "Ah, kamu bisa aja. Tapi aku seneng banget kita bisa bareng sampai sekarang."

Dimas meraih tangan Maya dan menggenggamnya erat. "Aku juga, Sayang. Aku bersyukur setiap hari bisa bareng kamu." Maya merasa hatinya hangat mendengar kata-kata Dimas. Mereka berdua saling menatap dengan penuh cinta, menyadari betapa berharga hubungan mereka. Hari-hari berikutnya, Dimas dan Maya terus berusaha menjaga hubungan mereka tetap harmonis. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik itu hanya sekadar menonton film di rumah atau berjalan-jalan di taman. Mereka tahu bahwa kebahagiaan dalam hubungan mereka tercipta dari momen-momen sederhana yang dijalani dengan cinta dan keikhlasan. Suatu malam, setelah makan malam bersama, Dimas mengajak Maya duduk di balkon kosnya. Mereka menikmati angin malam yang sejuk sambil berbincang.

"Maya, aku mau ngomong sesuatu," kata Dimas tiba-tiba. Maya menoleh dan menatap Dimas dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Dimas menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Aku tahu beberapa waktu terakhir ini nggak mudah buat kita. Tapi aku mau kamu tahu bahwa aku selalu mencintaimu dan aku akan selalu ada buat kamu." Maya merasa matanya mulai berkaca-kaca mendengar kata-kata Dimas. "Aku tahu, Mas. Aku juga selalu mencintaimu." Dimas tersenyum dan meraih tangan Maya. "Aku janji akan terus berusaha menjadi yang terbaik buat kamu. Terima kasih sudah selalu percaya padaku."

1
jeju94
hai thor aku udah mampir nih semangat ya buat karya selanjutnya
Iqbal Maulana: oke makasi masih proses yg hembusan angin
total 1 replies
Durahman Kedu
sudah selesai apa masih terus nih.. ceritanya bagus...
Iqbal Maulana: sudah bikin karya kedua judulnya "Hembusan Angin" dengan cover cewek yg diselimuti dedaunan /Grin/
Durahman Kedu: oke.. bikin lagi gan... sukses selalu pokoknya
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!