Menikahi Adik Kekasihku

Maura saat ini berada di hotel. Kamar mewah yang disewa oleh Surya untuk malam pertama mereka. Rencananya Dedi dan Maura akan tinggal di kamar itu selama satu minggu.

Tetapi Dedi sudah pergi dan meninggalkan Maura di sana sendiri. Dedi sudah tidak tahan berada di sana bersama Maura. Dia rindu dengan Niken karena lama tidak bertemu dengannya, wanita yang dia cintai sejak dia masih kecil dulu. Maura sebenarnya sangat senang dengan kepergian Dedi dari sana. Sehingga dia tidak usah merasa khawatir dengan malam pertama mereka berdua.

"Kamu ga usah khawatir. Aku ga akan pernah menyentuhmu. Aku pergi dulu, ya! Kamu baik-baik disini dan nikmatilah kebaikan keluargaku karena memberikan kamar hotel mewah ini buat kamu." ucapan Dedi benar-benar sangat menghina harga diri Maura tetapi dia tidak ingin ribut dengan lelaki labil itu.

Dedi sudah kembali mau pergi lagi dari kamar itu padahal dia baru saja datang 5 menit yang lalu. Dedi merasa takut tergoda kepada Maura yang terlihat cantik pada malam itu.

"Pergilah! Kalau bisa jangan kembali kesini!" ucap Maura dengan kesal.

Tetapi belum 5 menit kepergian Dedi tiba-tiba saja pemuda itu sudah kembali lagi dengan wajah cemberut.

"Kenapa?"

"Tampaknya kakekku mengawasi kita berdua. Dia mengetahui kalau aku mau pergi dan meninggalkanmu. Dia langsung mengancamku akan mengambil mobil kesayanganku. Aih, terpaksa malam ini aku harus menghabiskan malam bersamamu!" Dedi terlihat begitu frustasi kalau sudah memikirkan tentang kakeknya yang paling suka mengancam dirinya.

Maura sebenarnya ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Dedi yang sangat lucu menurutnya.

Bagaimana mungkin laki-laki yang seusia Dedi masih bisa diancam oleh kakeknya dan tidak memiliki hak untuk melakukan apapun yang dia mau. Sungguh miris!!

Celakanya laki-laki menyedihkan itu sekarang telah menjadi imamnya menjadi suaminya mau tidak mau Maura hanya bisa menerima takdir yang menghampiri hidupnya.

Maura teringat kepada kekasihnya yang sudah hampir satu bulan lamanya dia pergi ke luar negeri untuk menjalankan tugasnya di perusahaan keluarga kekasihnya.

Maura acuh dengan kehadiran Dedi di kamar itu. Pemuda itu terlihat sibuk menelepon seseorang yang tampak penting baginya. "Niken, maafkan aku yang terpaksa menikah dengan wanita lain," Maura sekilas mendengar ucapan Dedi pada orang yang dia tebak sebagai kekasih Dedi yang katanya dicintai suaminya.

"Niken? Jadi nama gadis itu Niken?" tanya Maura tanpa dia sadar. Maura kembali sibuk dan mencoba menelpon kekasihnya, tetapi telponnya tidak kunjung diangkat oleh kekasihnya.

Maura hanya ingin mengucapkan selamat tinggal kepada pacarnya dan mengakhiri hubungan cinta di antara mereka berdua. Akan tetapi sejak kemarin kekasihnya sangat sulit dihubungi. Bahkan pesannya pun belum dibaca sama sekali. Maura jadi khawatir dengan keadaannya.

Maura mencintai kekasihnya karena pemuda itu walaupun kaya raya tetapi tidak pernah merendahkan dirinya dan selalu menghargainya.

Mereka berjanji akan menikah setelah Maura lulus kuliah dan kekasihnya berhasil menduduki jabatan sebagai CEO menggantikan kakeknya. Tapi nasib tidak ada yang bisa menebak. Kini Maura telah resmi menjadi istri orang lain.

Walaupun pernikahan mereka tanpa cinta, tetapi Maura ingin berusaha untuk menjadi istri yang baik setidaknya menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Surya yang sudah melunasi hutang-hutang kakeknya.

Maura hanya bisa menghela nafas karena menyerah untuk menghubungi pria yang dia cintai. Maura mau membuka pakaiannya yang amat merepotkan. Tapi kesulitan. Dedi yang baru saja selesai menelpon Niken akhirnya menolong istrinya karena dia sudah lelah dan ingin segera beristirahat.

"Kalau sudah mandi, tidur sana! Aku akan tidur di sofa. Kamu tidur saja di kasur." Dedi mengalihkan pandangan matanya dari punggung Maura yang begitu mulus tanpa cela.

Sejujurnya jiwa kelelakian Dedi berontak. Melihat seorang wanita yang begitu cantik berada satu kamar dengannya dan telah sah menjadi istrinya, mau tidak mau otaknya mulai travelling ke mana-mana.

Maura tidak acuh pada Dedi. Dia memilih untuk mandi dan mencoba melupakan apa yang terjadi hari ini terhadap dirinya. Dia berusaha untuk ikhlas menjalani takdir hidupnya menjadi istri seorang Dedi Hartawan.

"Setidaknya aku bersyukur di malam pernikahan kami suamiku tidak menyerahkan surat perjanjian kontrak pernikahan seperti novel-novel online yang ada di luar sana. Setidaknya dia masih memiliki hati nurani dengan menyuruhku tidur di kasur yang empuk!" monolog Maura sambil tersenyum melihat Dedi yang mulai terlelap di sofa.

***

Radit membuka matanya yang silau karena cahaya matahari yang masuk ke jendela kamarnya. Tadi malam Dia mabuk berat setelah bertemu dengan klien bersama Malika, asistennya. 

Radit menyandarkan kepalanya di dashboard ranjangnya. Akan tetapi dia terkejut ketika mengalihkan pandangan terdapat seseorang di sebelahnya yang polos tanpa pakaian.

"Malika? Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Radit dengan panik.

Malika yang sebenarnya sudah bangun dari tadi berpura-pura kaget melihat keberadaannya di ruangan itu. Karena sebenarnya memang dia yang telah menjebak Radit untuk tidur dengannya.

"Pak Radit? Gimana aku bisa ada disini? Tadi malam aku mabuk denganmu. Apa kau lupa?" tanya Malika dengan wajah yang begitu panik membuat Radit begitu frustasi saat mengingat kembali kejadian tadi malam.

Klien mereka terus saja mencekoki dirinya dengan alkohol. Radit yang sedang berusaha menyelesaikan masalah perusahaannya mau tidak mau mengikuti keinginan mereka.

Tapi Radit tidak tahu kalau semua itu memang sudah di setting oleh Malika demi melancarkan rencananya untuk bisa menjadi istri sang Bos yang lama dia cintai. 

"Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Pacarku pasti akan marah padaku kalau tahu kelakuanku disini!" Radit terlihat begitu menyesali apa yang sudah terjadi antara dirinya dengan Malika.

Radit mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas nakas. Hatinya mencelos saat melihat begitu banyak pesan dan panggilan dari kekasihnya. 

Radit sungguh tidak berani untuk membaca pesan itu. Dia merasa bersalah atas kejadian yang sudah terjadi antara dirinya dengan Malika. Radit selama ini selalu berusaha untuk membatasi hubungannya dengan sang kekasih. Dia ingin hal bahagia itu dilakukan di malam pernikahan mereka. Tapi sekarang semua impian dia hancur berantakan karena mabuk.

"Aku peringatkan kepadamu untuk menjaga kejadian ini agar tetap menjadi rahasia antara kita berdua! Kalau sampai kekasihku tahu, aku akan membunuh kamu!" ancam Radit pada Malika yang di dalam hatinya amat senang karena sudah berhasil naik ke atas ranjang bosnya yang selama ini sangat sulit digoda.

"Jangan khawatir, bos! Aku pasti akan menjaga rahasia ini sampai aku mati!" Malika tersenyum. Dia bangga sekali karena bisa merasakan bercinta dengan Radit. Pria dingin yang begitu setia pada kekasihnya.