Langit Jakarta yang kelabu seolah mencerminkan hidup keluarga Rahman. Di rumah petak sempit itu, Rahman, pemuda 17 tahun yang kurus namun bermata tajam, mengemasi barang-barangnya. Di sudut ruangan, ibunya, Bu Fatimah, terisak pelan. Ayah Rahman, Pak Hasan, hanya bisa mengusap punggung istrinya dengan tatapan sendu. Adik Rahman, Riko, merangkul kaki ibunya, wajahnya penuh tanya.
"Nak, jaga diri baik-baik di sana. Ibu hanya bisa berdoa untukmu," Bu Fatimah memeluk Rahman erat.
Rahman mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Ayah, doakan Rahman. Rahman akan berusaha keras di sana."
Keesokan harinya, Rahman berangkat ke bandara dengan bekal seadanya dan tekad membara. Tujuannya: Spanyol, negeri yang jauh di seberang benua. Di sana, ia akan bergabung dengan akademi sepak bola CD Leganés B, sebuah klub kecil yang tak banyak dikenal di pinggiran Madrid.
Kehidupan di Spanyol tidak mudah bagi Rahman. Selain harus beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang asing, ia juga harus bersaing dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RenSan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Gol spektakuler Rahman melawan Jeonbuk Hyundai Motors menjadi viral di media sosial. Para penggemar sepak bola di Spanyol dan Indonesia ramai membicarakannya. Media-media Spanyol mulai menyoroti bakat muda dari Indonesia ini, memuji teknik, kecepatan, dan visi bermainnya.
"Rahman adalah bintang baru yang bersinar dari Indonesia," tulis Marca, salah satu surat kabar olahraga terkemuka di Spanyol. "Ia memiliki potensi untuk menjadi pemain top dunia."
Sementara itu, di Indonesia, nama Rahman menjadi trending topic di Twitter. Para netizen Indonesia merasa bangga dengan prestasi Rahman, namun juga geram terhadap PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang dianggap kurang memperhatikan bakat-bakat muda di luar negeri.
"Rahman adalah bukti bahwa Indonesia punya banyak pemain berbakat yang tersebar di seluruh dunia. PSSI harus lebih proaktif dalam mencari dan membina mereka," tulis seorang netizen di Twitter.
"Saya berharap Rahman bisa segera dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia U-23 di ajang kualifikasi Piala Asia U-23 AFC," tulis netizen lainnya.
Rahman sendiri merasa terharu dan bangga atas dukungan yang ia terima dari para penggemar di Indonesia. Ia berjanji akan terus bekerja keras dan mengharumkan nama bangsa di kancah sepak bola internasional.
Pelatih Mauricio Pellegrino juga memberikan pujian kepada Rahman. "Rahman adalah pemain yang sangat berbakat dan pekerja keras. Ia memiliki mentalitas yang kuat dan selalu ingin belajar. Saya yakin ia akan menjadi pemain penting bagi CD Leganés di masa depan," ujar Pellegrino dalam konferensi pers.
Rahman semakin termotivasi untuk membuktikan bahwa ia layak mendapatkan kepercayaan dari Pellegrino. Ia berlatih lebih keras lagi, meningkatkan kemampuannya di segala aspek. Ia ingin menjadi pemain yang lebih baik, pemain yang bisa membawa CD Leganés meraih prestasi tertinggi.
Rahman tahu bahwa jalan menuju sukses masih panjang. Ia harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Namun, ia tidak akan menyerah. Ia akan terus berjuang, mengejar mimpinya menjadi pemain sepak bola hebat yang bisa membanggakan Indonesia.
**********
Kabar tentang gol spektakuler Rahman dan pujian dari media Spanyol sampai juga ke telinga keluarga Rahman di Jakarta. Pak Hasan dan Bu Fatimah tidak bisa menyembunyikan rasa bangga dan haru mereka. Mereka menonton ulang video gol Rahman berkali-kali, takjub dengan kemampuan anaknya yang telah berkembang pesat.
"Alhamdulillah, Nak. Kamu hebat sekali," ujar Bu Fatimah sambil menyeka air mata.
"Ayah bangga padamu, Nak. Teruslah berjuang, jangan lupa sholat dan jaga kesehatan," pesan Pak Hasan dengan suara bergetar.
Riko, adik Rahman, juga ikut bersemangat. Ia memamerkan video gol Rahman kepada teman-temannya di sekolah, bangga memiliki kakak yang menjadi bintang sepak bola.
Keluarga Rahman segera menghubungi Rahman melalui panggilan video. Wajah Rahman yang ceria muncul di layar ponsel.
"Assalamualaikum, Nak. Selamat ya, Nak!" seru Bu Fatimah dengan mata berkaca-kaca.
"Waalaikumsalam, Bu. Terima kasih, Bu," jawab Rahman dengan senyum lebar.
"Kami semua bangga padamu, Nak. Kamu sudah membuat kami semua bahagia," ujar Pak Hasan.
"Iya, Kak! Kamu keren banget!" timpal Riko dengan semangat.
Rahman terharu melihat kebahagiaan keluarganya. Ia merasa semua kerja keras dan pengorbanannya terbayar lunas. Ia berjanji akan terus berusaha keras untuk membanggakan keluarganya.
"Terima kasih, Ayah, Ibu, Riko. Doakan Rahman agar bisa terus sukses di sini," ujar Rahman.
"Tentu, Nak. Kami selalu mendoakanmu," jawab Bu Fatimah.
"Jaga kesehatan ya, Nak. Jangan lupa makan yang teratur," pesan Pak Hasan.
"Iya, Ayah. Rahman akan jaga kesehatan," jawab Rahman.
Panggilan video berlangsung selama beberapa menit. Keluarga Rahman bertukar cerita dan canda tawa. Mereka merasa lebih dekat meskipun terpisah jarak yang jauh.
Setelah menutup telepon, Rahman merasa lebih bersemangat. Ia tahu bahwa ia tidak berjuang sendirian. Ia punya keluarga yang selalu mendukungnya, memberikan doa dan semangat. Ia akan terus berjuang, mengejar mimpinya untuk menjadi pemain sepak bola hebat, untuk membanggakan Indonesia, dan untuk membahagiakan keluarganya.
Bersambung..........
![Raised By the Whole Earth As a Paper Man [Interstellar]](https://cn-e-pic-aliyun.mangatoon.mobi/internet-search/2514c9cf1a856ed2a8598b5da098df66.webp)
nanti musim depan duet sama Mas Rohim
/Grin/