"Love doesn't always end well." Kata-kata Maleficent dalam film Maleficent terus terngiang di telinga Natalia Hadasa, gadis cantik 21 tahun, mengisahkan duka di hati Natalia. Mengapa cinta yang dikhianati begitu menyakitkan. Bahkan kadang menyisahkan dendam, seperti yang dialami Maleficent. Seorang peri yang cantik dan baik hati tetapi menjadi jahat karena cintanya dikhianati sang kekasih. Tuhan, aku takut jatuh cinta karena aku tidak mau terluka. Bukan karena film Malefince, tetapi karena ibunya yang menderita karena dikhianati papanyak, dan banyak lagi wanita yang menderita karena cinta. Sebab cinta tidak selalu berakhir dengan baik. Begitu menurut Natalia.
Tapi apakah Natalia tetap dengan defense mechanism- nya jika cinta itu tiba-tiba datang menyentuh hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harijati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Welcome Presdir
Visual tokoh, semoga teman-teman reader puas dengan visualnya. Mohon maaf kalau teman-teman reader ga pas dengan visual tokoh. Tapi wajah mereka berdua yang sesuai dengan imajinasi author.
Natalia Hadasa
Kecantikan Natalia menurun dari ayahnya. Thomas, ayah Natalia berwajah tampan. Ayah Natalia menikah dengan ibunya karena perjodohan dari orang tua.
Pak Thomas sebelum menikah dengan Bu Norma, sudah pernah mempunyai kekasih. Tetapi hubungan mereka tidak disetujui karena orang tua Diana kekasih Pak Thomas berasal dari keluarga kaya, sedangkan keluarga pak Thomas dari keluarga sederhana.
Diana dijodohkan orang tuanya dengan laki-laki anak dari kolega mereka. Tetapi pernikahan mereka hanya bertahan tiga tahun setelah mereka dikaruniai seorang putri yang bernama Sherly. Mereka bercerai karena tidak adanya cinta dan seringnya terjadi pertengkaran.
Setelah Diana bercerai dengan suaminya, diam-diam ia kembali menjalin hubungan terlarang dengan pak Thomas. Karena mereka masih saling mencintai.
Ahirnya pak Thomas dengan tega meninggalkan Bu Norma dan anak-anaknya, lalu menikahi Diana, terlebih orang tua Diana terpaksa menyetujui hubungan mereka.
Yosef Reyhan Laksono
Yosef Reyhan Laksono, usia 29 tahun. Putra pertama dari Abraham Laksono. Selepas SMU di Surabaya, ia melanjutkan pendidikannya di Utrecht University Belanda. Setelah menyelesaikan jenjang S1 di Belanda, Yosef melanjutkan kuliah bisnisnya di Bocconi University. Bersama beberapa sahabatnya dari universitas yang sama mendirikan sebuah perusahaan dengan suntikan dana dari pak Abraham dan investor asing.
Setelah sukses, perusahaan tersebut dipercayakan kepada sahabatnya yaitu William, karena pak Abraham memintanya pulang ke Indonesia untuk menggantikan pak Abraham sebagai Presdir.
Sebelum menjabat sebagai Presdir di kantor pusat PT Cipta Buana Corps yang berada di Surabaya, selama 6 bulan Yosef tinggal di Jakarta untuk melihat perkembangan cabang perusahaan yang ada di Jakarta.
Sejak kuliah di luar negeri, Yosef memang tidak pernah berkunjung ke perusahaan yang ada di Surabaya, jadi tidak heran bila rata-rata karyawan tidak mengenalnya.
***
Pukul 11.00 siang, para staf sudah berkumpul di aula gedung perkantoran perusahaan, untuk menyambut Presdir baru. Suasana sementara bising karena masing pada ngobrol random.
Natalia dan Maya duduk di kursi baris ke empat. Natalia sibuk membalas pesan sahabatnya semasa SMU, sehingga ia tidak begitu memperhatikan sekitarnya yang tiba-tiba hening.
Hanya suara pak Reno yang mengarahkan orang-orang untuk berdiri menyambut Presdir yang sementara berjalan masuk. "Sett..Nat, ayo berdiri." bisik Maya sambil menepuk pundak Natalia.
"OMG, ganteng banget Presdir kita Nat," bisik Maya dengan muka yang gembira. Natalia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Maya dan juga para staf wanita yang excited melihat ketampanan Presdir baru.
Natalia belum melihat Presdir baru karenaIa masih sibuk membalas pesan sahabatnya.
Pak Reno kemudian menginstruksikan orang- orang duduk kembali, dan memberikan kesempatan kepada Presdir baru untuk memperkenalkan diri dan memberi sambutan.
Natalia mengangkat kepalanya setelah ia mendengar suara bariton Presdir yang sedang memperkenalkan diri dan memberi sambutan.
"Gila suaranya seksi Mak," ucap staf perempuan yang duduk di samping Natalia.
Natalia memandang wajah tampan yang berdiri di depan. Ia akui, suara Presdir baru menarik, demikian juga senyum ramah dan tatapan mata yang seramah senyumnya.
Natalia menghela nafas panjang, dia kembali menundukkan kepala melihat ponselnya
Bukan untuk membalas pesan sahabatnya, tetapi karena ia tidak mau terpesona dengan Presdir barunya.
