Kisah petualangan dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak umur 6 tahun di sebuah panti asuhan HOPE yang berada di West New York- Amerika.
Dengan mengandalkan otak dan kemampuan mereka, mereka berdua membuka sebuah "Agency DC2" di New Jersey-Amerika. Dibawah naungan NJSP (New Jersey State Police)- Komisaris Cyderyn Baycora.
************
Bagaimanakah kisah-kisah mereka dalam menyelesaikan kasus-kasus rumit dan penuh misteri?
Yang penasaran, ikuti kisah mereka di novel ini 😊🍻
Note : Bila kalian tidak berkenan, tinggalkan saja... Jangan memberikan rating buruk yach... Komen saja apa yang kurang, Insya Allah akan author perbaiki...😊
Jangan lupa VOTE, COMMENT, LIKE, DAN SUBSCRIBE... plus GIFT-nya yach untuk mensupport Author. Terima kasih 🙏❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENEMUAN TIM DC2
Pencarian kami tidak memakan waktu lama. Jejak ban tersebut mulai berbelok tajam di atas jalur yang basah dan bersinar. Tiba-tiba Cecilia melihat ke depan... Ada sebuah kilauan besi keluar dari semak-semak gorse yang ditangkap oleh mata kami. Dari semak-semak tersebut, kami menarik sebuah sepeda yang menggunakan Ban Palm*r. Pedal yang satunya bengkok, dan seluruh bagian depannya basah berlumuran dar*h... Di bagian yang lainnya dari semak-semak itu, kami melihat sebuah sepatu. Kami serentak berlari dan memutarinya... Di sanalah terlihat seorang pengendara terkulai kaku tidak bernyawa.
Dia adalah seorang laki-laki muda tinggi, berambut pirang, dan salah satu kaca dari kacamatanya lepas. Penyebab kemat*annya adalah pukulan keras dibagian kepala yang meremukkan sebagian dari tengkorak kepalanya. Dia memakai sepatu tanpa kaos kaki, dan mantelnya terbuka memperlihatkan piyama yang dipakainya. Tidak diragukan lagi, dialah Ewald Loye si guru bahasa Jerman.
Danaya membalikkan jasad itu dengan sangat hati-hati dan mengamatinya dengan seksama. Danaya kemudian duduk dan larut dalam pikirannya untuk beberapa saat. Cecilia dapat melihat alis Danaya yang berkerut, menandakan bahwa penemuan jasad ini tidak memberikan kemajuan apapun untuk menjawab pertanyaannya.
"Sangat sulit untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Cia... Keinginan gue adalah mengungkap semua ini dengan cepat, karena kita udah kehilangan banyak waktu dan kita tidak bisa membuang waktu kembali. Di sisi lain, kita wajib melaporkan penemuan kita ini ke kepolisian agar jasad pria malang ini bisa di autopsi," ujar Danaya akhirnya setelah merenung beberapa saat.
"Gue bisa ke Seminari untuk melaporkannya, Dany..." ujar Cecilia antusias.
"Tapi gue butuh bantuan loe di sini, Cia... Bentar.... bentar! Tuh, disana ada orang yang lagi memotong gambut... Panggil dia kemari dan dia akan mengarahkan polisi pada jasad ini..." ujar Danaya sumringah.
Cecilia berbicara sebentar dengan petani tersebut, lalu membawanya mendekat ke Danaya. Danaya akhirnya menitipkan sebuah surat kepada lelaki penakut itu, untuk dia berikan kepada Mr. Barayev. Setelah lelaki penakut itu pergi dari hadapan kami, Danaya membuka kembali suaranya.
"Kita sudah menemukan dua buah petunjuk pagi ini, Cia... Sebuah sepeda dengan Ban Palm*r yang membawa kita kesini dan satunya lagi adalah jejak sepeda dengan Ban Dunl*p yang ada tambalannya. Sebelum kita memulai investigasi selanjutnya, mari.kita tela'ah lagi hasil yang kita temukan sebelumnya... Supaya kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin, dan bisa memisahkan antara kejadian penting dengan hal lain yang hanya sebuah kebetulan belaka," ujar Danaya kepada Cecilia.
"Baiklah, Dany... Gue siap!" ujar Cecilia mengikuti kemauan Danaya.
"Oke... Pertama-tama, gue ingin memberikan kesan sama loe bahwa Almero pergi atas kemauannya sendiri. Dia turun dari jendela dan pergi sendiri, atau dengan orang lain... Itu adalah suatu hal yang sudah pasti," ujar Danaya membuka diskusi dengan Cecilia.
"Gue setuju opini loe..." ujar Cecilia.
"Nah, sekarang tentang guru bahasa Jerman yang malang itu. Almero sudah berpakaian rapi dan.lengkap saat kabur. Kepergiannya diketahui oleh si guru bahasa Jerman ini... Lalu si guru ini langsung mengejarnya tanpa mengenakan kaos kaki. Itu artinya dia pergi mendadak dan tergesa-gesa," ujar Danaya dengan opininya kembali.
"Gue setuju... Sangat setuju," ujar Cecilia.
"Kenapa si guru bahasa Jerman ini ikutan pergi? Karena dia ingin menyusul dan membawa Almero kembali. Dia mengambil sepedanya, mengikuti Almero, dan dia menemui ajalnya..." ujar Danaya.
"Ya... Kelihatannya begitu..." timpal Cecilia.
"Nah, sekarang adalah bagian yang paling penting dari opini-opini yang gue lontarkan diatas. Hal yang paling alami untuk mengejar seorang bocah 10 tahun adalah dengan berlari mengejarnya... Akan tetapi, si guru bahasa Jerman ini tidak melakukan hal itu... Dia malah menggunakan sepedanya. Gue dapat informasi bahwa dia adalah seorang yang handal mengendarai sepeda. Dia tidak akan melakukan hal ini, jika dia tidak melihat Almero itu kabur dengan cepat," ujar Danaya sambil mondar-mandir.
"Ini berarti tentang sepeda yang satunya..." jawab Cecilia.
"Sekarang kita akan merekonstruksi opini-opini tersebut menjadi satu paragraf. Si guru bahasa Jerman menemui ajalnya sejauh lima mil dari Seminari... Dia tewas bukan karena sebuah peluru, tapi karena sebuah pukulan dari tangan yang kuat. Almero mempunyai seorang rekan saat dia kabur. Dan pelarian ini lebih cepat lima mil, sebelum seorang pengendara sepeda handal dapat menyusul mereka. Akan tetapi, kita sudah mensurvei tanah di tempat kejadian... Dan apa yang kita temukan? Hanya beberapa jejak sapi, tidak ada yang lainnya. Gue udah jalan dan memeriksa sekelilingnya, tidak ada jalur lain dalam radius 50 meter kedepan. Seorang pengendara sepeda tidak ada hubungannya dengan pembun*han yang sebenarnya... Walaupun ada jejak manusia," ujar Danaya mengakhiri kalimatnya.
"Oh my Gosh, Dany! Ini sangat mustahal... Eeeh, mustahil!" pekik Cecilia terkejut.
"Sebuah pilihan kata yang sangat tepat, Cia! Memang semua ini terlihat mustahil... Gue pasti mengatakannya dengan cara yang salah... Akan tetapi, loe udah melihatnya sendiri, bukan? Apakah loe bisa kasih tau gue, dimana letak kesalahannya?" ujar Danaya membuat Cecilia berfikir dengan keras.
"eeemm... Anu... Mungkin saja dia meremukkan tengkorak kepalanya saat dia terjatuh?" jawab Cecilia ragu-ragu.
"Ck! Mana mungkin kepalanya bisa remuk saat dia jatuh di dalam rawa, Cia? isssh!" ujar Danaya gemas.
"Arrrghhh! Entahlah! Gue udah gak bisa mikir objektif saat ini..." kesal Cecilia sambil mengacak-acak rambutnya.
"Tulalit...Tulalit! Hahahahaha! Kita sudah memecahkan sebuah masalah yang lebih berat saat ini. Kita sudah mempunyai banyak petunjuk yang bisa kita gunakan sekarang. Yuk, bisa yuk ! Setelah selesai dengan masalah si Ban Palm*r, sekarang waktunya kita mencari apa yang dapat kita temukan dari si Ban Dunl*p dengan tambalan itu," ujar Danaya bersemangat sambil tertawa meledek Cecilia.
...****************...
Akhirnya kami menangkap jejak ban tersebut, dan mengikutinya sampai pada jarak tertentu. Tapi tegalan itu pun naik ke sebuah bukit kecil yang panjang dan membelok, sehingga kami meninggalkan anak sungai di belakang kami.
Tidak ada lagi bantuan dari jejak ban tersebut. Di titik tempat kami melihat jejak Ban Dunl*p itu, arahnya sama-sama menuju ke Mansion Ackerman dan menara yang naik beberapa mil ke bagian kiri kami atau ke arah bawah kami. Sebuah desa gelap yang ada di depan kami menandakan posisi jalan besar Newark.
Kami tiba di sebuah penginapan tua yang tidak terawat dengan tulisan "Great Notch" diatas pintunya.
Danaya tiba-tiba saja merintih kesakitan dan memegang pundak Cecilia agar tidak terjatuh. Sebelumnya, Danaya memang pernah terkilir parah dan membuatnya terbaring di tempat tidurnya selama dua minggu. Danaya berjalan dengan sedikit kesulitan ke arah pintu penginapan tersebut, tempat seorang lelaki tua berkulit gelap yang sedang berjongkok sambil menghisap pipa rokok hitam yang terbuat dari tanah liat.
"Oh, Gosh! This place is creepy... hiiiii...." monolog Cecilia bergidik.
"Hehehehe.... Sandiwara dimulai... Semangat Dany! Waktunya beraksi... Muehehehe" monolog Danaya terkekeh dalam.
...****************...
*Jangan lupa COMMENT, SUBSCRIBE, dan FREE GIFT ya guy's... itu semua akan sangat membantu aku untuk semangat menulis 🤗💖🙏