Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Pagi ini aku memutuskan untuk mulai bekerja lagi, meskipun dokter telah melarangku tapi aku tidak bisa berdiam diri dirumah terus menerus. Bisa mati bosan aku nanti. Keeynan masih belum pulang, ia masih betah berada dirumah laki laki itu. Kemarin malam ia meneleponku jika ia masih betah tinggal disana. Aku tidak akan memaksanya pulang, walaupun begitu Keeynan berhak mendapat kasih sayang laki laki itu. Jadi aku putuskan untuk mengalah kali ini saja. Aku melangkah memasuki gedung kantor, sesampainya di lobby kudapati laki laki brengsek itu tengah berbincang dengan resepsionis. Aku memperhatikan mereka berdua sekilas dan tetap melangkah ke ruangan.
"Lo beneran udah boleh masuk kerja?" tanya Ratna setibanya aku diruangan.
"Bosen gue dirumah mulu, nggak ada hiburan"
"Keeynan kan juga hiburan"
"Dia lagi liburan dirumah om tampannya itu"
"Maksud lo Raymond? Emang dia lagi disini?" aku menggeleng
"Kalau Raymond nya sih bener lagi disini, Om tampan yang Keeynan maksud itu kutu kupret itu"
"OH SI BRENGSEK ITU?" jawab Ratna membeo, aku hanya mengangguk saja kemudian mulai bekerja.
"Ness, lo nyadar gak sih?" aku hanya berdeham dan terus mengetik pada tombol Keyboard.
"Serly tingkahnya aneh tauk" kemudian aku berhenti mengetik dan menoleh ke arahnya. Aku tertarik dengan topik ini, karena aku juga melihat keanehan pada diri orang lain juga.
"Aneh gimana maksud lo?"
"Kemarin dia lagi video call sama cowok" aku mengangkat alis sebelah, sepertinya aku tahu ini arahnya akan kemana.
"Gue juga curiga sama sepupu gue, si Raymond"
"Kok kita sama sih Ness?"
"Lo tau nggak, kemarin itu Raymond pulang gara gara dapat kabar kalau gue colaps. Prof. Hendi juga gue tanyain beliau nggak ada tuh bilang ke keluarga gue. Ternyata Raymond sendiri yang bilang kalau dia tahu dari Serly"
"Ness, jangan-jangan mereka pacaran dibelakang kita?"
"Maybe?" aku mengendikkan bahu acuh.
"EHEEM"
Sontak kami menoleh ke arah pintu, disana Roni tengah menatap kami berdua dengan tatapan bingung.
"Bisa nggak sih kalau masuk ketuk dulu?" sungut Ratna sebal. Lalu kemudian Romi menghampiri kami. Oh tidak, dia menghampiriku ternyata.
"Apa ini?" ia memberiku sebuah kotak coklat bertuliskan "I' sorry baby" aku mengernyitkan dahi tidak mengerti maksud laki laki dihadapanku ini.
"Dari boss" aku berdecak sebal. Kemudian ia menyelongong pergi tanpa pamit.
Aku membuka kotak tersebut dengan penasaran, betapa kagetnya aku ketika melihat isi kotak tersebut adalah gaun satin berwarna salem dan heels hitam. Kemudian aku membaca secarik kertas yang terselip diantara kedua barang tersebut.
^^^Maaf untuk semuanya, apakah kamu mau memaafkanku? Jika iya, tolong pakai ini nanti malam. Aku akan menjemputmu. Keeynan yang memilihkan ini semua.^^^
^^^Oh iya, ini permintaan Keeynan yang ingin menghadiri pesta ulangtahun temannya. Aku jemput jam 7 malam.^^^
^^^Love you^^^
^^^-Husband^^^
Aku tersenyum membaca surat tersebut, tidak menyangka jika pria itu begitu romantis. Tersadar jika aku mulai berlaku aneh, buru buru kutaruh kembali surat tersebut dan menutup kotaknya. Ratna yang dari tadi memperhatikanku hanya bisa menatapku geli.
"Apaan si lo ngeliatin gue kaya gitu" ketusku terhadapnya. Namun ia hanya tersenyum menggoda sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Lo tuh yang apaan, cuman baca surat doang kok sambil senyum-senyum"
"Siapa juga yang senyum senyum" elakku.
"Udahlah Ness, lo gausah bohong"
"Apaan sih" lalu aku melanjutkan pekerjaan ku yang tertunda.
...****************...
Dijam makan siang, aku dan Ratna memilih untuk makan dipojok kantin tempat kami bekerja. Selama istirahat, kami menghabiskan waktu untuk mengobrol selayaknya topi wanita pada umumnya. Tiba-tiba bangku sebelah kami bergeser dan menampilkan Roni beserta bossnya itu.
"Girls, gabung ya" ucap Roni kepada kami. Kenapa harus disini sih, bangku kosong kan masih banyak. Sekarang hampir satu ruangan tengah menatap kami, terutama kaum wanita yang menatapku sinis. Karena idola mereka a.k.a Ethan Antonio duduk persis disampingku.
"Bangku kosong kan masih banyak, kenapa harus disini sih kalian" sahut Ratna dengan sebal.
"Sudah penuh"
"Gausah bohong ya lo, gue juga bisa lihat kalau meja disana kosong" dua lelaki ini tidak menghiraukan protes dari kami, daripada harus ribut kami memutuskan menghabiskan makanan kami dengan cepat. Setelah makanan punyaku dan Ratna habis kami memutuskan untuk segera bangkit dan pergi.
"Mau kemana?" tanya Ethan dan menahan tanganku.
"Jam istirahat sudah habis, kami mau kembali bekerja" sahutku, kemudian ia mengangguk dan kami pun pergi. Aku dan Ratna sudah tidak betah ditatap oleh singa singa yang ada di kantin tadi, seolah kami adalah mangsa empuk yang harus di bumi hanguskan.
Lalu kami meninggalkan kantin dan berlalu menuju ruangan untuk bekerja kembali. Aku mulai bersemangat ketika kami telah melewati jam istirahat, itu artinya hanya menunggu waktu pulang saja. Ratna yang melihat perubahan tingkahku, ia menyenggol bahuku agar memelankan langkahku.
"Cie semangat banget" ujarnya sambil terkekeh geli.
"Apaan sih lo" sahutku tersipu malu.
"Cie yang mau kencan sama si boss" aku menyenggol bahunya agar ia memelankan suaranya. Ratna yang tersadar kemudian menutup mulutnya. Setibanya kami diruangan, aku mencari ponselku yang berdering nyaring. Aku mengernyit, terpampang sederet nomor yang tidak aku kenali tengah meneleponku. Karena merasa tidak mengenalnya, ku oencet tombol riject.
TINGG.
^^^"Sweet cake, kenapa tidak diangkat?"^^^
Sederet nomor yang tadj meneleponku ternyata, laki laki sialan itu ternyata. Tahu darimana nomorku dia?
Aku memilih tidak membalas dan kembali melanjutkan aktivitasku.
Saat jam menunjukkan pukul 04.00 Sore, kami bersiap pulang dan membereskan meja kerja masing masing. Aku bersenandung kecil sambil tersenyum. Ratna yang melihatku kini tengah menatapku jengah.
"Bosen gue liatnya" ucaonya sinis.
"Lo kalau sirik bilang ya, mangkanya punya pacar"
"Apaan si lo, gini gini juga yang ngejar gue banyak"
"Jadi pacar nggak?" ia menggeleng dan aku tertawa ngakak.
"Ness, lo nggak mau tanya ke Ethan tentang dia sama Yolanda?" aku yang ditanya seperti itu mendadak jadi tidak bersemangat. Betul juga, sedari Ethan menemuiku hingga detik ini aku tidak pernah melihat Yolanda menampilkan batang hidungnya sedikitpun. Karena aku yakin sekali, jika ia selalu mengekor kemanapun Ethan pergi.
Dalam perjalanan pulang, aku terkulai lesu mengingat pernyataan Ratna yang menyadarkanku, bagaimanapun juga aku berhak tahu. Enak saja, tempo hari dia telah menganiaya Raymond hanya karena kesalahpahaman, masa aku tidak boleh juga? Namun kuurungkan niat bertanya itu menghindari pertengkaran lagi, karena nanti malam ada Keeynan diantara kami. Tidak mungkin aku mempertontonkan yang tidak baik.
Didalam mobil, aku mencoba menelepon Raymond agar ia mau mengantarku. Namun lelaki itu tak kunjung mengangkatnya. Lalu aku teringat jika dirinya masih belum sanggup untuk bangun dari ranjang. Kemudian aku melajukan mobil ini dengan kecepatan sedang sambil berfikir keras bagaimana caranya agar aku bisa berbicara dengan Ethan tanpa harus beradu mulut.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/