Kematian sang kekasih membuat Anna memutuskan untuk mengasingkan dirinya di tempat yang sangat jauh dari negaranya. Ia berdiri di ujung tebing curam sambil melihat ke dalam lembah itu tanpa rasa takut sedikitpun.
Sepasang kekasih yang sedang melakukan selfie menangkap gambar Anna sebagai background dari foto mereka karena berada di seberang di tempat mereka melakukan selfie.
Yang menyadari keberadaan Agatha hanya pria tampan sedangkan kekasihnya tidak. Pria tampan yang bernama Wira itu membalikkan tubuhnya untuk memastikan apa yang dilihat di kameranya bukan mahluk jadi-jadian.
Namun sang gadis berjalan pulang kembali ke villanya dan sempat terlihat oleh Wira yang begitu penasaran dengan Anna.
Siapa sebenarnya Anna? mengapa dia selalu mendatangi tebing curam itu? apakah Wira rela meninggalkan kekasihnya demi mencari siapa sosok Anna yang telah mencuri perhatiannya?
"Ayo kita ikuti bagaimana pertemuan Wira dan Anna selanjutnya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Rencana
Wira berusaha tenang walaupun saat ini tubuhnya sangat lemas karena mendengar komentar penuh selidik dari Anna. Entah mengapa ia merasa saat ini Anna sedang memergoki dirinya selingkuh.
"Kamu ngomong apa sih Anna? Aku tidak sedang menghindari siapapun. Aku hanya ingin kita makan di villa. Apakah tidak boleh?"
"Baiklah. Semoga saja kamu sedang tidak menipuku," ketus Anna.
"Kamu sedang cemburu padaku, Anna?" goda Wira yang tahu betul Anna memiliki perasaan padanya.
"Cemburu...? Yang benar saja." Tertawa getir namun menyimpan kecemasan di matanya.
"Syukurlah. Kalau kamu tidak cemburu kepadaku. Itu berarti aku tidak perlu menjaga perasaanmu saat berkenalan dengan wanita lain," goda Wira dengan mimik serius.
"Sialan...! kenapa dia ngomong seperti itu? Tapi, apa urusanku dengan kehidupannya? toh aku sudah bersuami. Mana mungkin aku jatuh cinta pada dokter pribadiku sendiri?" elak Anna yang mencoba menipu perasan sukanya pada Wira.
Keduanya seperti menjadi sosok pribadi yang berbeda lalu dipertemukan lagi dan merasakan kembali saling jatuh cinta satu sama lain.
Anna mengerucutkan bibirnya karena tidak rela jika Wira sudah punya kekasih." Kenapa aku merasa sedih? Apakah aku sudah jatuh cinta pada dokter yang ada di depanku ini? Ya Allah. Aku begitu takut jatuh cinta lagi karena aku masih menjadi istrinya Zidan." Anna sangat yakin suaminya masih hidup. Itulah sebabnya ia mempertahankan kesetiaannya pada sang kekasih.
"Anna. Walaupun aku tidak mengenali diriku sendiri, namun aku sangat bangga padamu karena kamu seorang istri yang setia. Kamu mencoba melawan perasaanmu karena tidak ingin terjebak dengan cinta sesaat," batin Wira yang tetap menjaga perasaan Anna padanya.
...----------------...
Malam tiba, keduanya bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Anna terus mengingatkan Wira untuk mampir ke konter tas yang ingin ia beli.
"Kita jadi kembali ke Pasaraya itu, dokter?" rengek manja Anna membuat Wira merasakan kembali kenangan yang sama dengan seorang wanita yang merajuk padanya.
"Aku tidak akan bisa tidur sebelum kamu membelikan aku tas mahal itu, Zidane," pinta Anna saat menghubungi Zidane sedang berada di luar negeri. Anna memang sudah melihat tas baru branded yang sudah ia incar karena mendapatkan katalog dari perusahaan tas itu secara langsung.
"Ya Allah. Obrolan itu. Bukankah itu suaranya Anna. Ya Allah Anna, bagaimana kalau aku adalah suamimu Zidane? Bagaimana caraku menjelaskan kepadamu kalau aku adalah Zidan? Mana ingatanku hanya muncul sepotong-sepotong lagi," geram Wira yang kesal dengan memorinya yang tidak bisa merangkai sebuah peristiwa secara utuh.
"Kamu dengar nggak sih permintaan aku?" rengek Anna yang tidak lagi bicara formal pada Wira dengan sebutan dokter.
"Iya Anna. Kita akan mampir dulu untuk membeli tasnya. Lagipula untuk apa kamu harus kembali ke konter itu kalau kita bisa memesannya saja. Maksudku beli secara online," ucap Wira.
"Tas branded itu ongkos kirimnya sangat mahal. Belum lagi harganya lebih mahal daripada kita beli langsung di tokonya," protes Anna.
"Baiklah nyonya bos. Kita akan kembali ke sana." Wira meminta sang sopir untuk mengantar mereka ke Pasaraya yang sama.
"Kok aneh. Kenapa Wira memanggil aku Nyonya bos. Itukan ledekan Zidan padaku setiap kali kalau aku sudah ngambek. Wira. Aku sangat berharap kalau kamu adalah suamiku yang hilang. Tapi itu tidak mungkin karena wajah kalian berdua jelas-jelas beda." Anna menghembuskan nafasnya dengan gusar memikirkan harapannya yang konyol pada Wira.
Setibanya di konter tas tersebut, rupanya tas yang ingin dibeli Anna sudah diambil orang karena itu stok terakhir dan hanya dirancang untuk 20 buah saja. Bisa dibilang limited edition.
"Tuh kan sudah diambil orang. Kamu sih pakai acara lapar segala." Kesal Anna seraya angkat kaki dari tempat itu.
"Maafkan aku Anna. Pasti di tempat lain ada tas yang sama seperti itu walaupun merk-nya saja yang berbeda. Kenapa harus tas itu. Bukankah banyak tas yang bagus di dalam sana?" Hibur Wira yang merasa bersalah karena membuat Anna kecewa.
Rupanya Anna tidak suka dengan solusi Wira yang menggampangkan setiap masalah. Gadis ini hanya manyun sepanjang jalan sambil menahan bulir beningnya.
Sampai tiba di airport, Anna jadi mogok bicara pada Wira. Karena tiket mereka sudah di cek-in oleh pelayannya Anna sebelum keberangkatan mereka, kini keduanya berjalan ke arah ruang tunggu dekat dengan pintu masuk ke maskapai pesawat yang akan mereka tumpangi.
Sementara itu, Vini yang tidak bisa menghubungi ponselnya Wira beralih menghubungi nyonya Kayla, ibu kandungnya Wira. Keduanya saling menukar kabar diantara mereka. Setelah basa-basi sesaat, akhirnya Vini menyampaikan keluhannya.
"Tante. Apakah ada Wira di rumah?"
"Kak Wira sedang melakukan perjalanan dinas ke Canada. Apakah ia tidak menemui kamu, sayang?" tanya nyonya Kayla.
"Sejak kapan kak Wira ke Canada, Tante?"
"Tiga hari yang lalu."
"Tiga hari yang lalu. Itu berarti aku tidak salah dengar kak Wira tadi siang di konter tas. Astaga...!" Vini membekap mulutnya sendiri karena ia ingat kalau Wira merangkul pundak seorang gadis terlihat posesif.
"Astaghfirullah. Berarti kak Wira selingkuh? Bagaimana ini? Aku tidak mau berpisah dengan kak Wira," batin Vini sendu.
"Vini. Hallo...! Apakah kamu masih di situ, sayang" tanya nyonya Kayla membuyarkan lamunannya Vini.
"Iya Tante. Aku masih disini. Tante, aku merasa kalau akhir-akhir ini kak Wira sulit dihubungi. Sepertinya aku tadi siang melihat kak Wira sedang bersama dengan wanita lain dan keduanya sangat mesra." Vini mengadu pada calon ibu mertuanya.
"Apaa...? Wira sedang selingkuh saat ini di negara tempat kuliahmu itu?"
"Iya Tante. Kenapa pernikahan kami tidak dipercepat saja supaya kami bisa bersama dan bisa menghindari diri dari perselingkuhan," pinta Vini sedikit memaksa nyonya Kayla.
"Baiklah. Tante akan diskusikan tentang acara lamaran kamu dengan kelurga besar. Tante akan usahakan kalian menikah secepatnya," ucap nyonya Kayla membuat hati Vini berbunga-bunga kini.
"Benarkah Tante?" tanya Vini setengah tak percaya pada ucapan calon mertuanya itu.
"Iya sayang. Tante tidak sabar untuk menikahkan kalian secepatnya," sahut nyonya Kayla semangat.
Keduanya mengakhiri obrolan mereka dengan salam. Vini menyeringai licik." Tidak apa kak Wira kalau kamu ingin bersenang-senang dengan wanita lain. Pada akhirnya kamu akan menjadi milikku untuk selamanya." Vini menghempaskan tubuhnya dan membayangkan bagaimana nanti ia menjadi seorang nyonya Wira Adiguna.
Sementara itu di dalam pesawat, Anna masih saja ngambek pada Wira. Ia sampai menolak makan malam yang disodorkan oleh pramugari untuknya. Lagi-lagi Wira hanya bisa menggelengkan kepalanya yang baru lihat Anna sangat betah dengan acara ngambeknya.
"Mau aku suapin, Anna?"
"Tidak usah. Aku tidak lapar," lirih Anna
"Baiklah. Kalau kamu tidak mau makan berarti aku juga tidak akan makan. Dengan begitu sama-sama mati kelaparan."
Alih-alih mencolek makanannya itu, Anna malah memejamkan matanya dan memilih untuk tidur.
memang cinta itu buta bisa membuat orang jadi jahat ataupun sebaliknya menjadi lebih baik.
dan kamu Zidan lebih baik cepat berterus terang kepada anna