Aurora Clarissa adalah seorang gadis piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak ia masih bayi, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Suatu hari ibu panti memaksa Aurora untuk menikah dengan salah satu putra donatur panti, bagi kebanyakan orang itu adalah sebuah keberuntungan bisa menikah dengan orang terpandang, tapi tidak dengan Aurora, pernikahan ini bagaikan neraka di hidupnya karena telah merenggut kebebasan dan masa mudanya.
Seperti apa kelanjutan dan perjalanan hidup Aurora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himeka15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Seluruh keluarga Alexander berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama sudah lama mereka tidak melakukan ini karena kesibukan yang telah menyita waktu kepala keluarga.
"Sayang, bisa temani aku?" tanya Zafar pada istrinya yang sedang menyuapi bubur ke Dion.
Dila memutar bola matanya malas lalu tersenyum, "bisa sayang, mau aku temani kemana?" tanyanya balik.
"Cukup bersiap-siap saja dan kamu akan tahu kemana." Zafar menjawab dengan begitu rumit sehingga Dila menatap nyala suaminya.
Michael dan Dion bisa merasakan atmosfer ruangan ini begitu panas dan dingin mereka bisa menebak orang tuanya sedang lagi bertengkar walaupun kenyataannya tidak.
Selesai menyuapi putranya Dila juga sarapan setelah itu dia masuk ke kamarnya dan merapikan tubuhnya ia memilih menggunakan long dress dengan tali pinggang yang menampilkan pinggangnya yang ramping di usianya yang tidak mudah lagi.
Dila turun ke bawah dan berjalan ke ruang keluarga yang terdapat kedua putranya di sana.
"Michael, tolong jaga kakakmu," pinta Dila pada putra bungsunya.
"Baik ma," jawabnya singkat.
Zafar menghampiri mereka dia terlihat rapi dengan menggunakan kaos biasa dipadukan celana coksu panjang.
"Papa sama mama mau kemana?" tanya Michael dengan raut wajah penasaran.
"Tidak usah kepo ini masalah orang dewasa," jawab Zafar dengan terkekeh.
Michael melipat lengannya tidak puas atas jawaban yang diberikan ayahnya. Dila dan Michael telah melangkah keluar dari rumah.
"Kakak, kira-kira papa sama mama kemana?" tanya Michael pada kakaknya.
Dion cuma mendengar saja dan tidak bisa memberikan tanggapan atas pertanyaan adiknya.
"Mama sama papa pasti mau kencan, tinggal bilang gitu aja susah amat," kata Michael menebak secara asal.
***
Zafar menyetir mobil dengan Dila duduk di sampingnya dia sengaja pergi berdua dengan istrinya. Suasana di mobil hening cuma ada suara musik saja.
"Apa kita akan pergi ke panti?" tanya Dila membuka suaranya.
"Kurasa kau tahu jawabannya," jawabnya sambil jarinya mengetuk stir.
"Kau tidak perlu mengajakku jika mau ke sana," kata Dila.
"Kamu harus melihat calon menantu kita," balas Zafar.
Mereka telah sampai di depan panti asuhan dan mereka segera turun dari sana dan masuk ke dalam menuju ruangan Rani.
Mereka mengetuk pintu ketika mendengar balasan dari dalam pasangan tersebut masuk ke ruangan. Rani melihat kedatangan donatur tetap panti ini bangkit dari kursinya dan menghampiri mereka.
"Silakan duduk tuan, nyonya!" Rani mempersilahkan pasangan donatur itu duduk di sofa yang letaknya di tengah ruangan.
Kedua pasangan itu mendaratkan bokong mereka di atas sofa dan begitu juga dengan Rani.
"Ada apa tuan dan nyonya kemari?" tanya Rani to the point.
"Apa hasilnya?" tanya Zafar spontan.
Rani menunduk pandangannya Zafar bisa menebak bahwa gadis itu telah menolak permintaannya.
"Aku berikan waktu seminggu lagi. Jika dia tetap menolak maaf aku akan berhenti jadi donatur panti ini," ujar Zafar dengan suara tegas dan dingin.
Rani tahu perkataan dan ancaman yang dilontarkan dari donatur itu tidak main-main.
"Aku akan pastikan dia menyetujuinya tuan, nyonya." Rani cuma bisa mengucapkan hal itu saja dengan pandangan yang masih betah ke bawah.
"Aku ingin lihat gadis itu, apakah boleh sayang?" tanya Dila pada suaminya.
"Apa kau bisa panggilkan Aurora kemari?" tanya Zafar pada Rani.
"Boleh tuan," jawabnya cepat.
Rani keluar sebentar meminta salah satu anak untuk memanggil Aurora ke ruangannya. Rani masuk ruangannya dan duduk kembali.
Mendengar ketukan Rani segera menyahut, pintu terbuka menampilkan seorang gadis dengan rambut ponytail.
Aurora menutup pintu dan berjalan mendekat pada ketiga orang tersebut, Dila menatap gadis itu dari atas sampai bawah dan dia pasti memiliki penilaian terhadap Aurora.
"Rani, bisakah kami bicara bertiga?" tanya Dila dengan nada halus.
Rani yang paham akan keadaan mengangguk kepalanya dan keluar dari sana meninggalkan putri asuhnya dengan pasangan konglomerat itu.
***
Aurora masih berdiri sambil meremas kain gaunnya, Dila berdiri dan menyentuh dagu Aurora lalu mengangkatnya agar bisa jelas melihat dirinya.
"Aku mengerti kenapa pilihanmu jatuh pada gadis ini," ujar Dila sambil memeriksa setiap inci wajah Aurora.
Aurora memandang Dila dengan tatapan gemetar, "ada apa nyonya?" tanyanya memberanikan diri.
"Aku cuma ingin bilang pilihan ada di tanganmu apa pun keputusan yang kau perbuat semua orang akan menanggungnya baik itu berupa keuntungan atau kerugian," jawab Dila tersenyum lebar.
Dila melepaskan tangannya, "sayang, ayo kita pulang!" serunya.
Kedua pasangan itu keluar dari ruangan meninggalkan Aurora yang berdiri mematung sambil mengatur deru napasnya.
Aurora melihat sekilas pintu yang tertutup sambil meremas dadanya, "sampai kapan pun aku tidak akan pernah mengabulkan keinginan kalian," ucapnya.
***
Rani mengantar Dila dan Zafar ke mobil dapat ia lihat senyum yang tersungging di bibir istri Zafar itu.
Apa yang dibicarakan nyonya sama Aurora? Rani bertanya pada benaknya.
Dila berbalik menghadap kepala panti, "aku menyukai gadis itu pastikan dia menyetujuinya," ucapnya mengandung perintah.
Zafar dan Dila masuk ke dalam mobil, Zafar menancapkan gas mobil mulai berjalan menjauh dari area panti asuhan tersebut.
Rani segera masuk ke dalam dengan terburu-buru ia membuka handle pintu ruangannya dan dia melihat Aurora yang masih berada di ruangannya.
Rani menghampiri Aurora yang duduk di sofa dan ia juga mendaratkan bokongnya di samping putri asuhnya.
"Apa yang mereka bicarakan?" tanya Rani dengan suara khawatir.
"Tidak ada apa-apa," jawabnya singkat. "Apa yang mereka bicarakan sama ibu?" Aurora melempar kembali pertanyaan yang sama pada Rani.
Rani tidak merespon pertanyaan darinya dan Aurora tebak jika pasangan itu datang kemari untuk mendengar keputusan apa yang ia perbuat.
"Ibu, jika aku menolak permintaan dari tuan Zafar apa dia akan menarik donasinya?" tanya Aurora dengan suara parau.
Rani diam dan Aurora menafsirkan diamnya ibu asuhnya berarti iya.
"Ibu, di panti ini masih ada lagi anak perempuan yang cukup umur selain aku..." Aurora menjeda kalimatnya lalu melanjutkannya kembali, "apa tidak bisa mereka saja?" tanyanya.
Rani memang akui di panti ini memiliki banyak anak perempuan yang hampir seumuran dengan Aurora. Namun, yang diinginkan Zafar adalah Aurora bukan gadis lain.
Melihat ibunya yang diam membuat Aurora meneteskan kristal bening dari pelupuk matanya, "ibu, aku janji akan jadi anak yang baik. Aku mohon tolak permintaan tuan Zafar," ucapnya dengan suara serak.
Rani diam dan membuat Aurora memukul pelan dada Rani.
"Ibu, aku mohon," ucapnya.
Rani tetap diam Aurora yang tidak tahan dengan ini semua memilih keluar dari ruangan itu.
Rani cuma menatap lekat bayangan Aurora yang menjauh dari pandangannya, "maafin ibu Ra," ucapnya yang telah meneteskan air matanya.
Bersambung...
Segi penokohan ya unik biasanya pemeran utama selalu digambarkan secara sempurna tanpa cela. Tapi di cerita ini setiap tokoh memiliki kekurangan masing-masing.