Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

"Apa yang membuat Dio datang kesini kak?" Tanya Luna pada Vian.

"Entah, kamu tanya saja sama suamimu." Ucap Vian sambil tersenyum.

"Selamat pagi menjelang siang Nuna." Ucap Aldo yang merentangkan kedua tangannya.

"Ish... Apa-apaan si Aldo." Sahut Luna sembari menghindar.

Dio yang berada di belakang Aldo tiba-tiba memperlambat langkahnya.

Argh!!! Kenapa aku bisa sampai sini. Umpatnya dalam hati.

Luna berjalan perlahan mendekati Dio yang tiba-tiba mengehentikan langkahnya, "Ada apa Dio?"

"Hanya mengunjungi saja," Ucap Dio dengan wajah datarnya.

Luna mengangguk, "Oh begitu, silahkan di lihat-lihat jika kamu berminat, langsung tunjukan saja padaku, aku akan berikan gratis." Ucap Luna dengan senyum ramahnya.

"Uangku bisa membeli seluruh ruko yang ada di area ini, beserta seluruh isinya, bahkan manusianya juga." Ucap Dio dengan angkuhnya.

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut suaminya itu Luna hanya tersenyum, "Iya, tidak usah di jelaskan aku sudah tau. Barang yang aku maksudkan gratis, hanya sebagai hadiah dari istri kepada suaminya."

Wajah Dio merah padam, Kata kata Luna berhasil membuat Dio merasa salah tingkah dibuatnya.

Tak tahan melihat keromantisan yang Luna berikan pada suaminya, Aldo menarik lengan Luna agar mempercepat proses pembuatan baju yang akan di gunakan nanti. "Nuna, ayo ... Hari sudah semakin siang, sore nanti aku ada event." Ucap Aldo.

"Kenapa kau memanggil Luna, dengan sebutan Nuna?" Tanya Vian yang sejak kemarin penasaran.

"Nuna adalah panggilan sayang dariku." Ucap Aldo yang sama sekali tidak menganggap Dio sebagai suaminya.

Brengs3k model tengik ini, benar-benar harus di beri pelajaran. Ucap Dio sambil mengepalkan kuat telapak tangan kanannya.

"Wah, manis sekali persahabatan kalian. Oh ya Dio ... Kamu tidak masalah jika Aldo memperlakukan Luna seperti ini? Kamu kan suaminya?"

"Aku pamit," Ucap Dio yang langsung melenggangkan kakinya keluar butik.

Vian terkikik melihat adiknya yang 100% cemburu dan masih berbalut gengsi nya yang tebal.

Ini baru permulaan. Batin Vian.

***

Di kantor

Dio menunjukan foto Aldo yang di ambil dari internet pada Indra, asisten pribadinya.

"Perhatikan baik-baik wajah model tengik ini, namanya Aldo."

"Iya Pak, lalu apa yang harus saya lakukan?"

"Buat dia tidak bisa menyombongkan dirinya lagi sebagai model, entah mau di buat seperti apa, yang penting jangan mati, aku tidak mau berurusan dengan hukum."

"Bapak yakin? Sebelumnya bapak tidak pernah memerintahkan saya untuk pekerjaan yang berbau kriminal seperti ini. Apakah ini ada hubungannya dengan perusahaan kita?"

Dio mengetuk-ngetuk jari pada meja kerjanya, "Kehidupan saya bukan hanya tentang perusahaan, kamu mampu atau tidak menjalankan perintahku yang satu ini? Jika tidak, saya tidak akan mengakui mu sebagai asisten yang handal dalam segala hal, kau hanya karyawan biasa dimataku." Ucap Dio dengan wajah santainya.

Aku fikir arogan mu sudah hilang total, ternyata belum ! Lagi-lagi aku yang terkena dampak karena emosimu ini. Umpat indra dalam hati.

"Gimana ndra?" Tanya Dio yang belum mendapat jawaban pasti dari asistennya itu.

"B-baik pak, saya akan coba usahakan."

"Bukan hanya mencoba, tapi harus berhasil!!! Sewa apartemen mu akan aku bayar sampai setahun kedepan."

"Baik pak, laksanakan!" Ucap Indra yang semangat nya naik 100% saat mendengar tawaran dari bos nya itu.

Dio tertawa membayangkan Aldo jika sudah tidak bisa berprofesi sebagai model lagi. Apa yang mau kamu banggakan setelah ini model tengik?! Rasakan kemarahanku.

***

Indra menyewa anak buahnya untuk melakukan eksekusi pada Aldo, Karena pria itu tidak sanggup jika berbuat kriminal secara langsung, seperti apa yang di perintahkan Dio.

"Buat dia kehilangan pekerjaan sebagai model, jangan sampai dia mati." Ucap Indra yang menunjukan foto Aldo pada anak buahnya.

Percobaan pertama, gagal ... Karena Aldo selalu di kelilingi banyak orang di sekitarnya, Mereka beraksi saat Aldo tengah menghadiri acara event di sebuah ballroom dan membuat para komplotan indra memilih untuk membatalkannya, dan mencari momen yang pas untuk mengeksekusi Aldo.

Aldo hari ini tidak menggunakan mobilnya sendiri, tadi pagi pria itu menumpang pada Vian, lalu petang ini dia pulang dengan Luna yang akan menjemputnya saat pulang berkerja.

Komplotan itu kewalahan, karena indra terus menekannya untuk segera melakukan apa yang dia perintahkan.

Sampai tiba momen yang menurut komplotan itu pas, saat Luna yang berdiri berhadapan dengan Aldo yang akan bertukar posisi menyetir, Luna dari kejauhan sudah melihat dua orang mencurigakan menggunakan motor dengan botol yang berisi air di genggamannya, dengan cepat salah satu pelaku menyiramkan air dari dalam botol tersebut tepat di sisi badan Aldo, "AWAS!!!!!" Teriak Luna, dan secepat kilat Luna melindungi sahabatnya itu dengan setengah tubuhnya. "Aaaaaaakhhhhhh." Teriak Luna.

Ternyata Air yang di siram oleh komplotan itu mengenai bagian tubuh Luna di bagian belakang, tepatnya dibawah bahu. Aldo tidak terkena percikan sama sekali... Karena pria itu juga reflek dengan cepat menghindar saat Luna berteriak 'Awas'.

Luna kesakitan dan terus berteriak, sakitnya seperti mempunyai luka bakar. Aldo panik bukan main ... Dan orang-orang yang ada di sekitar berbondong-bondong menghampiri Luna dan Aldo.

"Pak, tadi ada orang menyiram cairan aneh pada kami, dan cairannya terkena tubuh teman saya." Ucap Aldo pada salah seorang warga yang bertanya.

"Oh bisa jadi air keras kalo si mbak nya kesakitan begini. Cepat bawa ke rumah sakit mas."

Luna di bantu masuk mobil oleh beberapa orang, sedangkan Aldo masuk ke bagian kemudi, pria itu menyetir dengan kecepatan yang kencang, yang di fikirkan saat ini adalah sampai ke rumah sakit dengan cepat.

Sampai di rumah sakit Luna terus menjerit kesakitan, memegang sebelah tangannya yang terkena cairan aneh tersebut. Dengan cekatan tim medis langsung menangani Luna dan Aldo yang menunggu di luar ruangan.

Aldo langsung menghubungi kedua orang tua Luna dan juga Vian, untuk mengabari kepada Dio.

***

Bugh !!! Bugh !!! Bugh !!!

Dio langsung memukul wajah Indra saat mendengar Luna masuk ke rumah sakit akibat terkena siraman air keras, Dio langsung mengetahui itu adalah bagian dari rencananya untuk Aldo, pria itu sangat marah akibat indra tidak melakukannya dengan hati-hati, dan lebih parahnya lagi Luna yang malah terkena dampak.

"Maaf pak, saya tidak memperlihatkan foto Bu Luna sebelumnya pada para preman itu, saya siap menerima apapun konsekuensinya." Ucap Indra yang masih bersikap sopan setelah beberapa pukulan mengenai wajahnya.

"Kerjamu sudah tidak becus! Menyusahkan saja!" Ucap Dio yang meninggalkan asisten nya itu, dan langsung pergi ke rumah sakit yang Vian infokan.

Di rumah sakit.

Kedua orang tua Luna, Latif, Ervina, Vian dan juga Aldo masih menunggu di luar ruangan. Penanganannya terbilang cukup lama ... Sampai Dio datangpun belum ada penjelasan apapun dari pihak dokter.

"Ma, pa ... Maaf sudah terjadi seperti ini. Dio tidak ada di samping Luna saat itu." Ucap Dio yang langsung meminta maaf pada mertuanya itu.

"Cih." Vian memalingkan wajahnya, Acting kembali di mulai, Batinnya.

Dio langsung berjalan menuju Aldo dengan wajah lesu, dan merasa bersalah. "Kau ... " Ucap Dio sambil menunjuk Aldo dengan jari telunjuknya. "Kenapa mengorbankan istriku?" Ucap Dio dengan wajah emosinya.