NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7

Tangisan di masa lalu lebih aku inginkan daripada tawa di masa kini. Sebab aku telah paham mana yang asli dan palsu.

...----------------...

Seseorang terlihat berdiri bersandar di ujung gang. Ia mengenai topi pet berwarna putih serta baju kaos berwarna senada dengan gambar bola basket di tengah-tengahnya. Juga terusan celan pendek di atas lutut. Senyumnya merekah begitu melihatku datang.

"Akhirnya kamu keluar juga," ucap Rasen.

"Mau ngapain kamu ke sini?" tanyaku malas.

Ia menelponku dan mengatakan bahwa ia akan datang ke rumahku jika aku tidak menemuinya di depan gang. Ayah masih tidak bisa bekerja hari ini. Aku bolos sekolah lagi. Sudah dua hari sejak kejadian para tetangga memukul ayah itu. Tidak. Bukan karena alasan merawat ayah yang membuatku bolos. Selama dua hari terakhir, aku membiarkannya melakukan apa pun sendiri. Bahkan kami membisu satu sama lain. Tidak ada lagi keributan seperti biasanya. Seolah, kami hidup di tempat yang sama namun di dunia yang berbeda. Satu rumah, tanpa riuh kasih sayang. Sekedar sapaan pun tak ada.

"Pergi, Rasen. Aku tidak ingin menemui siapa pun. Termasuk kamu," ujarku dengan tenang. Sedang tidak ada gairah untuk marah-marah.

Lelaki itu menyerahkan tas tua milikku yang beberapa hari lalu tertinggal di rumahnya. Ah, iya. Aku sampai melupakan itu.

"Seharusnya aku mengembalikannya kemarin. Tapi aku harus mengantar Adly dan Lio ke bandara. Maaf, ya. Aku selalu memikirkanmu. Aku khawatir tidak mendapatimu selama dua hari di kelas. Nomormu juga tidak aktif."

Aku mengembuskan napas berat. Nama itu lagi. Lelaki kurang ajar. Seenaknya saja membunuh ekspektasiku ketika melihat diriku yang terlihat cantik di cermin. Sesaat, aku langsung ragu dengan wajahku sendiri. Kembali ke awal. Aku tidak cantik, 'kan!? Rasen juga tidak pernah melihatku sebagai gadis cantik, 'kan?

"Rasen, jangan temui aku lagi. Kita sudahi saja sampai di sini. Temui kembali gadis mirip peri itu. Tidak pantas untukmu gadis mirip pemulung ini. Menyingkirlah dari kehidupanku."

Terus terang saja. Ini bukan pertama kalinya aku memutuskan Rasen. Berkali-kali. Kesal sedikit maka aku akan mengucapkan itu. Namun, sampai sekarang masih saja bertahan. Padahal aku yakin, satu-satunya cara agar hubungan kami berakhir adalah ketika Rasen mengiyakan permintaanku.

"Baiklah kalau itu maumu," jawab Rasen sambil tertunduk.

Seketika tubuhku bergetar. Mataku membulat tak menyangka dengan jawaban Rasen. Kenapa tidak seperti biasanya?

"Kamu kira aku akan bilang begitu? Tidak, Dain. Aku tahu kamu tidak sungguh-sungguh memintaku pergi. Aku pun demikian. Aku nggak mau pergi. Kecuali jika kamu memang benar-benar terganggu dengan kehadiranku. Maka berteriaklah sekencang-kencangnya dan katakan bahwa aku adalah orang jahat. Maka biarkan warga memukulku hingga babak-belur. Silakan lakukan itu jika kamu memang tidak menginginkanku berada di dekatmu lagi," ungkap Rasen sambil merentangkan tangan, tanda pasrah jika aku melakukan apa yang ia katakan.

"Dasar bodoh!" tegasku yang dilanjutkan dengan berbalik badan, namun Rasen segera berlari mendahuluiku dan memutar badan untuk berharap denganku lagi. Kali ini di dalam gang.

Padahal hatiku dipenuhi taman bunga dengan berbagai macam warnanya. Indah sekali. Seindah lelaki tulus yang sedang berdiri di depanku. Rambut coklat lurusnya tertutupi topi pet putih. Membuat matanya juga sedikit tertutup. Tapi hatiku senantiasa terbuka untuk terus mencintainya. Lagi, sekarang aku mengingat kaun menyedihkan itu lagi. Sudah robek di mana-mana. Tak akan bisa aku pakai lagi. Jika dijahit, yang ada yang menghasilkan compang-camping.

Rasen segera menarik tanganku untuk keluar gang karena ada beberapa orang yang hendak ke luar.

"Mau jalan-jalan?" Rasen mengajak.

"Kapan waktumu belajar kalau terus-terusan mengajakku jalan-jalan? Bagaimana jika tahtamu sebagai juara umum turun?"

"Baiklah, kalau begitu belajar bersamaku saja agar kali ini kamu yang meraih juara umum."

"Omong kosong!" ketusku seraya menendang betis Rasen.

Sepasang suami-istri melintas dengan sepeda motor memasuki gang. Aku kenal mereka. Tempat tinggalnya tepat di samping rumahku. Ialah pengantin baru yang aku maksud dandanannya norak itu. Mereka berdua menatapku heran. Sial, mungkin mereka akan melaporkan yang tidak-tidak kepada ayah. Pelan sekali motor itu. Seperti sengaja hendak menguping.

"OH, JADI TUGAS KELOMPOK DIKERJAKAN DI RUMAH NADA. AYO KITA KE SANA SEKARANG!" ucapku dengan suara kencang agar terdengar oleh pasutri itu.

Rasen mengangguk kepala bingung namun segera paham setelah aku melirik pasutri tersebut.

"IYA, DAIN. AYO, MEREKA SUDAH MENUNGGU KITA!" jawab Rasen mengikuti sandiwaraku.

Kami berdua tertawa setelah sepeda motor itu hilang dari pandangan.

"Jadi, beneran mau jalan-jalan denganku?" ajak Rasen sekali lagi.

Aku mengangguk pasrah. Padahal memang mau dengan suka hati.

...****************...

"Ke mana aja kamu dua hari ini, Dainty?"

Jam pertama adalah bahasa Indonesia. Gurunya adalah wali kelas kami sendiri. Namanya bu Tian.

Baru saja ia datang dan menduduki kursi, namun lontaran kata yang pertama keluar adalah mempertanyakanku.

"Nggak ada, Bu," jawabku malas.

"Teman-teman yang lain kenapa nggak lihat ke rumah Dainty?" tanya bu Tian kepada semua.

Tak ada yang menjawab. Sehat memang tidak ada yang berniat untuk mengunjungi rumahku. Bahkan di kelas ini, tidak ada satu pun yang tahu tempat tinggalku. Ada beberapa orang dari kelas lain, termasuk Rasen.

"Ini di absensi, kamu bolosnya paling banyak, loh. Mengalahkan laki-laki paling malas di sekolah ini. Saya lihat nilai-nilai kamu waktu SMP bagus-bagus, loh. Kenapa pas udah makin gede jadi kayak gini? Nggak kasihan kamu sama orang tuamu? Sama ibumu? ayahmu?"

"Nggak, Bu," jawabku santai, yang membuat wanita itu melotot heran ke arahku.

"Tidak diajarin sopan santun kamu?"

"Tidak." Aku menjawab semakin kurang ajar.

Sementara teman-teman yang lain terdengar berbisik satu sama lain. Tentu saja tentang siswi yang tanpa sopan-santun ini. Siapa pula yang tidak kesal. Bahkan aku pun kesal dengan diriku sendiri.

"Kamu ini, ubah sikapmu atau orang tuamu akan saya panggil."

Bu Tian baru menjadi wali kelas kami selama beberapa bulan. Mengingat kami memang baru naik kelas ke kelas XI. Sehingga, ia tidak tahu apa-apa soal keluargaku. Soal orang tuaku.

"Nggak akan datang, Bu."

Rahang bu Tian mengeras. Lantas memukul meja hingga menghasilan suara yang keras sekali. Wajahnya memerah. Kacamatanya dilepas. Membiasakan wajah membara itu semakin terlihat jelas.

"Pergi dari kelas saya sekarang juga!" tegas bu Tian mengusirku.

Dengan senang hati, aku akan beranjak dan meninggalkan pelajaran membosankan ini. Namun, sebelum itu terjadi, Rendra langsung mengangkat tangan.

"Dainty tidak punya ibu, Bu. Di anak tunggal dan hanya tinggal dengan ayahnya. Ia juga tidak akrab dengan ayahnya. Mereka sudah hidup seperti itu sejak lama. Dainty menjadi seperti ini karena hal itu, Bu," ujar Rendra.

Wajah merah bu Tian berangsur pudar. Ia sedikit menunduk. Lalu melirikku sesaat.

"Tetap di bangku dan kita mulai pelajarannya."

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
🎀𝓘𝓬𝓱𝓲𝓷𝓸𝓼𝓮🎀
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!