NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ayah Tiri

Terjerat Pesona Ayah Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dia, lelaki yang kini menjadi ayah tiriku, adalah sosok yang takkan pernah ku lepaskan dari kehidupanku. Meskipun tindakan ini mungkin salah, aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala resikonya. Awalnya, dendamlah yang mendorongku mendekatinya, namun seiring waktu, cinta telah tumbuh di dalam hatiku. Tak ada satu pun pikiran untuk melepaskannya dari pelukanku.

Kini, ayah tiriku telah resmi menjadi kekasihku. Dia terus memanjakanku dengan penuh kasih sayang. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Meskipun posisinya masih terikat sebagai suami ibuku, aku tidak peduli. Yang penting, aku merasa bahagia, dan dia juga merasakannya. Mungkin ini dianggap sebagai dosa, namun tak ada api yang berkobar tanpa adanya asap yang mengiringinya.

"Ayah, aku mencintaimu," apakah kalimat ini pantas untuk aku ucapkan?

AKAN LANJUT DI SEASON 2 YAA, HAPPY READING AND HOPE YOU LIKE:))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 07. Tidak Bisa Mundur

Keesokan harinya tepat ketika cahaya matahari masuk melalui celah korden yang menutup dan tepat saat itu mengenai wajah Jelita yang saat itu masih tertidur sontak saja menggeliatkan tubuhnya yang rasanya sangatlah berat. Seperti tertimpa sesuatu ataupun dipeluk erat seseorang hingga kesulitan untuk bergerak.

Jelita terus menggeliatkan tubuhnya dan perlahan mulai membuka matanya. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah plafon putih dengan lampu putih terang yang ia rasa bukanlah keadaan di kamarnya. Ia ingat betul, kamarnya tidaklah seperti ini. Lalu mengetahui tubuhnya terasa berat, menoleh lah Jelita ke arah samping tubuhnya.

Awalnya ia kira ia kelelahan hingga tubuhnya terasa berat. Namun, yang dilihatnya adalah sesuatu yang di luar dugaannya. Revan, ayah tirinya itu tengah memeluk pinggangnya dengan posisinya yang tidak mengenakan baju. Sontak Jelita terperanjat melihatnya. Ia dengan paksa menyingkirkan tangan Revan dari pinggangnya dan bangun dari tidurnya.

Ia ingin pergi sebelum Revan bangun, namun saat dirinya sendiri melihat tubuhnya dalam keadaan yang sama, sontak membuatnya kaget bukan main. Ternyata apa yang dikatakan ayahnya lewat mimpi adalah kenyataan.

Tidak disangka jika sekarang ia tidaklah perawan lagi. Ia telah memberikan mahkota berharganya cuma-cuma kepada Revan, hanya demi menuntaskan dendamnya.

Dendam yang telah Ia tanamkan dan ia pupuk hingga akhirnya sebesar sekarang. Lalu Jelita pun mulai menangis. Ia begitu sedih, terluka dan marah dengan kondisinya. Dirinya yang tak lagi perawan membuatnya hancur. Hancur dan terkadang menyesali perbuatannya.

Ia marah, namun ia tidak bisa mundur. Perjalanannya sudah sejauh ini. Akan sangat rugi jika Jelita menyudahinya sampai di sini saja.

Lantas ia meringkuk, menangis, berusaha menutup matanya dan meredakan amarah yang memenuhi kepalanya. Memaksanya untuk terus memikirkannya dan membuatnya frustasi.

Jelita terus meringkuk, menyembunyikan wajahnya di sebalik kakinya yang tertekuk. Ia terus menangis, meratapi dirinya yang kini tak lagi perawan.

Memang di dalam mimpi Jelita mengatakan tidak peduli, tapi sebenarnya Ia juga takut. Tidak rela Jelita jika keperawanannya harus hilang hanya demi dendamnya. Namun, ini semua sudah terjadi.

Lalu Revan yang mendengar suara tangisan perempuan serta udara dingin yang perlahan membelai wajahnya langsung saja terbangun.

Matanya perlahan terbuka dan dia melihat Jelita tengah meringkuk dan menangis di sana. Tangisannya terdengar sedih, terluka yang membuat Revan akhirnya bangkit dari posisi tidurnya dan beranjak menarik tubuh Jelita ke dalam pelukannya. Pria itu memeluknya dan pelukannya terasa hangat.

Jelita merinding saat Revan memeluknya. Tubuh mereka yang masih sama-sama telanjang langsung saja melekat tanpa sekat hingga membuat jantung Jelita berdesir tanpa sebab.

Ia langsung salah tingkah dan meminta Revan melepaskan pelukannya. Entah apa yang terjadi pada Jelita, yang pasti ia sangat tidak kuat berada dekat-dekat dengan Revan seperti ini.

Ingatannya tentang dirinya yang memasuki kamar Revan hingga memaksa Revan berhubungan sontak bermunculan di kepala Jelita. Mengingatkannya dan membuatnya semakin bertambah malu.

Lalu Jelita yang masih terhanyut dalam lamunannya, tiba-tiba kembali tersentak di saat mendapati Revan meraih pundaknya dan memaksanya untuk menatapnya.

Mereka saling bertukar pandang. Dengan suara canggung, namun terdengar berat Revan mengatakan, "Jelita, tolong maafkan ayah. Maafkan ayah yang sudah menodaimu. Merenggut keperawananmu dan membuatmu seperti ini ...,"

"Ayah benar-benar menyesal, nak. Ayah sangat menyesal kemarin malam sudah memaksamu bermain. Seharusnya ayah tidak memaksamu. Seharusnya ayah tidak melakukan itu agar kejadian seperti ini tidak terjadi. Kamu boleh marah sama ayah nak. Kamu boleh laporin pada bundamu jika kamu mau. Ayah menyesal. Maafkan ayah." 

Tatapan itu. Tetapan pilu dan bersalah yang terpancar dari mata Revan berhasil mengejutkan Jelita. Membuatnya tak percaya jika ayah tirinya itu akan sampai sesedih ini. Di perkiraannya, Revan akan merasa senang telah menodai Jelita dan pergi tanpa beban. Tanpa rasa bersalah serta menganggap semua ini hanya bualan Jelita saja.

Namun, rupanya Revan justru akan sangat merasa bersalah. Sikap Revan yang seperti ini membuat Jelita ragu untuk akan kembali melanjutkan misinya.

........................................

Sementara itu, Widya yang masih tampak kesal, tanpa mandi ataupun sekedar berdandan langsung saja melakukan check out. Ia sengaja melakukan itu,  karena selain rasa malas untuk mandi, Widya juga sengaja tidak berdandan agar saat tiba di rumah nanti suaminya akan merasa bersalah dan memohon maaf padanya.

Sebenarnya ini bukanlah dirinya sama sekali. Sejak dulu Widya tidak pernah tidak mandi seperti ini. Dia selalu rajin mandi, apalagi berdandan. Namun, karena emosi di kepalanya masih menguasainya, membuatnya dengan mantap melakukan ini.

.......................................

Lalu Jelita yang saat itu memutuskan untuk keluar dan pergi ke kamarnya lantas beranjak meninggalkan Revan tanpa mengatakan apapun padanya. Jelita terus bungkam, bahkan sesaat Revan mengajaknya makan bersama, Jelita tak juga mengatakan apapun.

Ia terus bungkam tanpa sedikitpun mau berbicara, sampai akhirnya Jelita keluar dari kamar Revan dan masuk ke kamarnya. Saat itu Jelita sengaja menutup tubuhnya dengan lingerie miliknya untuk kembali ke kamarnya.

Sebenarnya ingin ia pergi begitu saja, namun mengingat masih ada Revan di sana, ia pun akhirnya memakai kembali pakaian itu dan berjalan keluar dari sana.

Kemudian setelah tiba di dalam kamarnya masih dengan sempoyongan berjalanlah ia ke arah tempat tidurnya.

Matanya tampak sayu, namun pikirannya kacau. Jelita menjatuhkan tubuh lemasnya ke atas tempat tidur dan mulai memejamkan mata bersiap menembus alam mimpi. Sampai suara ketukan pintu membuat matanya kembali terbuka. Suaranya terdengar keras dan beruntun.

Jelita mengerang pelan dan bangkit dari tidurnya, berjalan ke arah almari bajunya dan meraih satu set baju di sana. Ia ganti pakaiannya dengan pakaian itu, kemudian segera saja beranjak keluar dari kamar dan bergerak menuju pintu.

Langkahnya yang malas membawanya semakin dekat dengan pintu utama berada yang posisinya ada di lantai bawah, sementara kamarnya ada di lantai atas tepatnya di sebelah tangga.

Kemudian setelah tiba di depan pintu, segera saja ia buka kunci pintu itu yang semalam ia bawa, kemudian diputarnya kenop pintunya hingga terbuka. Lalu sesaat terbuka, di hadapannya telah berdiri Widya dengan sorot kesal bercampur marah yang perlahan berganti dengan raut wajah terkejut ketika melihat wajah berantakan Jelita.

"Loh, Jelita. Hey, kamu kenapa? Kok mata kamu sembab, rambut kamu juga berantakan. Kamu habis nangis ya?" tanya Widya khawatir sekaligus kaget melihat keadaan putrinya yang sangatlah berantakan.

Kondisi Jelita saat ini sangatlah mirip seperti seseorang yang terkena masalah.

"Aku nggak papa, Bun. Aku baik-baik aja. Cuma tadi kelilipan aja makanya kayak kelihatan nangis. Huaammpp ... Bun, aku baru aja bangun tidur dan belum sempat mandi. Semalam bunda ke mana sih, kok nggak pulang-pulang aku tungguin? Dari lama loh aku nunggu sampai akhirnya pintunya aku kunci terus aku ketiduran di sofa. Bun, bunda ada nginep di rumah temen ya semalam?" tanya Jelita.

Ia mencoba berbohong dengan tidak mengatakan kejadian semalam kepada bundanya. Matanya yang memang masih berat serta mulutnya yang tiba-tiba menguap semakin menambah suasana.

Lagi pula bagaimana bisa dirinya mengatakan kejadian semalam kepada bundanya. Semuanya saja dirinya yang merencanakan, sudah tentu dirinya yang akan kena omel nantinya kalau ia katakan semuanya.

"Um, kemarin bunda ada janji sama temen, bahas bisnis gitu di rumahnya, tapi berhubung udah malam banget makanya bunda nginep di sana." bohong Widya. Entah apa maksudnya membohongi Jelita saat ini, namun setelah dia mengatakan itu, tampak Widya langsung menyelonong masuk begitu saja, meninggalkan Jelita yang masih terdiam di tempatnya.

Tak percaya dengan semua ucapan bundanya yang ia rasa hanyalah sebuah kebohongan belaka.

"Bunda, dari wajahnya aku tahu sekarang bunda sedang bohong. Sebenarnya semalam bunda ke mana, kok nggak pulang-pulang, apa sebenarnya bunda pulang tapi nggak bisa masuk gegara pintunya aku kunci? ehm, terus kalau nggak bisa masuk, tidur di mana dia semalam? Hotel, penginapan atau? ah, tahulah. Ngapain juga aku peduli segala. Biarin aja lah. Mau tidur di manapun bukan urusanku."  batin Jelita sembari membalikkan tubuhnya dan beranjak kembali ke kamarnya.

Merebahkan tubuhnya kembali dan juga mahkota miliknya yang terasa nyeri. Rasanya ngilu dan terus berdenyut. Apakah ini efek dari pembukaan segel semalam? entahlah. Yang terpenting segera sampai di kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya.

Ia merindukan kehangatan dan kenyamanan yang hanya dapat ditemukan di tempat itu. Dalam pikirannya, ia membayangkan momen ketika ia akan merasakan sentuhan lembut kasur yang menenangkan tubuhnya yang lelah.

Akhirnya, dengan langkah terakhir yang penuh tekad, ia tiba di kamar yang diimpikannya. Tubuhnya terhuyung saat ia merebahkan dirinya di atas kasur empuk. Rasa letih perlahan menghilang, digantikan oleh rasa damai yang mengalir melalui setiap serat tubuhnya.

Di dalam keheningan kamar, ia merasakan kelegaan dan ketenangan yang telah lama ia cari.

Bersambung ...

1
Putri rahmaniah
jelita lebih cocok dengan Revan ,,dibanding sma ibunya Thor..
◍•Grace Caroline•◍: yes😇😇
total 1 replies
Norah Haderan
jadi penasaran
◍•Grace Caroline•◍: hehe nantikan terus ya kak
total 1 replies
Norah Haderan
guru kok gitu/Smug/
◍•Grace Caroline•◍: hehe maklum kak, udah cinta ya gitu😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!