Nalendra, I Love You

Setelah di usir dari kost-an nya. Ayra bingung harus pergi kemana. Teman tak punya apalagi sanak saudara jelas saja tidak ada. Pekerjaan pun masih mencari. Dan sekarang Ayra tidak punya tujuan kemana ia harus pergi.

Mau mencari kost-an atau kontrakan di haruskan ada uang muka, Sementara dirinya sekarang tak memegang uang. Jangankan satu lembar sepeserpun tak punya.

Ayra duduk di sebuah bangku panjang yang terletak di salah satu taman di kota itu. Gadis itu menoleh kesana kemari memerhatikan sekitar, Sepi! hanya ada beberapa orang saja disana. Itupun mungkin pekerja yang bertugas membersihkan taman ini.

"Ini harus kemana... Uang gak punya, Mana haus, laper juga..."Gumam Ayra sembari mengusap perutnya yang mulai keroncongan. Tidak hanya itu saja, Penghuni di dalam perut itu juga mulai ribut dan berbunyi. Mungkin cacing di dalamnya sedang perang sekarang.

"Kira-kira dimana ya... ada lowongan pekerjaan.."Mata Gadis itu sudah berkaca-kaca. Kekurangannya dalam bermain sosial media membuat Ayra tidak tau apa-apa. Ayra memang tidak seperti gadis lainnya yang begitu pandai bermain Internet, hanya Apli-kasi hijau saja yang Ayra punya demi bisa menghubungi sang ibu kandung yang tengah bekerja di luar negeri.

Terlebih, Jangankan bermain sosial media. Nyawa ponselnya saja sudah berada di ujung tanduk. Di tengah-tengah kebingungannya, Ponsel yang sudah retak di bagian layarnya itu berdering.

Sebuah nama sang bunda yang langsung membuat Ayra tersenyum tipis. Sudah satu minggu lebih ibunya tidak menelepon, Jelas saja Ayra sangat rindu. panggilan video yang di lalukan sang ibu yang bernama Nilam itu langsung mendapatkan respon baik dari Ayra, Putrinya.

"Ha..halo buk.. "Dengan senyum lebar Ayra tampilan di depan layar.

"Ay.. Kamu ada dimana?

"Oh... Ayra lagi ada di luar buk..lagi istirahat kerja..."Ucapnya jelas berbohong, Mana berani Ayra mengatakan yang sebenarnya. Walaupun ia sebagai anak bisa meminta uang berapapun kepada sang ibu, Tapi tidak sama sekali Ayra lalukan. Ia sadar dan paham bekerja dan mendapatkan uang tidak seenak kelihatannya.

"Kamu beneran pergi kerja? Gak bohong kan?"

Di seberang sana, Nilam tau jika putrinya tengah berbohong. Dari matanya saja sudah ketahuan bahwa Ayra tidak jujur dan sebagai seorang ibu firasat Nilam tidak akan pernah salah.

"Ayra gak bohong buk.. Beneran. Nah itu Ayra lagi di panggil.."Ayra berdiri melambaikan tangan seolah-olah memang benar di panggil oleh teman kerjanya.

"Iya.. Sebentar! Aku akan segera datang.."Ucapnya, Padahal di depannya hanya ada sebuah pohon bunga, Bukan manusia yang dikatakan Ayra pada ibunya yang sedang berada jauh. "Ibu udah ya.. Ayra mau kerja dulu.. dada..."Panggilan pun terputus. Ayra kembali duduk di kursi panjang tersebut dengan lemas.

"Maafin Ayra buk.. Ayra gak mau ibu khawatir dan gak fokus kerja..."Gumam Gadis itu dengan tatapan mata kosong ke depan. Entah Mau kemana ia sekarang, Ia sendiri tidak tau. Jalanan di ibu kota saja ia belum paham sepenuhnya.

"Ini aku mau kemana lagi...eeerrrggghh..."Ayra mengacak-acak rambutnya hingga ponselnya kembali berdering, Ia kira sang ibu yang kembali menghubungi, Nyatanya sang ayah.

Ayra menarik nafas berkali-kali sebelum akhirnya gadis itu mengangkat telfon dari sang ayah yang kemungkinan pasti akan kembali meminta uang.

Dan benar saja, Baru si letakkan di telinga sang ayah langsung mengatakan meminta kiriman uang dua juta untuk bayar bulanan kuliah Vita, Adik tirinya.

"Ya Allah... Pak.. Tapi Ayra benerin gak punya uang segitu.."Sudah berulang kali mencari alasan tapi ayahnya seakan tidak mau tau. Sepertinya yang ada dalam pikiran pria paruh baya itu uang dan uang sementara dirinya hanya di jadikan mesin saja.

"Halah.. alasan kamu.. Setahun kerja di jakarta kamu ngapain aja.. Masa kirimin uang cuma sejuta, Dua juta kadang satu setengah juta... Buat apa uang segitu.. Coba dong contoh tetangga sebelah. Kalo kiriman uang tuh paling dikit lima juta kadang sepuluh juta.. Padahal sama-sama kerja di kota itu..

"Ya beda pak.. Dia kerjanya jual diri, Jangan samain lah sama ayra yang kerjanya halal.." Jawab gadis itu mulai kesal. Ayra tidak menyangka saja, Sang ayah rela melakukan apapun untuk Adik tirinya. Bahkan pria itu menuruti semua keinginan Vita untuk kuliah. Sementara dirinya? Hanya lulusan SMA saja.

Ayra langsung mematikan ponselnya. Ia tak mau apabila ayahnya kembali menelfon dan membuatnya semakin pusing saja. Ayra menghela nafas sebelum akhirnya gadis itu bangkit berjalan ke arah jalan raya. Tatapannya mulai kosong kembali hingga Tanpa sadar sebuah mobil melaju dengan kencang hingga..

Tiiinn......

"Aaaaa.....

.

.

.

"Apa kau sudah gila!!? Bisa tidak jalan tuh liat kiri dan kanan dulu sebelum menyebrang.."Ayra mengerjab pelan tatkala seorang pria berpenampilan tertutup datang menariknya dan menyelamatkannya dari mobil tadi. Jika pria itu tidak menariknya,Entahlah..

"Maaf... Aku..

"Apapun alasannya..Jangan asal menyebrang, Bahaya!!"Ayra menatap mata pria yang menatapnya dengan tatapan teduh disana. Sangat jauh berbeda dengan ucapannya yang agak kasar dan tidak suka atas tindakannya tadi.

"Lebih baik kau ikut aku.. "Tanpa basa basi Pria dengan pakaian serba hitam itu menarik tangan Ayra pergi dari sana.

"Kamu apa-apaan sih? Lepas gak?? " Pria itu menatap Tangan Ayra yang mendadak terlepas. Ayra memalingkan wajah, Ia tidak tau siapa pria ini. Tapi yang jelas dari tatapan matanya tadi, Ayra merasa tidak asing dengan tatapan mata itu.

"Ikutlah denganku.. Kau sedang butuh pekerjaan kan? " Mendengar kata pekerjaan, Mata Gadis itu berbinar. Ayra tersenyum lebar sesaat sebelum akhirnya senyum itu redup kembali.

"Aku memang sedang butuh pekerjaan..

"Hmm.. Ikutlah bersamaku.. Aku akan memberimu pekerjaan.."Ucap pria itu lagi..

"Tapi kau benar bersungguh-sungguh kan? Menawarkan aku sebuah pekerjaan?? Kau tidak sedang berbohong kan? " Tanya gadis itu dengan tatapan curiga.

"Apa menurutmu aku terlihat seperti seorang penipu?" Tanya Pria itu dengan Alis sedikit terangkat.

"Bukan hanya seperti penipu tapi mirip seorang penculik...

"Jika kau ingin bekerja Ikutlah denganku sekarang ..."Belum juga Ayra menjawab, Pria itu kembali menarik tangan putih itu menuju ke arah mobil mewah yang terparkir disana. Pria itu meminta Ayra agar masuk ke dalam kendaraan roda empat yang sama sekali belum gadis itu naiki.

Jelas saja Ayra merasa kagum melihat sekeliling mobil sport yang harganya tak main-main itu. Pria itu akhirnya ikut masuk dan duduk di kursi kemudi. Pria itu juga melepas semua Masker dan topinya tidak lupa kacamata hitam yang sempat pria itu kenakan.

"Kau....!? Jadi pria itu kau.."Tanya Ayra menganga, Pantas saja ia merasa tidak asing. ternyata pria yang menawarkan dirinya pekerjaan adalah pria yang pernah ia temui di bandara itu.

"Sebenarnya kau ini siapa sih...

Pria itu menoleh ke arah ayra yang bertanya karena rasa penasarannya.

"Kau tidak mengenalku??" Ayra menggelengkan kepalanya.

"Aku Nalendra...

"Na..lendra siapa??" Mata Nalendra molotot mendengar jawaban dari gadis itu. Yang benar saja Gadis ini tidak mengenalnya...

"Kau tidak kenal aku??

"Ti..tidak kenal.."Nalendra terdiam, Ia itu tak menjawab apapun lagi dan kembali fokus pada kemudinya saja.

"Yang benar saja dia tidak kenal aku.. Anak kecil saja tau masa dia tidak.. Sebenarnya dia hidup di jaman apa??

.

.

.

Tbc