Mencintai Ipar Ku Sendiri

Daniel tiba dirumah kedua orang tuanya setelah menempuh perjalanan beberapa jam dari rumah Lia. Sebelum keluar dari mobilnya, Daniel melihat ke ponselnya lebih dulu ternyata memang tidak ada balasan pesan dari Lia. Tetapi Daniel bisa melihat bahwa Lia sudah membaca pesan darinya pagi tadi. Dan hal itu tidak menjadi masalah buat Daniel, karena memang Daniel tahu posisi Lia dengannya.

"Ahh Lia-Lia, kenapa kamu selalu dipikiran ku." gumam Daniel sambil tersenyum mengingat kejadian semalam.

Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal di dalam mobil, Daniel segera turun dan masuk ke dalam rumahnya. Kedua orang tuanya pun sedang berada di depan televisi dengan menayangkan sinetron ikan terbang yang selalu membuat siapa saja yang menonton akan ikut gemas sendiri.

Daniel mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah kemudian menghampiri kedua orang tuanya untuk dia cium punggung tangan keduanya dengan takzim secara bergantian. Daniel duduk disebelah Ibunya dengan menyandarkan punggungnya di kursi dan memejamkan matanya karena jujur saja dia merasa lelah dan ngantuk. Bagaimana tidak, sejak semalam dia tidak bisa tidur nyenyak dan pagi tadi dia harus bangun pagi dan mengantar sekolah kemudian tanpa istirahat langsung menyetir mobil beberapa jam untuk pulang ke rumah.

"Kamu semalam jadi nginep di rumah adik kamu?" tanya Ibunya Daniel.

Karena memang sedekat itu Daniel dengan keluarganya, dimanapun dia berada pasti akan memberitahu keberadaannya. Apalagi saat ini Daniel yang belum menikah sehingga kedua orang tuanya lah yang wajib dia beritahu. Sedangkan ayahnya hanya menyimak saja percakapan anak sulungnya dengan istrinya itu sambil menikmati camilan yang selalu disediakan oleh istrinya.

Daniel hanya menjawabnya dengan gumaman saja dengan tetap memejamkan matanya. Kemudian setelah itu Daniel segera berpamitan masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat lagi mumpung hari ini dia diberikan libur oleh kantor pusat. Selain itu Daniel juga ingin menghindari jika saja orang tuanya akan bertanya macam-macam tentang keberadaannya semalam di rumah Lia. Karena orang tuanya pun tahu jika semalam Yohanes tidak ada dirumah sedang ada tugas di luar kota.

"Kamu tidak makan dulu?" teriak Ibunya ketika Daniel akan masuk ke dalam kamar.

"Nanti aja!" jawab Daniel yang juga berteriak karena memang jarak mereka yang cukup jauh.

Akhirnya kedua orang tua itu pun hanya membiarkan saja dan mereka kembali menikmati waktu santai mereka.

"Apa Daniel tidak ada niat buat menikah ya Pak? Gak pengen apa dia punya anak dan istri seperti adik-adiknya itu?" tanya Ibunya Daniel kepada suaminya ketika mereka terdiam cukup lama.

"Ya mungkin memang belum ketemu jodohnya Buk. Untung saja dia laki-laki jadi tidak masalah mau menikah umur berapa saja." jawab suaminya dengan santai.

"Tetap saja Pak, teman-temannya bahkan sudah punya anak dua ada yang tiga juga. Tapi lihatlah anak kita pacar aja belum kelihatan hilalnya." sungut sang istri dengan mendesah pelan, karena merasa anak sulungnya ini beda dari anak-anaknya yang lain.

"Sudahlah Buk, biarkan saja. Nanti kalau sudah mau menikah pasti juga menikah. Kita doakan saja yang baik-baik lah." suaminya pun menenangkan.

Karena memang sudah menjadi hal yang wajar ketika seorang Ibu sangat memikirkan anak-anaknya. Bukan berarti sebagai Bapak tidak memikirkan, tetapi ada rasa yang lebih dari Ibu karena memang beliau lah yang mengandung selama sembilan bulan lebih dan yang merawatnya sejak bayi sehingga ikatan batin seorang Ibu akan lebih kuat dibandingkan Ayah.

Akhirnya Ibunya Daniel pun hanya bisa menghela nafas panjang. Karena merasa benar juga perkataan suaminya itu. Dan jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, beliau berdoa agar Daniel segera didekatkan dengan jodohnya.

***

Petang pun datanglah, Ibunya Daniel baru saja selesai masak dan sedang menyajikan makanan di atas meja makan. Sedangkan terlihat Daniel yang baru saja keluar dari kamar dengan tubuh yang segar dan harum. Dan jelas sekali dia baru saja bangun dan membersihkan diri. Kemudian segera saja duduk di meja makan menunggu Ibunya selesai menyiapkan makanan.

"Kamu tidur apa pingsan sih?" sindir Ibunya, karena memang sejak kepulangan Daniel dan langsung masuk ke dalam kamar terlihat baru saja Daniel keluar dari kamar.

Daniel hanya tertawa menanggapi sindiran dari Ibunya itu, Daniel yakin bahwa Ibunya hanya bercanda dengan ucapannya itu sehingga Daniel tidak mengambil hati.

Mereka bertiga pun menikmati makanan bersama dengan diselingi pembicaraan santai dan membahas banyak hal.

"Oh ya habis ini antar Ibu ke supermarket ya Niel? Ibu mau belanja sayuran karena sudah mulai habis, juga mumpung kamu ada dirumah." ucap Ibunya dan ucapan tersebut merupakan sebuah titah yang harus dituruti. Dan jika Daniel menjawab tidak, maka akan panjang kalimat yang akan diucapkan oleh Ibunya.

Daniel pun sebenarnya merasa malas sekali, tetapi karena memang dia jarang pulang dan kebanyakan di kost akhirnya dia menuruti permintaan Ibunya itu. Daniel hanya menganggukkan kepalanya saja.

Beberapa saat berlalu, Daniel sudah bersiap menunggu Ibunya yang sedang berganti pakaian dan menunggu sambil menonton tayangan televisi bersama dengan Ayahnya. Tidak lama kemudian Ibunya pun keluar dari kamar dan terlihat sekali berdandan karena lebih cantik dari biasanya dirumah saja. Pantas saja Daniel yang menunggunya merasa lama sekali. Daniel hanya menggelengkan kepala saja karena jika dia menegur dengan satu kata saja pasti Ibunya itu akan menjawab lebih dari dua puluh kata.

"Ayo buruan Daniel! Nanti keburu malam!" ajak Ibunya Daniel, padahal yang sejak tadi membuat lama adalah dirinya sendiri.

Daniel pun bangkit berdiri dan memutar bola matanya dengan malas tidak ingin mendebat Ibunya. Tetapi ketika akan berjalan keluar Daniel tidak melihat Ayahnya yang ikut berdiri justru malah tetap santai duduk di depan televisi.

"Lho Ayah gak ikut?" tanya Daniel yang menatap kedua orang tuanya bergantian. Ayah Daniel hanya menjawab dengan menggendikkan kedua bahunya saja.

"Mana mau Ayahmu kalau diajak belanja sama Mama!" bukan Ayahnya yang menjawab tapi Ibunya Daniel dengan nada kesal pula.

Dan ya, akhirnya Daniel tahu jawabannya karena sudah bisa dipastikan bahwa Ibunya akan lama jika berbelanja maka dari itu sebagai orang laki-laki akan merasa bosan jika berlama-lama sehingga keputusan yang tepat untuk Ayahnya jika tidak ikut berbelanja dengan mereka. Sedangkan Daniel sudah terlanjur menyetujui ajakan Ibunya maka dari itu dia akan berusaha mati-matian menahan rasa bosannya nanti di supermarket.

***

Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk keduanya berada di pusat perbelanjaan yang cukup besar itu. Daniel dan Ibunya segera menuju ke tempat dimana menjual sayuran dan segala macamnya. Tetapi ketika akan masuk ke dalam, Daniel menghentikan langkahnya kemudian memanggil Ibunya.

"Ma, Daniel tunggu di kafe itu aja ya? Daniel mau ngopi dulu biar gak ngantuk. Nanti kalau selesai Mama telepon Daniel aja atau Mama langsung cari Daniel ke sana." ucap Daniel sambil menunjuk sebuah kafe yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Setelah terdiam beberapa saat akhirnya Ibunya pun menganggukkan kepalanya, karena setelah berpikir bahwa belanjaannya nanti tidak terlalu banyak maka membiarkan Daniel untuk ngopi saja.

Kemudian keduanya pun berpisah dan Daniel segera memesan kopi untuk menemaninya menunggu Ibunya yang berbelanja.

Sambil menunggu pesanannya, Daniel berpesan kepada penjualnya bahwa dia akan ke toilet sebentar. Setelah mengiyakan Daniel pun segera pergi ke toilet yang tidak jauh dari kafe tersebut.

Beberapa saat kemudian setelah menuntaskan hasratnya, Daniel pun bersiap keluar dari toilet. Tetapi tidak lama setelah itu ada seorang wanita yang menabraknya dengan membawa minuman dingin coklat pekat dan tentu saja minumannya tumpah dan mengenai sebagian baju Daniel yang saat itu memakai baju warna putih.

Daniel hanya bisa memejamkan mata dan menahan marahnya karena dia sadar bahwa sekarang dia ada di tempat umum. Dan beberapa orang yang lewat dan menyadari itu pun memperhatikan mereka.

"Maa.. Maaf Om! Maaf! Kia gak sengaja!" ucap orang itu dengan takut-takut setelah melihat ke arah Daniel yang tentu saja lebih tua darinya, sehingga dia memanggilnya dengan sebutan Om.

Daniel yang dipanggil Om pun segera menatap ke arahnya, dan tentu saja dia dipanggil Om karena perempuan didepannya itu memang layak menjadi keponakannya. Daniel pun hanya bisa menghela nafas panjang karena merasa percuma juga memarahi anak kecil. Tetapi dia tidak bisa menahan rasa marahnya karena baju warna putihnya sudah terkena noda coklat yang pastinya akan lengket dan membuatnya risih.

"Ayo kita menikah Om!" ucap Kia lagi dengan menunjukkan deretan giginya yang putih bersih. Dan dengan senyuman seperti itu membuat Zaskia terlihat sangat cantik saja. Dan sepertinya dia tidak merasa bersalah sama sekali.

Eh!.

Daniel pun mengerutkan keningnya merasa heran dengan anak kecil yang baru saja bertemu dengannya itu dengan beraninya mengajak menikah. Apalagi pertemuan mereka pun bukan pertemuan yang mengesankan tetapi pertemuan yang mengesalkan bagi Daniel.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Wahh siapa lagi tu Zaskia?? Akankah Daniel akan mendapatkan daun muda 🤭

Dukung terus yukk... 🥰