NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cincin Kawin

Dengan berkaca-kaca, Pak Yuda dan Bu Marni menerima amplop pemberian dari Pak Dwi, memang kalau untuk acara yang dadakan seperti ini, mereka tidak mempunyai dana cadangan, waktu panen sayuran pun masih beberapa minggu lagi

"Terima kasih banyak , entah bagaimana kami harus membalas semua kebaikan kamu Dwi", Pak Yuda sudah terbiasa memanggil nama saja kepada sahabatnya itu.

"Justru aku yang harus berterima kasih kepada keluarga kamu, sudah mau menerima Rangga , anak aku, semoga setelah mengenal Mutia, perilakunya bisa berubah lebih baik, tidak urakan lagi, kalau masalah materi, aku jamin Mutia tidak akan kekurangan , kalau perlu, Mutia juga tidak usah bekerja", ucap Pak Dwi.

"Alhamdulillah..., terima kasih sebelumnya Dwi, aku titip putriku", ucap Pak Yuda penuh haru.

"Jangan khawatir, aku akan ikut mengawasi putrimu, kalau Rangga sedikit saja menyakiti putrimu, aku yang akan langsung bertindak", tegaskan Pak Dwi lagi

Setelah mencicipi makanan dan minuman, Pak Dwi pun pamit pulang, seorang sopir sudah datang menjemputnya, karena mobilnya sudah lebih dulu dibawa oleh Rangga.

"Semoga semuanya berjalan lancar sampai hari minggu ya Pak?", harap Bu Marni.

"Iya, semoga Rangga jodoh yang tepat untuk Mutia", harap Pak Yuda.

Mereka tampak kembali masuk ke dalam rumah begitu mobil yang membawa pulang Pak Dwi menghilang dari pekarangan rumahnya.

Tidak sedikit para tetangga yang nongol ataupun mengintip dibalik tirai rumah mereka, mungkin mereka sekarang bertanya-tanya, ada apa gerangan di rumah Bu Marni, sampai ada tamu bermobil mewah segala.

Hal itu disadari oleh Pak Yuda dan Bu Marni, namun mereka tidak ambil pusing, karena itu sudah kebiasaan dari para tetangganya yang kepo.

Sementara Rangga, ia membawa Mutia menuju pusat perbelanjaan terkenal di kotanya. Ini bukan hal baru bagi Rangga, ia sering ke sana hampir tiga kali dalam seminggu, hal itu ia lakukan hanya untuk memenuhi keinginan Sinta.

Sinta yang hobi shopping dan hilling membuat dompet Rangga sering kali kering. Apalagi Sinta selalu memilih barang-barang branded .

Berbeda dengan Mutia, ini adalah kali pertamanya ia datang ke tempat itu. Bukan karena Mutia tidak tahu, tetapi Mutia selalu berpikir logis.

Jika ia datang ke Mall, maka gajinya satu bulan bisa habis dalam sekejap. Makanya Mutia lebih memilih pergi ke pasar tradisional saja, walau tempatnya agak kotor dan berdesakan, tetapi disana ia bisa mendapatkan barang bagus dengan harga miring.

Bahkan Mutia tidak malu jika harus membeli barang diskonan , sekalipun harus belanja di pasar tumpah pun, Mutia tidak malu.

Tetapi walaupun begitu, Mutia tahu dan hafal soal barang-barang branded, hal itu tidak membuat Mutia ketinggalan jaman soal fashion.

Rangga berjalan di depan, diikuti Mutia, hal itu sedikit merepotkannya, Rangga jadi harus sering menengok ke arah belakang untuk mengecek keberadaan Mutia.

Rangga sekilas melihat Sinta di eskavator bersama tunangannya, hal itu membuat Rangga berhenti tiba-tiba, dan "Bukk...", Mutia menabrak dirinya.

"Ma...maaf...", ucap Mutia menunduk, ini adalah kontak fisik pertamanya dengan Rangga.

Ternyata Rangga tidak marah, ia malah tersenyum sambil membalikkan badan ke arah Mutia.

"Aku yang salah, seharusnya kita berjalan begini", Rangga tanpa ragu meraih tangan Mutia dan menggenggamnya.

"Ayo...", Rangga menarik lengan Mutia, hingga kini mereka berjalan berdampingan.

Mutia kembali menunduk , ia merasa malu, ini juga kali pertamanya ia berjalan sambil berpegangan tangan dengan seorang pria.

"Biasa saja kali..., kita tiga hari lagi kan akan menikah, tidak usah berlebihan begitu, nanti kita juga akan melakukan hal yang lebih dari pegangan tangan", kekeh Rangga nakal.

Mutia hanya diam saja, ia mengikuti arah langkah Rangga. Dan langkah mereka berakhir di depan sebuah toko perhiasan.

Rangga pun membawa Mutia masuk. "Ayo pilih cincin yang kamu mau, cincin buat pernikahan kita", ucap Rangga.

Mutia hanya bisa bengong, ia menatap berbagai jenis perhiasan emas dan pertama, bahkan berlian pun banyak.

"Wah..., bagus-bagus sekali, aku jadi silau mata", gumam Mutia.

"Pilih saja yang kamu mau", ucap Rangga yang mendengar gumaman Mutia.

"Ah..., tidak, aku tidak begitu mengerti soal perhiasan, Kakak yang pilihkan saja", ucap Mutia dengan menunduk, ia sedikit malu, ternyata Rangga mendengar ucapannya.

'Ah ..., iya..., aku lan sempat memesankan sepasang cincin pertama ', batin Rangga bicara.

Rangga baru ingat kalau ia dan Sinta sempat iseng memesan sepasang cincin pernikahan, sepertinya tidak ada salahnya jika itu dijadikan cincin pernikahannya bersama Mutia, toh Sinta sudah memilih pria lain.

"Sini...!", kembali Rangga menarik lengan Mutia menuju kasir, di sana Rangga mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya kepada kasir itu.

Tak lama kasir itu mengeluarkan sebuah kotak persegi berwarna merah dan menyerahkannya kepada Rangga.

Rangga membukanya, dan tampaklah sepasang cincin di sana. Sepasang cincin kawin bertahtakan permata.

"Ini bagus kan?, coba..., cocok tidak dijarimu", perintah Rangga, ia melirik ke arah Mutia.

"Ini kemahalan", gumam Mutia, ia pun mengambil satu cincin dan memasukkannya ke jari manisnya.

"Bagaimana, cocok nggak?, muat tidak?", Rangga tidak sabar, ia kembali menarik lengan Mutia dan...,"ini cocok juga dengan jari kamu", gumam Rangga.

Rangga tidak menyangka jika cincin yang dipilih Sinta, ternyata cocok dan muat di jari manis Mutia.

"Bagus..., sudah itu saja, aku suka, ini sudah dipesan juga, dan cocok untuk kamu", ucap Rangga membuat Mutia sedikit bingung.

Tanpa di duga, Sinta dan Bagas pun sudah berada di dalam toko itu, sepertinya mereka juga sedang mencari cincin untuk tunangan mereka.

'Pas sekali...', batin Rangga bicara. Ia pun segera berdiri dan sengaja memanggil seorang pelayan dengan suara agak keras, tidak lain, tujuannya agar Sinta dan Bagas mendengarnya.

Benar saja, Sinta dan Bagas pun melirik ke arah Rangga.

"Orang itu lagi", Bagas menghampiri Rangga, rupanya ia masih merasa kesal dengan Rangga, tidak lupa, Bagas pun memegang tangan Sinta.

"Ouw..., ada yang mau pamer pacar baru nih", senyum Bagas begitu sudah berada di depan Rangga.

"Pacar...?, salah itu..., dia bukan pacar aku, dia ini calon istri aku", Rangga menggandeng lengan Utami.

"Jangan pamer kamu, masa baru beberapa hari sendiri, sudah dapat calon istri lagi", ucap Bagas.

"Ya sudah..., eehh..., jangan lupa minggu besok lagi datang, aku belum sempat bawa undangannya", ucap Rangga lagi.

"Jangan bercanda kamu Rangga", ucap Sinta lagi.

"Ini cincin beneran kan?, bukan cincin mainan?", Rangga menarik tangan Mutia yang tersemat cincin yang baru saja dibelinya.

Mata Sinta terbeliak melihat cincin itu, itu cincin yang dipesannya dulu waktu bersama Rangga.

"Itu..., itu kan cincin ...",

"Apa...?, cincin kamu?, itu dulu Sinta, saat ini calon istriku dia, jadi dia yang lebih berhak memakainya, dan lihatlah, cocok kan", senyum Rangga, ia melingkarkan lengannya dipinggang Mutia dan membawanya pergi dari hadapan Sinta dan Bagas.

'Tau rasa kamu Sin, kamu pikir kamu saja yang bisa, aku juga...!', batin Rangga bicara.

1
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!