Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 34.
Malam harinya,
"Kak." seru Melodi saat baru pulang dari kerja part time'nya. Ternyata Azura tengah bergelung di bawah selimut sambil menonton televisi.
"Hmmm ... Kamu kok sore terus sih, Di pulangnya? Kamu nggak ngelakuin aneh-aneh kan di luar." tanya Azura dengan alis berkerut. Ya, akhir-akhir ini memang Azura merasa curiga dengan adiknya sering pulang terlampau sore kadang juga menjelang malam.
Melodi mengangkat kaki Azura yang menjulur di sofa, kemudian dia duduk disana dengan kaki Azura ia letakkan di atas pangkuannya.
"Hmmm ... maaf ya kak udah nggak jujur sama kak Zura." ucap Melodi seraya menundukkan wajahnya.
Azura yang mendengar itu lantas menarik kakinya dan duduk sambil menatap lekat wajah sang adik.
"Maksudnya? Kamu nggak aneh-aneh kan, Di?" tanya Azura khawatir.
"Nggak kok, kak. Lodi nggak aneh-aneh. Lodi cuma kerja part time aja di cafe. Gajinya lumayan jadi Melodi nggak perlu terlalu sering minta duit sama kak Zura."
"Kan kakak udah bilang, kamu fokus aja kuliah. Untuk urusan uang, kakak akan bekerja keras. Kamu nggak perlu mikirin itu. Kakak masih mampu kok." ucap Azura lembut. Ia sangat menyayangi Melodi. Melodi merupakan adik satu-satunya. Dia adalah amanah terakhir kedua orang tuanya karena itu mencukupi segala kebutuhan Melodi merupakan tanggung jawabnya.
"Kak, ini bukan sekedar masalah uang. Lodi juga kan butuh pengalaman untuk ke depannya. Selain itu, kakak kok nggak bilang udah punya pacar malah mau nikah? Kakak tega ih, masa' Lodi taunya dari lambe-lambe lalu lintas. Nah, apalagi kalau kak Zura udah nikah, nggak mungkin kan kak Zura masih mau kerja siang malam. Entar suami kak Zura malah merasa terabaikan kalau kak Zura sibuk terus. Kan kalau aku udah kerja, kak Zura bisa kerja siang aja. Atau kalau perlu kak Zura resign biar bisa fokus sama keluarga baru kakak." tukas Melodi memberikan penjelasan.
Azura salah tingkah saat Melodi mengungkit masalah pernikahan. Sebenarnya ia pun bingung campur kaget. Ia tidak diberikan kesempatan untuk berpikir apalagi berpendapat jadi jalan satu-satunya ya menerima. Lagipula pernikahan ini menurutnya menguntungkan. Seperti pernikahan kontrak, tapi kontraknya bukan dengan si calon suami, melainkan dengan kakaknya.
"Oh, itu, dia ... dia itu ... "
"Lodi udah tau kok siapa dia. Wah, kakak hebat ya bisa dapat calon suami dokter secakep itu. Mana orang kaya juga, wah kak Zura ternyata diam-diam menghanyutkan." seru Melodi yang turut antusias.
"Bukan maksud kakak nggak mau kasi tau, tapi ya semua itu mengalir gitu aja. Mbak juga nggak nyangka tiba-tiba disuruh nikah."
"Tapi seneng kan?" goda Melodi.
"Seneng? Ah, iya, iya dong! Kakak pasti seneng." ujar Azura sambil menyengir lebar. 'Apalagi lalu sampai berhasil menaklukkan si kulkas 10 pintu itu, wah makin tambah seneng. Semoga aku yang berhasil memenangkan taruhan ini.' lanjut Azura dalam hati.
...***...
Hari ini Melodi ada kelas pukul 10 pagi, tapi sejak pukul 9 ia telah tiba di kampus. Tak lama kemudian di susul Yuya dan Zia. Tiba-tiba terdengar suara riuh dari arah pintu masuk kantin. Terang saja, Melodi, Yuya, dan Zia pun lantas menoleh.
"Heh, itu tu, cowok itu, kalau nggak salah namanya Gerald. Wah, tumben banget dia mau mampir ke kantin ya!" tukas Yuya penuh semangat.
"Di, dia itu yang tempo hari kamu ceritain. Cowok magister yang jadi new idola kampus kita." jelas Zia ikut menimpali.
"Iya, Di. Yang ternyata adik pak George itu, ingat kan!" sambung Yuya .
Melodi sontak mengerutkan keningnya dengan mulut terkatup rapat.
'Apa? Dia adik pak George. Artinya malam nanti, ... Haduh ... Gimana ya? Semoga pak George nggak mikir yang macam-macam tentang aku.' batin Melodi yang baru saja terkejut tentang fakta siapa Gerald. Gerald memang memberikan CV tentang dirinya kepadanya, tapi tidak dirinya. Gerald seperti tidak mau tau menau mengenai dirinya. Tentu hal itu cukup membuatnya khawatir.
"Di, loe dengar kami ngomong kan!" decak Zia saat melihat Melodi justru melamun.
"Eh, i-iya. Gue dengar kok." sahut Melodi gagap.
"Cakep ya, Di!" ujar Yuya.
"Hmmm ... iya."
"Kira-kira, dia mau nggak ya sama gue? Tapi kayaknya nggak mungkin deh! Liat tuh, Aurora si gadis kampus kita sibuk bergelayutan gitu, kayaknya mereka pacaran deh. Apalah dayaku bila dibandingkan dengan Aurora." keluh Yuya.
"Ah, cantikkan juga Odi, Ya." sahut Zia.
"Iya sih, tapi kalau dia deketnya kan sama Aurora. Siapa sih nggak tau Aurora, udah cantik, pinter, anak dekan. Orang kaya cuy, nggak kayak kita orang biasa aja gini."
Diam-diam Melodi melirik Gerald yang tangannya sedang dirangkul mesra Aurora. Hatinya memberengut.
'Katanya cinta sama pacarnya yang di luar negeri? Lah, itu kenapa gandeng-gandeng udah kayak truk gandeng? Dasar, semua lelaki sama aja. Apa mungkin Aurora itu pacarnya ya? Eh, tapi Aurora kan bukan model. Apa selingan aja ya? tapi buat apa? Kalau dia ada Aurora kenapa justru minta bantuan gue jadi pacar pura-puranya? Ah, sudahlah! Abaikan saja.' batin Melodi bermonolog.
"Udah ah, ngapain ngomongin dia. Mending cepat kalian habiskan makanan kalian terus kita balik ke kelas." pungkas Melodi yang diiyakan Yuya dan Zia.
Setelah selesai, Melodi, Yuya, dan Zia pun segera berdiri hendak kembali ke kelas.
Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba-tiba ada yang menabrak Melodi hingga ia hampir jatuh.
"Heh, loe! Jalan itu pake mata. Liat nih, baju gue basah semua kan! Loe tau, baju gue ini mahal. Pokoknya gue nggak mau tau, loe harus ganti sekarang juga." bentak seorang gadis cantik yang ternyata itu Aurora.
"Lah, situ yang nabrak temen kami kok malah temen kami yang mesti ganti, situ waras?" balas Yuya menantang.
"Eh, loe, nggak usah ikut-ikutan ya! Loe tau, ini baju butik ternama, nggak bisa dicuci sembarangan. Kalau tuh cewek jalannya pake mata, nggak mungkin kan sampai nabrak gue. Nih, baju gue, jadi merah-merah gini kena jus tomat, kalian harus tanggung jawab." ucap Aurora tak mau mengalah apalagi mengaku salah.
"Jalan itu pake kaki, bukan pake mata! Loe harusnya minta maaf ke temen gue karena loe yang nabrak. Baju temen gue juga basah tuh." kini Zia yang ikut geram melihat tingkah Aurora.
"Heh, loe bertiga tau kan siapa gue? Loe bertiga mau dilaporin ke dekan terus dikeluarin?"
"Heh, mbak Aurora yang terhormat, emang bokap loe dekan di sini, tapi semua yang ada di sini bisa jadi saksi kalau loe yang udah bersalah. Tapi ya, karena gue orangnya santun dan rendah hati, oke , gue minta maaf walaupun sebenarnya gue nggak salah. Sekali lagi gue minta maaf, cukup?" tegas Melodi yang ikut jengah melihat tingkah Aurora yang sangat manja menurutnya.
"Nggak bisa gitu, loe harus ... "
"Aurora, cukup!" desis Gerald yang sudah berdiri dengan wajah datar dan dingin. "Dia udah minta maaf, sebaiknya kamu pun minta maaf." tegas Gerald sebelum berlalu meninggalkan Aurora dengan wajah masamnya.
"Awas, ya kalian!" desis Aurora yang justru mengancam.
"Heh, dasar cewek manja!" balas Yuya sambil berteriak membuat wajah Aurora makin masam. Dia pun segera melangkahkan kakinya mengejar Gerald yang meninggalkannya begitu saja.
"Loe nggak papa, Di?" tanya Yuya dan Zia lantas Melodi tersenyum.
"Gue nggak papa kok. Yuk ... " ajak Melodi kembali melanjutkan langkah mereka.
"Wah, hebat, loe dibelain kak Gerald tuh! Jangan-jangan ... "
"Udah, nggak usah gosip." potong Melodi sambil memicing tajam membuat Yuya dan Zia tertawa.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Semangat terus author untuk karya yang lainnya 👍🥰😍
zura ng da lawan
PA lg karakter azura oce banget..