"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."
"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kucing garong vs kucing rumah
"Kamu pulang pake apa Zahira?" Tanya Rahma penasaran ketika jam kuliah telah selesai.
"Mmm.. aku nunggu teman aku dulu. Soalnya motor aku dibawa ke bengkel." Ucap Zahira sambil membereskan buku-bukunya ke dalam tas.
"Oh. Kenapa motornya?" Tanya Rahma kembali.
"Sekarat." Reymon menimpali.
"Ih.. kebiasaan deh." Rahma kembali menepuk bahu Reymon. Tiga orang ini kebetulan duduk saling bersebelahan. Di hari pertama kuliah tiga orang ini telah akrab menjadi teman. Mereka cepat beradaptasi dan saling nyaman satu sama lainnya. Meski yang satu anggun, yang satu lagi galak dan satu lagi tengil. Baru sehari saja mereka sudah berwarna. Pewarnanya siapa lagi kalau bukan Reymon. Dia senang sekali menggoda dua gadis yang baru saja dikenalnya.
"Udah.. ikut aja sama aku Ra! Biar aku anterin sampe depan rumah. Nanti biar besok saja motornya diambil. Hari udah mendung gini Zahira." Rahma menawarkan pada Zahira karena khawatir hari mau hujan. Apa jadinya jika Zahira naik motor dan hujannya deras.
"Gak usah! Lagian kita beda arah Rahma, biar aku menunggu saja. Nanti kalau belum selesai aku naik taxi online." Tolak Zahira halus. Dia tidak ingin merepotkan Rahma yang jelas arah rumahnya memang tidak searah.
"Gimana kalau aku anterin? Mau gak? Tapi.. ongkosnya mahal." Ucap Reymon entah serius dan tidak. Tapi yang jelas, ucapan Reymon susah diidentifikasi antara serius dan tidak. Karena kebanyakan bercandanya.
"Gak usah! Lu lebih baik pulang dan gak usah nawar-nawarin Jawa kaya gitu! Kalau kagak ada ikhlasnya jangan suka ngobral!" Rahma begitu sewot menanggapi ucapan Reymon.
"Maksudnya apa tuh nawarin Jawa? Gak Madura, Gak Sumatra atau Papua?" Reymon mengerutkan keningnya mendengar ucapan Rahma yang belum dia mengerti. Apa maksud dari tawar Jawa?
"Sudah-sudah! Kalian itu kaya Donald bebek saja! Bertengkar terus." Zahira menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan Rahma dan Reymon sejak dua orang itu berkenalan, gak ada akur-akurnya. Selalu saja ribut. Padahal Zahira pun gak ada bedanya ketika dia pertama kali bertemu Reymon. Sampai-sampai harus kesiangan masuk kelas gara-gara berdebat dengannya.
"Ih.. kamu.. aku kan cuman belain kamu. Aku tuh sebel banget sama dia. Kaya hama saja deh." Rahma memajukan bibirnya yang seksi karena agak kesal dengan sikap Reymon yang menyebalkan Rahma.
"Cup.. cup. I love sobat! Aku tahu kamu baik. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku." Zahira langsung memeluk Rahma dari samping agar Rahma tidak lagi cemberut. Dia tahu Rahma sudah membela dirinya dari candaan Reymon beberapa kali. Dia tidak mau Rahma cemberut terlalu lama.
Rahma yang semula cemberut, melihat sikap Zahira yang hangat, hatinya mulai meleleh. Pada dasarnya dua perempuan itu memang sikapnya memang baik. Untung keduanya dipertemukan di hari pertama mereka kuliah. Keduanya langsung merasa nyaman berteman satu sama lainnya.
"Mmm.. aku juga." Rahma membalas pelukan Zahira. Wajah Rahma kini terlihat senang. Wajahnya yang agak blasteran seketika tersenyum manis.
Cekrek
Reymon mengabadikan moment Zahira dan Rahma yang sedang berpelukan dengan kamera canggihnya. Ya merk apel gigit keluaran terbaru dengan harga lumayan selangit untuk kaum lemah.
"Ih.. apaan sih kamu?" Rahma langsung melepaskan pelukannya dan kembali menimpuk bahu Reymon.
"Hapus gak?" Ancam Rahma sambil melebarkan matanya yang dihiasi eye shadow lengkap. Rahma yang notabene gadis sampul sudah terbiasa berdandan. Kecantikannya yang paripurna membuat orang yang melihatnya bertambah kagum melihat kecantikannya.
"Gak." Reymon menyembunyikan handphone lalu berlari dari kelas menghindari kejaran Rahma.
"Ampun... kaya kucing garong sama kucing rumah rebutan wiskas." Zahira berdiri sambil menyelendangkan tas kuliahnya.
"Yang jelas kucing garongnya bukan aku kan?" Ucap Rahma ikut menyusul Zahira lalu keduanya berjalan berdampingan menuju tempat parkiran.
"Iya.. iya pus.. pus.. meong meong." Ucap Zahira terkikik di dalam cadarnya.
"Lah.. kamu bisa saja nyebut aku kucing. Kamu sendiri apa ya?" Rahma mengerutkan keningnya memikirkan sebutan paling cocok buat Zahira.
"Sudah.. aku cukup jadi manusia yang memberi wiskas pada kalian." Zahira kembali terkekeh. Dia mengambil keuntungan dari Rahma yang terlambat satu langkah.
"Duh.. enak aja!" Rahma langsung menggandeng bahu Zahira. Kedua gadis itu jalan beriringan dengan bahagia. Tak disangka pertemuan pertamanya di bangku kampus begitu menyenangkan. Aura bahagianya sampai menjadi keirian siapapun yang melihatnya. Dan aksi keduanya yang sedang berjalan beriringan itu tak lepas dari pandangan dua orang yang sedari tadi memperhatikan.
Siapa dia?
Para readers boleh menebaknya.
Hayooo siapa? 😇😇😇
