Laura Charita tidak tau kalo laki laki mabok yang akan melecehkannya adalah bos di tempat dia baru diterima kerja.
Laura bahkan senpat memukul aset laki laki itu walau agak meleset dan menghantamkan vas bunga ke kepalanya hingga dia pingsan.
Ini cerita Erland Alexander, ya, anak dari Rihana dan Alexander Monoarfa. Juga ada cucu cucu Airlangga Wisesa lainnya
Semoga suka....♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalnya Erland
Erland duduk menyandar di ranjang rumah sakit. Keadaannya sudah jauh lebih baik. Tapi tatapnya menyorot tiga orang tersangka di depannya satu persatu.
"Mereka ngga salah. Itu ulahku," aku Abiyan pelan. Mumpung hanya mereka berempat saja yang ada di ruangan Erland.
Erland mendengus kesal.
Makanya dia suka malas bergabung kalo Jayden ngga ada.
"Tapi aku ngga nyangka kamu yang minum. Harusnya Noval."
Kali ini bukan hanya Erland saja yang mendengus. Fathir dan Fadel juga
"Dia punya penawarnya," ralat Abiyan cepat.
Ketiga laki laki tampan ini menatap sepupu mereka dengan sebal.
Gara gara kelakuan Abiyan, Noval hampir membatalkan pesta pernikahannya karena ikut merasa bersalah juga
Tapi untunglah sahabat brengsek mereka tetap melangsungkan resepsi pernikahannya.
'Masalahnya siapa perempuan yang ngga suka denganmu itu. Aku masih belum mendapatkan identitasnya," tukas Abiyan membuat Erland melengos.
"Kamu pesan perempuan di mana?" Fadel ikutan kepo. Hanya Fathir yang sedang menahan senyumnya.
"Hemm...." Akhirnya kedengaran juga suara kesal Erland.
"Harusnya kamu bilang kalo tubuhmu mengalami reaksi aneh. Aku punya penawarnya," tukas Abiyan lagi, agak menyalahkan Erland.
"Aku penasaran, perenpuan itu takut nggak, ya, dengan apa yang sudah dia perbuat." Fadel mengemukakan isi pikirannya sendiri.
"Apa dia ngga mikir kalo bisa saja Erland langsung terbang ke akhirat," sambung Abiyan sambil menggelengkan kepalanya.
"Pasti sekarang dia mengurung diri di kamarnya, takut ketemu orang orang," decih Fadel yakin.
"Tapi perempuan itu cantik dan seksi, ya," senyum Abiyan terkembang jahil.
Memang cantik dan seksi, batin Erland. Tapi dia masih marah dan tersinggung karena perempuan itu sudah mencelakainya.
Apa dia terlihat menakutkan?
Sialan. Gara obat durjana itu, wibawanya hilang.
Erland masih ngga terima dan juga masih memendam malu, jika mengingat kejadian itu yang membuatnya harus diopname di rumah sakit. Apalagi sempat di ICU.
"iya. Tapi anehnya dia sulit dicari," sambung Fadel.
"Aku penasaran." Keduanya masih saja berdebat tanpa tau sikon. Fathir membalikkan punggungnya hanya untuk melebarkan senyumnya
Erland yang menyadari hal itu melosohkan tubuhnya, membuatnya berbaring di atas tempat tidurnya.
Dia memejamkan mata berharap ketiganya segera keluar dari ruangannya.
"Erland mau tidur. Ayo, kita pergi," ucap Fadel yang paham dengan kode pengusiran dari sepupunya.
"Oke. Jangan khawatir, kami pasti akan menemukannya untukmu," lanjut Abiyan lagi tanpa tau topik itu sudah membuat Erland mangkel.
Fathir dan Fadel pun menarik lengannya, keluar dari ruangan Erland.
Begitu pintu ruangannya tertutup, Erland membuka sepasang mata elangnya.
"Aku pasti akan menemukanmu," gumamnya yakin. Dia masih mengingat jelas struktur tulang pipi gadis itu yang membuatnya terlihat sangat cantik. Dan gilanya lagi dia juga selalu terkenang dengan bibir tebal yang merah menyala itu. Sangat seksi.
Erland memukul pelan kepalanya.
Kenapa dia semesum ini?
Ngga pernah terpikir dia akan lebih mengingat sisi kecanduannya dibanding sisi kesalnya karena penolakan gadis kurang ajar itu.
*
*
*
Kini gadis yang sedang dibicarakan itu sedang terbatuk batuk tiada henti.
"Kamu sakit?" tanya Nevia khawatir.
"Kamu nggak....." Hampir saja Karla meneruskan ucapannya kalo selintas pikiran warasnya tidak muncul begitu saja
Kalo hamil mual, bukan batuk.
"Nggak apa?" Alis Nevia naek sebelah.
"Emm.... Maksudnya mungkin lagi diomongin orang karena sudah berbuat kesalahan yang besar," ceplos Karla tanpa sadar.
Nevia menatap tajam wajah Laura yaang nampak terpana sesaat sebelum meneguk minumannya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
"Mungkin aku belum biasa kerja di perusahaan sepupu kamu," elak Laura.
Sepupu? Dia jadi teringat bos kembar.
Kemudian tanpa sadar membandingkannya dengan wajah Nevia dan Karla.
Tidak begitu mirip. Tapi judesnya hampir sama.
"Kamu ketemu Nathalia dan Adelia?" tebak Nevia pahan dengan reaksi sahabatnya yang terkesan sangat memperhatikannya dan Karla.
"Ya."
"Kedua orang itu sangat menyebalkan," tukas Karla.
"Betul."
Ketiganya pun kompak tertawa.
Selama ini Karla hanya cocok dengan Nevia. Mereka masing masing punya server yang berbeda.
"Kamu sudah ketemu CEO aslinya?" Nevia mulai merangkai kata untuk menuju ke arah tujuannya.
"Belum. Katanya dia sakit."
"Ooh.... " Nevia dan Karla saling pandang.
Sakit gara gara kamu.
Saat menunggu Laura datang, Nevia akhirnya sepakat dengan Karla untuk pura pura ngga tau aja soal kejadian di club.
Cuitan Karla membuat dia berubah pikiran tentang agenda pertemuan siang ini. Karla pun sudah sepakat.
FLASHBACK ON
"Nev, kalo Laura tau orang yang dia pukul itu bosnya, kira kira dia langsung ngundurin diri nggak?"
Nevia terdiam, ngga nyangka pertanyaan itu akan muncul.
Tapi masuk akal juga. Kenapa dia baru terpikirkan sekarang kalimat kalimat itu.
Laura bisa saja langsung resign dan bekerja di perusahaan keluarganya.
Laura pasti takut kalo Erland masih mengingatnya. Dan merasa ngga enak dengannya karena mereka berdua adalah sepupunya.
Hubungan persahabatan mereka bisa renggang. Laura pasti akan merasa bersalah. Bermacam macam pikiran bermunculan di dalam otaknya.
"Mungkin.... lebih baik kita biarkan saja Laura tau sendiri. Senin besok kayaknya dia sudah ngantor," ucap Karla lagi.
"Kita pura pura ngga tau aja maksud kamu?" Nevia menatap Karla datar.
"Ya." Karla setuju dengan perasaan ngga tenang.
Kira kira sepupunya masih ingat ngga, ya, dengan Laura?
Kalo ngga ingat, ngga masalah. Tapi kalo dia ingat..... Karla ngga tau apa yang akan dilakukan Erland nantinya pada Laura.
Mereka seperti sudah dijodohkan langit saja, batin Karla sedikit mengejek.
"Ngga sabar menunggu senin," senyum Nevia mengembang lebar. Dia akan menunggu pengakuan yang akan Karla ucapkan sendiri.
"Mendebarkan, ya," kekeh Karla. Adrenalinnya sedikit meningkat. Dia akan menyerahkan nasib keduanya pada takdir. Terserah, takdir baik atau buruk.
ENDFLASHBACK
"Nev, aku baru tau kalo Merapi Steels kerja sama dengan perusahaan kakek, Kejora Desain."
"Ohya?" Nevia dan Karla malah baru tau. Mereka tidak berkecimpung di perusahaan sepupunya. Kecuali Nathalia dan Adelia.
"Tapi Nathalia sepertinya kurang suka dengan Kejora Desain. Sepupuku memang meresahkan," keluh Laura sedikit mengeluarkan unek uneknya.
Tapi Nevia dan Karla malah tergelak.
"Oooh.... Si Nathal ngga suka aja karena sepupu kamu itu berusaha menarik perhatian Erland."
"Ooh...." Laura memang sudah dengar.
"Eh, Laura. Gimana kalo kamu aja yang berusaha menarik perhatian CEO. Kan, kamu bisa langsung menghempaskan tante kamu dan anaknya. Double Kick," usul Karla penuh semangat.
Nevia melirik Karla penuh makna.
Kan udah pernah di club.
"Sepuppumu udah kasih aku peringatan, dan aku pun ngga berminat," tolak Laura santai dalan tawa yang berderai.
Misinya bukan ke sana. Apalagi dia masih ingat dengan laki laki yang hampir melecehkannya.
Ingatan yang mungkin ngga akan terlupakan seumur hidup. Karena baru kali itu dia melakukan sentuhan fisik dengan laki laki. Selain ngga dikenal, apesnya lagi laki laki itu sedang mabok.
"Ngga ada salahnya dicoba. Siapa tau sepupuku yang CEO tampan tapi kaku itu tertarik denganmu," kekeh Nevia memancing.
Karla juga ikut berderai. Dia sudah ngga sabar menunggu seseorang yang bisa membuat Erland jatuh cinta.
Targetnya sudah terlihat. Entah apa yang terjadi pada keduanya di dalam kamar club itu sampai Laura harus memukul kepala Erland sampai terluka parah.
"Aku dan Nevia akan mendukungmu jika mau mengejar Erland," tukas Karla penuh arti.
Tentu saja mereka berdua akan lebih suka jika memang Erland memilih Laura. Nathalia dan Adelia pasti akan setuju juga, karena Nathalia membenci Maura.
kebalik dengan anaknya, Laura justru lebih berani dibandingkan alisha 😄
DinDut Itu Pacarku mampir
Dindut Itu pacarku mampir
cerita nya bagus²
dikira para suami akan tergoda kaliiiii..
mereka kan suami² dan istri² setia.. gak kaya dirimu Melda yg suka Brondong.. 🤣