NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 : Masih Sama Seperti Dulu

Selesai sholat subuh, Arina ke dapur untuk membantu asisten rumah tangga di rumah Felisa menyiapkan sarapan. Sedangkan Rafif dan Felisa, mereka masih berada di dalam kamar mereka. Karena melihat Mbok Ratmi masak sendirian, Arina berinisiatif untuk membantu Mbok Ratmi memasak.

“Ada yang bisa saya bantu, Mbok?” tanya Arina.

“Eh Bu Dokter, gak usah Bu, biar saya saja,” jawab Mbok Ratmi.

“Gak apa-apa, Mbok. Saya sudah biasa masak kok, sini aku bantuin, daripada saya nganggur gak ada kerjaan apa pun?” ucap Arina.

“Tapi nanti dimarihin Ning Felisa, Bu,” ucap Mbok Ratmi.

“Gak apa-apa, Fe masih di dalam kamar sama Mas Rafif,” jawab Arina.

“Ya sudah, mbok nurut saja sama Bu Dokter. Silakan kalau mau bantu mbok?” ucap Mbok Ratmi.

“Saya bantu iris-iris sayurannya, ya?” ucap Arina.

“Iya, monggoh, Bu,” jawabnya.

Daripada Arina tidak ada pekerjaan ia memilih ke dapur membantu Mbok Ratmi memasak. Dari tadi dicueki sama Rafif, juga dicueki sama Felisa yang sedang ngobrol bareng di ruang tengah, akhirnya Arina masuk ke kamarnya, dengan alasan mau mengaktifkan ponselnya. Setelah kembali keluar dari kamarnya, malah sudah tidak ada lagi Rafif dan Felisa di ruang tengah. Namun, Arina mendengar suara gelak tawa Felisa di kamarnya, dengan Rafif juga. Arina yakin mereka sedang bercanda berdua.

Dari tadi Arina sudah memerhatikan mereka yang terlihat begitu mesra sekali saat berada di ruang tengah. Meski ada dirinya, mereka tidak segan-segan menunjukkan sikap romantis di depan Arina. Arina yang risih, dan tahu diri juga, akhirnya dia ke kamar, dengan alasan ingin mengaktifkan ponselnya, karena takutnya ada telefon penting dari rumah sakit, atau dari mana. Padahal Arina memang menghindar dari mereka yang sepertinya sedang ingin bergurau, bercanda, dan bermanja berdua.

Arina merasa dirinya hanya seorang penonton saja, jadi sedikit risih, makanya Arina memilih untuk ke kamarnya. Namun ternyata, mereka melanjutkan bercandanya di dalam kamar. Arina tahu, mungkin mereka seperti itu supaya tidak terlihat oleh Arina.

“Aku tidak boleh begini. Ini keputusanmu untuk menerima semua ini, Arina. Jangan ada cemburu, marah, bahkan jengkel dengan apa yang mereka perbuat di depanmu. Ikhlas Rin, ini semua sudah pilihanmu, dan demi Felisa,” batin Arina.

Arina masih memotong sayuran dengan melamun, membayangkan apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar, sampai suara tawa mereka menggema seperti sedang bahagia sekali.

“Akh ....” pekik Arina, lalu mencuci jarinya dengan air mengalir.

“Kenapa, Bu?” tanya Mbok Ratmi.

“Kegores pisau, Mbok. Sebentar saya cari plester dulu ya, Mbok?” pamit Arina.

“Aduh iya, Bu. Hati-hati bu kalau iris-iris, ini pisau tajam sekali,” ucap Mbok Ratmi.

“Iya ini sepertinya agak dalam lukanya,” jawab Arina. “Saya cari obat sama plester dulu ya, Mbok?”

“Iya, Bu,” jawabnya.

Arina berjalan dengan mengibas-ibaskan jarinya. Darahnya masih keluar, dia merasakan perih di jarinya, tapi itu sudah biasa. Namanya perempuan kalau sedang memasak, pasti ada-ada saja. Enggak kena cipratan minyak panas, kena parutan kelapa, ya kena pisau?

“Aduh, mana darahnya keluar terus?” ucapnya lirih.

Di saat yang seperti itu, Rafif keluar dari kamarnya, dan melihat Arina seperti sedang mengibas-ibaskan jarinya dengan raut wajah kesakitan, dan menuju ke tempat kotak P3K.

“Rin, kenapa?” Arina terjingkat saat suara bariton seorang pria memanggilnya ketika sedang berjalan ke arah kotak P3K.

“Ini mau ambil plester. Ada kan di kotak obat?” tanya Arina.

“Ada, memang kenapa kamu? Kok cari plester?” jawab Rafif sambil bertanya.

“Ini kena pisau tangannya, Mas,” jawab Arina.

“Astaga Rin ... kamu selalu begitu, ceroboh sekali kalau sedang menggunakan pisau?” Rafif langsung reflek mendekati Arina. Dia meraih tangan Arina, melihat jari Arina yang terkena goresan pisau dan masih mengeluarkan darah. Reflek Rafif langsung menyesap jari Arina yang masih berdarah.

“Ah, Mas ....!” sergah Arina, namun Rafif sudah menyesap jari Arina. Lalu melihatnya masih berdarah atau tidak.

“Hati-hati kalau sedang menggunakan pisau. Kamu masih saja seperti ini. Sini aku bantu pasangin plesternya,” ucap Rafif penuh khawatir.

“Ehm ... biar aku sendiri saja, Mas. Ini sudah biasa kok,” ucap Arina.

“Jangan jadi kebiasaan, Rin! Selalu saja begini kamu!” Ucapannya sedikit tinggi karena khawatir dengan Arina. “Sudah sini aku obati dulu. Jangan mentang-mentang dokter, kamu bisa ngobatin sendiri, dokter juga harus diobati dokter lainnya kalau sedang sakit, Rin,” ujar Rafif.

Arina hanya terdiam. Dia melihat Rafif sedang mengoleskan obat di jarinya, lalu menempel plester penutup luka. Dia mengingat dulu, saat bersama Rafif, saat masih berpacaran dengan Rafif. Masih sama seperti dulu, kalau dirinya terkena pisau, Rafif yang panik seperti ini.

“Ternyata dia masih sama seperti dulu. Dia masih peduli denganku. Ya Allah, apa dia akan menerimaku sebagai istrinya? Aku yakin Rafif masih menyimpan cinta untukku meski sedikit. Butktinya dia masih peduli denganku yang seperti ini? Dia terlihat begitu khawatir denganku, saat tahu jariku tergores pisau,” batin Arina.

“Makasih ya, Mas?” ucap Arina.

“Hmm ... lain kali hati-hati,” jawab Rafif. “Lagian ada simbok juga, kenapa kamu ikutan masak?” tanya Rafif.

“Ya mumpung gak ada pekerjaan, Mas. Aku mau apa coba? Jadi ya sudah aku bantuin simbok masak,” jawab Arina.

“Ya sudah sana kamu mandi saja, siap-siap untuk sarapan,” tutur Rafif.

“Iya, Mas. Sekali lagi makasih, ya?” ucap Arina, lalu meninggalkan Rafif ke kamarnya.

Rafif masih menatap Arina yang berjalan ke kamarnya, hingga bayang Arina menghilang, sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia mengingat kejadian tadi saat menyesap jari telunjuk Arina, dan mengobati lukanya. Merasa khawatir yang sangat berlebihan, padahal hanya tergores pisau saja.

“Kenapa aku seperti ini? Aku merasa aku sedang mengulang kejadian dulu, saat di kost nya Arina. Apa aku mulai jatuh cinta padanya lagi? Ah bukan, ini hanya rasa peduli saja. Toh wajar aku peduli sama Arina, karena dia juga istriku?” batin Rafif.

Rafif masih terdiam sejenak di depan kotak P3K yang menjadi saksi bahwa Rafif saat tadi merasakan khawatir pada Arina. Melakukan hal yang dulu pernah ia lakukan dengan Arina saat dulu mereka pacaran. Sama persis dengan apa yang ia lakukan saat dulu, membuat pikiran Rafif melayang ke masa lalu yang dulu pernah ia alami dengan Arina.

Masa lalu yang mungkin sangat indah baginya. Karena, pertama kalinya Rafif mengenal wanita, mencintainya, dan cintanya disambut hangat oleh Arina. Hampir empat tahun mereka menjalani cinta yang indah bersama, hingga saatnya tiba Rafif yang bertujuan ingin menyampaikan hubungannya dengan Arina, dan ingin meminta restu untuk menikahi Arina, malah keduluan Ummik dan Abahnya yang menyampaikan kabar kalau dirinya akan dijodohkan dengan Felisa.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!