Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan coba coba
.
.
.
Darmendra dan Diva seperti orang yang baru berpacaran saja, padahal anak sudah sepuluh. Tapi kemesraan mereka selalu bikin hati meleleh.
"Pengen deh punya pacar kaya gitu, tidak perlu tampan yang penting selalu manis," ucap si A.
"Kalau mau manis gampang, tuh di warung banyak gula," ucap si B.
"Maksudnya bukan manis itu, romantis perhatian dan pengertian," jawab si A.
"Kalau ngomong yang jelas dong, biar gak gagal fokus." ucap si B.
Sedangkan sikembar 3 masih asik bermain memetik bunga yang ada ditaman tersebut.
"Sayang, sudah ya mainnya," panggil Diva.
"Sebental Mommy, lagi selu nih," jawab Angelina.
"Daddy mau pulang tuh, kalian mau ditinggal?" tanya Diva.
"Tinggal saja, Mommy. nanti kami pulang sendili," ucap Angelina.
Darmendra dan Diva pun saling pandang, ternyata ancaman mereka tidak mempan. Tiba-tiba Angelica menjerit menangis membuat Diva dan Darmendra kaget sekaligus panik, keduanya berlari menghampiri anak mereka.
"Ada apa sayang?" tanya Darmendra.
"Itu," Angelica menunjuk kearah bunga yang dihadapannya.
Diva tersebut senyum ternyata ada ulat sebesar jari kelingking menempel di daun, Diva pun membuang ulat tersebut.
Seketika Angelica merengek minta pulang, karena takut dengan ulat tersebut.
"Sudah, sudah kita pulang sekarang," ucap Darmendra mengendong Angelica dan Angelina sekaligus, sedangkan Angelita digendong oleh Diva. Kemudian mereka pun pulang ke mansion.
"Kenapa Lica menangis?" tanya Vera, karena melihat mata Lica masih terlihat sembab.
"Takut dengan ulat Mom," ucap Diva.
"Duh cucu Oma takut ulat ya, kasihan?" tanya Vera.
Angelica diambil alih oleh Vera, sedangkan Angelina masih digendong oleh Darmendra.
"Lina sama Opa aja ya?" tanya Jordan, lalu Jordan pun menggendong Angelina, sedangkan Lita diambil alih oleh Darmendra.
...****************...
Sikembar 7 sedang berada di taman kampus saat ini, mereka sedang duduk di bangku kayu ditaman itu.
"Dulu kita sering ketaman kalau di Indonesia," ucap Ram.
"Sudah jangan diingat ingat, sekarang kita berada di negara orang," kata Rakha.
"Benar tuh, kalau tidak betah disini pulang sana," Roy.
"Ah kalian gak asik banget sih," ucap Ram sewot.
Mereka pun tertawa terbahak bahak, Ray yang biasanya jarang tertawa juga ikutan tertawa.
"Heh anak kecil," panggil suara serak seseorang.
Sikembar berhenti tertawa lalu menoleh kearah suara tersebut. lalu mereka pun saling pandang.
"Siapa kalian?" tanya Rakha.
"Kalian tidak perlu tau siapa kami? yang pasti kami akan menangkap kalian hidup hidup," kata pria itu.
Sikembar saling pandang dan tanpa aba aba mereka menyerang orang tersebut, pertarungan pun terjadi antara mereka.
Karena lawannya cukup tangguh lalu Ray memberi kode kepada saudaranya untuk menggunakan pulpen mereka, karena mereka tidak ingin menggunakan tenaga lebih banyak.
"Siap," ucap Ray memberi aba aba. Mereka semua pun mengangguk. dan secara serentak menekan tombol yang ada dipulpen tersebut.
Para mafia utusan Alfredo seketika jatuh tersungkur ditanah. mereka semua tidak bisa bergerak sama sekali.
"Makanya jangan coba coba menguji kesabaran kami," ucap Roy.
"Lebih baik sekarang kita pulang, aku rasa kita perlu berhati-hati dengan mereka, sebelum kita menghancurkan kelompok mafia tersebut kita tidak akan aman," ucap Ram panjang lebar.
Lalu mereka pun kembali kerumah mereka dan meninggalkan para mafia yang tergeletak tidak sadarkan diri, dan sudah dipastikan mereka akan lumpuh selamanya.
Sesampainya dirumah mereka, mereka dikejutkan dengan rumah mereka yang berantakan. Ram mencari pelayan tapi tidak ada lalu Ram menemukan secarik kertas yang ada di meja makan lalu ia menghampiri saudaranya.
"Lihat ini," kata Ram sambil menyerahkan kertas tersebut.
"Pelayan kita diculik, dan mereka ingin kita datang kemarkas mereka.," ucap Ray setelah membaca isi surat tersebut.
"Bagaimana sekarang," tanya Ren.
"Kenapa kamu tiba tiba jadi lemot? kamu mau pelayan kita celaka hanya karena kelalaian kita?" tanya Ram.
"Maksudku bagaimana strategi kita dalam menyelamatkan bibik?" tanya Ren.
"Kita tidak ada pilihan lain, kita harus datangi markas mereka," ucap Ray tegas.
"Mereka menginginkan kita, jadi kita harus menyelamatkan kedua bibik tersebut," Ram.
Sementara di markas mafia bloods, Alfredo duduk dikursi kebesarannya diruang khususnya.
"Bagaimana?" tanya Alfredo pada bawahannya.
"Kami tidak menemukan anak itu tuan, tapi kami menculik pelayan mereka," kata bawahan Alfredo.
"Hmmm, dimana pelayan itu sekarang?" tanya Alfredo lagi.
"Mereka sudah kami kurung dipenjara bawah tanah tuan," lapor pria itu.
"Tuan," panggil asisten pribadi Alfredo yang bernama Rocky.
"Hmmm, katakan..!" perintah Alfredo datar.
"Anak buah kita lumpuh tuan, mereka kalah melawan bocah itu," ucap Rocky.
Braak... Alfredo menggebrak meja sehingga asisten dan bawahan terkejut mereka pun langsung tertunduk.
"Sekuat apa bocah itu sehingga orang orangku yang terkuat bisa kalah, hah." bentak Alfredo.
Sementara dipenjara bawah tanah, pelayan itu mulai tersadar dari pingsannya ia mengedarkan pandangannya melihat sekeliling ruangan itu. Sedangkan temannya masih belum sadarkan diri.
"Dimana ini? seingatku rumah kami dirampok tapi kenapa aku tiba tiba disini?" gumam pelayan itu.
Tak lama datang seorang pria berbadan besar menghampiri mereka, pelayan itu mundur beberapa langkah. Meskipun pria itu diluar penjara, tapi terlihat begitu menyeramkan bagi pelayan itu.
Dengan memberanikan diri pelayan itu pun bertanya, "dimana ini?"
Tapi pria itu tidak menjawab, malah meninggalkan tempat itu. Pelayan itu terduduk disudut penjara, tak lama temannya pun sadar.
Sama seperti pelayan tadi, pelayan yang satu ini pun merasa heran karena berada ditempat asing.
"Mbak, ini dimana?" tanya pelayan itu yang bernama Marni. dan pelayan satunya bernama Aida.
Tapi Aida hanya terdiam, "mbak kita ada dimana?" tanya Marni lagi.
"Mbak tidak tahu Mar, mbak juga bingung saat sadar sudah ada ditempat ini," jawab Aida.
"Mbak semoga tuan kecil datang menyelamatkan kita," ucap Marni.
"Aamiin, semoga saja ya," ucap Aida.
"Oh ternyata kalian sudah sadar," terdengar suara bariton dari seseorang. Marni dan Aida sontak menoleh ke asal suara tersebut.
"Siapa kalian? mengapa kalian menangkap kami?" tanya Marni.
"Hahaha, salahkan majikan kecil kalian itu, karena terlalu mencampuri urusan kami," ucap Alfredo.
"Tidak mungkin tuan kecil seperti itu, mereka sangat baik dan mereka juga tidak bisa apa-apa mana mungkin mereka bisa berurusan dengan kalian?" Marni.
"Itulah kalian terlalu bod*h sehingga tidak tahu kejahatan bocah itu," ucap Alfredo.
Marni sengaja mengatakan tuan kecilnya tidak bisa apa-apa. karena ia tau orang yang ada dihadapannya bukanlah orang baik.
Sedangkan Aida hanya terdiam, ia hanya berharap tuan kecilnya secepatnya menyelamatkan mereka. Aida menarik tangan Marni untuk duduk dan Marni pun terduduk dengan terpaksa, lalu Aida menggelengkan kepalanya sebagai tanda untuk Marni jangan melawan mereka, duduk diam sambil menunggu pertolongan. begitulah arti tatapan Aida ke Marni. Marni akhirnya menurut saja.
.
.
.
Alhamdulillah, tadinya gak mau update karena sejak pagi tadi kepalaku terasa pusing. Tapi dipikir lagi demi kalian para readers pasti menunggu, dengan pelan pelan akhirnya selesai juga. terimakasih untuk kalian semua.